Moh. Sykri
Sedang memimpin sebuah meeting, tiba-tiba handphone berdering dari nomor telepon rumah tak dikenal bernomor awal 021xxxxxxxxx. Bimbang juga, angkat atau tidak, barangkali itu telepon darurat dari saudara yang ada di Jakarta. Karena sedang memimpin meeting, saya diamkan dulu. Rencananya, selesai meeting nanti akan saya hubungi kembali nomor tersebut.
Kurang dari lima menit, kembali handphone berdering, masih dari nomor yang sama. Ini pasti telepon darurat, pikir saya. Diujung telepon terdengar suara seorang perempuan yang memperkenalkan dirinya sebagai Rini dari sebuah bank swasta nasional. Kalimat berikutnya yang meluncur dari mulut perempuan itu, “selamat pak, anda terpilih dari sekian ribu nasabah bank kami,” ujarnya.
Saya jadi penasaran, terpilih sebagai apa? Sebelum
melanjutkan pembicaraannya, si perempuan tadi meminta konfirmasi saya tentang persetujuan untuk wawancara. Semua pernyataan saya melalui telepon itu akan direkam sebagai pengganti aplikasi persetujuan seorang nasabah.
Makin pensaran, saya kembali minta penegasan kepada perempuan itu, “terpilih sebagai apa?” tanya saya. Dia menjelaskan bahwa saya terpilih sebagai nasabah aktif di bank swasta itu dan dimasukkan dalam 1000 orang yang akan diasuransikan. Dia menambahkan, asuransi itu akan menanggung semua hal mulai dari luka gores sampai kematian, termasuk biaya pendidikan anak-anak.
Kemudian saya minta penegasan, siapa yang menanggung premi asuransi tersebut? Si perempuan itu mengatakan bahwa premi asuransi itu akan dipotong secara otomatis dari rekening saya. Makanya wawancara hari itu direkam sebagai bentuk pemberian wewenang kepada bank tersebut untuk memotong langsung premi asuransi itu. Saya masih bingung, kembali si perempuan tadi menjelaskan dengan detil sampai saya benar-benar mengerti.
Saya jadi khawatir, kalau hanya dengan rekaman suara, kemudian orang bisa mengalihkan uang dari rekening pribadi untuk premi asuransi, berarti seorang penilep juga bisa menarik uang dari rekening kita via telepon. Bahaya nih! Diantara kebimbangan itu, saya belum menjawab tanda setuju terhadap pengalihan sebagian uang direkening saya untuk premi asuransi. Si perempuan tadi terus mendesak dengan berbagai cara, diimbuhi oleh janji hadiah dan bonus.
Hampir satu jam waktu saya tersita percuma untuk komunikasi tentang premi asuransi. Jengkel juga, akhirnya saya minta dia supaya mengirim brosur dan blanko aplikasi. Sekali lagi dia mengatakan bahwa asurasi ini didukung oleh bank swasta dimaksud, jadi tidak perlu lagi aplikasi tertulis. Cukup dengan konfirmasi lisan via telepon. Ini konspirasi. Saya tidak yakin dengan penawaran asuransi model ini, akhirnya telepon saya putuskan.
Namun, nomor telepon itu hampir setiap hari menghubungi handphone saya. Nomor itu sudah saya catat di memori handphone dengan nama “jangan diangkat.” Makanya ketika keluar kata “jangan diangkat” di handphone, saya biarkan saja berdering. Mungkin dia tau saya keberatan terhadap tawarannya, sekarang tidak pernah lagi dihubungi oleh salesgirl asuransi itu.
Ternyata modus agen asuransi model ini sudah memakan korban beberapa teman yang lain. Mereka harus pasrah ketika uangnya dipotong untuk premi asuransi, karena kalau keluar atau menarik diri, uang yang telah disetorkan akan hangus. Itu penjelasan dari bank tersebut, kata teman tadi. Nampaknya kita harus hati-hati menghadapi konspirasi antara bank dengan asuransi yang menggunakan berbagai strategi marketing.
Sumber : Kompasiana
saya juga korban asuransi manulife - danamon. rugi 4 juta, habis manis sepah dibuang...betul2 sialan.
ReplyDeletemulanya dari karyawan senior bank danamon di makassar, cabang cendrawasih (cewek) tawari primajaga manulife100.padahal tidak ada rencana, mau hemat tabung di danamon tanpa biaya admin, eh malah dapat jebakan lebih parah. setelahnya data dijual lagi ke agen manulife,dan diserang via telpon untuk ikut dobel dan jawab ya..ya..ya,eh selesai?!. mudah sekali. 250rb d autodebet ke rekening???!!!. agen yg gak pernah ketemu muka enak2 saja dapat 30% dari tiapbulan premi korban2nya dan bonus rekrut.kita djebak hangus, klaim gagal, surat polis berbelit dan salah alamat..dll, betul2 jebakan