Sunday, March 24, 2019

PRABOWO TAK BERSALAH ?

KATA CAK NUN ada sejumlah kelompok yang ditugaskan unuk menculik sejumlah orang yang
dicurigai akan melakukan kejahatan terhadap Bangsa. Salah satu kelompok yang ditugaskan itu adalah kelompom yang dipimpin oleh Prabowo. Ada kekeliruan yang dilakukan oleh Prabowo karena tidak membunuh mereka yang diculiknya. Sedang kelompok lainnya berhasil menghabisi mereka yang diculik, sehingga kelompok itu tak menuai masalah karena orang kehilangan jejak. Sekarang Prabowo harus menanggung akibat kekeliruan itu. Yaitu ada sejumlah orang yang telah melakukan itu semua akan terancam keamanannya manakala Prabowo menduduki jabatan kekuasaan. Benarkah begiutu .... kita tak tahu tetapi karena masalah ini telah menjadi informasi yang demikian liar, karena ada sejumlah pensiunan jendral yang terpancing membuka kata kata yang seharusnya mereka rahasiakan hingga akhir hayat.



Jika sudah demikian maka ini juga akan menjedai beban pemikiran bagi bangsa kita. Jika saja seandainya Prabowo tidak mencalonkan diri sebagai Calon Presiden, atau dia harus kembali berpasangan dengan  Megawati, maka kita bisa diyakinkan bahwa tak akan ada yang mencoba mengungkit ungkitnya. Ceritera buruk tentang Prabowo itu terhembus ketika Prabowo Maju sebagai Capres berpasangan dngan Hattarajasa, Dan terulang kembali ketika Prabowo kembali Nyalojn berpasangan dengan Sandiaga Uno. Terus terang lama ke;amaan, bila Para jendral itu tak mampu mewasiti dirinya sendiri masing masing, maka masalah ini bisa terbuka secara hina.

Sejarah akan mencatat kehinaan mereka bila mereka, dan membukakan kebusukan pihak pihak yang berlaku busuk nantinya manakala diantara mereka sudah tak lagi memangku kekuasaan, maka akan dengan sendirinya akan diungkap segala kekeliruan mereka itu, dan kita akan kasihan dengan anak keturunan mereka yang akan menanggung malu. Oleh karena itu sebaiknya berhentilah mengarang ceritera boihong, agar tidak memperdalam kebencian.

Harapan kita kepada Prabowo, bila seandainya memenangkan Pilpres, maka janganlah kekuasaan yang diembannya dijadikan kesempatan untuk balas dendam,  kalau memang masyarakat masih saja menuntut penyelesaian dan penjelasan, maka kita semua berharap, bisa diselesaikan secara bermartabat. Sesdangkan jika Jokowi yang memenangkan Pilpres kali ini, kita tak akan yakin, beliau mampu menyelesaikan. Maka himbawan kita kepada mereka yang bersengketa, hindarilah fitnah dan jangan mau diadudomba. yang akhirnya akan merfugikan mereka yang terlibat dalam persaelisihan ini, agar tak dipermalukan oleh keadaan secara lebih kejam, disaat rakyat telah kehilangan kepercayaan.

Saturday, March 23, 2019

DARI GORONG GORONG HINGGA PERANG TOTAL.

DARI ADU KESEDERHANAAN - Hingga Perang Total. Digunakan untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan untuk mmpertauhkan sebuah negeri syurga yang maha luas, sebuah negeri yang kaya raya, tetapi penduduknya, miskin papa. Tampillah seorang Jokowi yang berhasil merebut hati rakyat dengan segala kesederhanaannya, kebersediaannya masuk kedalam got yang minta ampun baunya, justeru membuat namanya demikian harum dan melejit, sehingga tak segan segan rakyat menyerahkan dan mempercayakan kepadanya untuk memanfaatkan kekayaan negara ini seluasnya untuk kesejahteraan rakyatnya yang terbilang kurang beruntung, setelah sekian kali dipimpin Presidennya. Lagu seribu janji dinyanyikan Sang Presiden Jokowi. Sayang beliau seperti telah melupakan segala janji janji itu, beliau dinilai gagal oleh para pesaingnya, padahal segala citra keberhasilan telah disetting untuk kemuliaan bangsa, kini jabatan penting itu mulai terancam akan dirampas oleh rakyat kembali, maka muncullah istilah perang total untuk mempertahankannya.




Sekitar Duapuluhan hari lagi lita akan menyelenggarakan Pilpres, ada dua pilihan, yaitu Jokowidodo sebagai calon petahana, dan Prabowoi selaku penantang atau pesaing. Selaku petahana memang sejak semula elektabilitas Jokowi selaku petahana hanya tipis di atas angka 50%, dari waktu ke waktu melorot dan kini sudah berada di bawah 50%, posisi yang diharamkan bagi seorang petahana, hal ini karena petahana memang sudah melakukan kampanye sejak empat tahun silam, seyogyanya elektabilitas itu berangka ideal mulai 60% ke atas.

Bagi kita sebagai jelata, terserah saja nanti siapa yang terpilih sebagai Presiden, apakah petahana atau penantang, kita akan secepat mungkin muvon, barangkali itulah yang terbaik dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang jelas kita harus yakin Tuhan Maha pengasih lagi maha penyayang. Kalau saja memang Jikowi terpilih kembali, kita harus terima dengan suatu harapan agar kedepan tak lagi melakukan pencitraan palsu, seperti selama ini, pencitraan boleh tetapi dengan maksud meningkatkan kualitas, bukan membodohi rakyat. Tugas residen adalkah mengabdi kpada rakyat, melindungi rakyat, bangsa dan wilayah serta kekayaan kita semesta. Semoga saja Allah menuntunnya ke jalan yang benar, dan tidak dipengaruhi para kelompok pebisnis dan politisi yang fragmatis. Kita harus sadar bahwa Jokowi kurang memiliki wawasan dan kapasitas sebagai Pimpinan Bangsa.

Kalau seandainya Prabowo yang memenangkan pemilihan, kita berharap para kelompok tak trerlalu mengganggunya, karena kita lama lama menyadari bahwa Prabowo memiliki musuh lama yang tak menyukainya, yaitu para pensiunan jendral sepuh. Yang tak menyukai Prabowo menjadi Pimpinan Nasinal. Semoga saja kita mampu bersatu membela Pemimpoin terpilih guna mengalahkan mereka yang dikuasai hawa nafsu. Semoga saja akan muncul tokoh penyelamat yang bisa menyadarkan pihak yang berniat mempersulit Prabowo. sehingga Bangsa ini memiliki kesempatan membangun. Tinggal 20-an hari lagi semoga kita semakin kondusif. Semoga Allah mengirimkan kepada kita Pemimpin yang benar, adil dan mampu bekerja secara profesional.

Tuesday, March 19, 2019

AGUM GUMELAR HARUS PERTANGGUNGJAWABKAN UCAPANNYA.



AGUM GUMELAR, menjadi Jendral dalam spesial;is kampanye hitam bagi Prabowo, demikian setidaknya karena tokoh satu ini hanya muncul lima tahunan setidaknya dua kali Pilpres yang memunculkan Prabowo sebagai salah satu calon. Keberanian Agum Gumelar.  Kasus pelanggaran HAM berat yang dituduhkan kepada Prabowo oleh Tim yang ditunjuk tak berhasil dibuktikan setelah bekerja sekian lama baru mengumpulkan sejumlah data subjektif, yang sulit dipertnggungjawabkan melalui Pengadilan yang resmi. Yang akhirnya Prabowo diberhentikan dengan hormat dengan segala fasilitas dan gaji yang diberikan sebagaimana laiknya mereka yang telah memasuki purnatugas.

Apakah serangan Agum Gumelar kali ini akan berhasil seperti Pilpres sebelumnya, atau serangan  ini tidak berpengaruh sehingga Prabowo seperti anteng anteng saja dalam menghadapi seragnagn Agum yang memang sudah bisa dikategorikan sebagai kamapnye hitam, tetapi kampanye hitam yang dilakukan oleh Agum Gumelar memang menguntungkan petahana yang dalam hal ini Jokowi, yang pada saat ini sedang sibuk sibuknya kampanye, sekalipun tak mengambil cuti dari kesibukan kepresidenan, sekaligus petahana.

Sebagai rakyat kita sangat mengharapkan agar masalah ini bisa terselsaikan dengan baik, tak ada lagi pihak pihak sekalipun sudah Purnawirawan lalu mengumbar seluas luasnya sesuatu yang semestinya dirahasiakan oleh institusi TNI. Sekalipun sudah Purnawirawan sikap kekeh menyimpan rahasia itu harus dipertahankan, apatah lagi terhadap sesuatu yang belum final karena ada unsur subjektivitas yang ingin memaksa.

Jika memang Agum Gumelar merasa banyak tahu dan tidak memiliki kesanggupan untuyk bicara di sidang resmi, maka Agum harus segera menulis, dan sertakan sekian banyak nama sebagai saksi seperti yang diakuinya, sebagai penguat terhadap bukti yang nampaknya memang tak menghadirkan Gumelar sebagai pelaku atau memiliki keterlibatan secara fisik. Segera Agum melakukan penulisan sehingga semua orang bisa menjadi saksi yang bisa menuduh tulisan Agum itu salah atau benar, atau memang samar samar.

Jika gagal menyelenggarakan pengadilan yang sepresentatip, maka menulislah, walaupun memang menjadi etika setiap penulis, maka dia akan tuliskan, bahwa: " Sebagai manusia maka tulisan ini tidak sempurna, tidak tertutup dari salah dan khilaf, mohon kritik dan saran agar kesalahan ini dapat kami perbaiiki". Tidak ada penulis yang baik serta merta mengakui bahwa Dia bersih dari kesalahan dan kekeliruan. Artinya, ketika Agum bersedia menulis maka dalam waktu yang bersamaan, janganlah sekali kali merasa yang paling mengetrahui dan paling benar, itu bukanlah karakter sebagai penulis yang baiik.  Dilklema Agum Gumelar akan dirasakan sebagai siksaan yang paling menyakitkan nanti di alam akhirat, bila sekecil apapun tersebar fitnah.

Wednesday, March 13, 2019

MENGAMBULANKAN AKAL SEHAT.


DUA ORANG PENDEKAR AKAL SEHAT terpaksa diambulankan, keduanya bukan di bawa ke Rumah Sakit terdekat, teta[i justeru di bawa ke Kampus milik Muhammadiyah, juga untuk mengkampanyekan akal sehat. Hal itu sekedar mengantisipasi atas ancaman seorang Caleg setempat yang bernaung di bawah Rzim calon petahana, setelah beberapa hari sebelumnya Ketua Pemanangan calon petahana meniupkan genderang sebagai perang total. Sang Caleg mendatangi Panitia di Kampus sembari mengancam perang sungguhan manakala kedua orang tersebut ternyata masih juga duhadirkan du Kanous itu



Politisi yang juga Caleg setempat dari Partai pendukung itu mengatakan bila Gerung Dan Said Didu masih datang juga ke kamapus itu maka berarti kita akan perang, hardiknya. Yak memang beberapa waktu sebelumnya Ketua Pemenangan Jokowi menyatakan mengingat elektabilitas calon petahana sepertinya mandeg, maka Tim Pemenangan Jokowi Makruf Amin akan melakukan perang total. Tetapi kita tak tahu apakah ancaman si politisi tadi sebagai genderang perangnya.

Ceramah sudah dilaksanakan. kedua narasumber itu sudah pulang ke Jakarta. Tampa ada pristiwa perang seperti yang diancamkan. Kita bersyukur hal tersebut memang tidak terjadi, Tetapi barangkali saja ini memang belum selesai, karena biasanya lalu yang maju adalah sejumlah delik pelanggaran terhadap sejumlah pasal. Walaupun banyak diantara yang diadukan ke Polisi tidak ditindaklanjuti, tetapi ada juga yang diluar dugaan justeru dihadapkan di meja sidang pengaduilan. siapa tau

Sunday, March 10, 2019

HARI CHAN SILALAHI : ISLAM BUKAN ANCAMAN BAGI MINORITAS.


MUNCUL KEMBALI  perdebtan tentang Prabowo pada saat menjelang Pilpres 17 April 2019  yang akan datang, tergerak membolak balik tumpukan majalah lama, yang memang ada saat itu saya ajeg membeli majalah kesayanganku Ummat. Yang memang pada saat itu para jendral samar terdengar saling berselisih. Tetapi ada saja kelompok nyinyir bersemangat sekali menghabarkan kejahatan ummat Islam berdasarkan hawa nafsunya saja. Lalu muncur sosok jujur yang masih berpikiran waras, namanya  "Hari Chan Silalahi yang lantang mengatakan Islam Bukan Ancaman Bagi Minoritas"  Beliau adalah keturunan China, nama Marga Silalahi didapat atas jasa temannya yang juga Silalahi,  beragama Katholik. Beliau sempat menjadi Ketua Pergerakan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia (PMKRI)  dan sempat juga menjadi pimpinan CSIS, kelompok analisis yang sangat berwibawa itu. Yah, memang begitu, di samping ada ada Muslim yang senang mengkritisi Agama Islam, tetapi ada juga Non Muslim yang tak segan memuji Islam, dan salah satunya adalah Hari Chan Silalahi, yang lantang mengatakan bahwa Islam sama sekali bukan ancaman bagi Minoritaa.  (baca majalah Ummat No. 8 th IV/ 31 Agustus 1988).

Sekalipun Dia dilahirkan dari keluarga keturunan minoritas Tionghoa sebagai Sarjana Hukum Alumni UI Iya akan memiliki pemahaman terhadap segala situasi yang terjadi disekitarnya, dia telah belajar metodologi, artinya memiliki kemampuan mencari data yang dibutuhkan dalam upaya mengetahui masalah dan bagaimana cara menganalisa data yang telah terkumpul itu dijadikan premis premis guna mencapai konklusi secara benar dan metodologis, dia telah belajar sosiologi sehingga dia memiliki kemampuan memahami aktivitas kemasyarakatan, dan dia telah belajar psychologie memahami kejiwaan  manusia manusia yang terlibat dalam sejumlah pritiwa dalam posisi apapun.

Selaku seseorang yang ketika menjadi Mahasiswa sempat memimpin organisasi mahasiswa Katholik, sesuai dengan agama yag dianutnya, dan bahkan ketika Ia  aktif sebagai anggota dan bahkan Pimpinan Organisasi peneliti dan diskusi yang sangat berwibawa itu, mak seyogyanya kita tak meragukan kesimpulan yang ditariknya bahwa Islam Bukan Ancaman Bagi Minoritas di Indonesia, Artinya bahwa memang ada sekelompok orang yang memang didalam otaknya senganja mencari cari dan  memanfaatkan segala situasi  untuk menyudutkan dan menuduh nuduh Islam.

Siapa yang sebenarnya pada saat itu, sedang berupaya menjatuhkan Presiden Soeharto, siapa sejatinya yang sedang bersaing merebut kekuasaan ketika Suharti jatuh. Orang sekelas Hari Chan Silalahi selaku Pengurus atau Pimpinan CSIS sngat memahami percaturan antar siapa dengan siapa, kelompok mana dengan kelompok mana. Dan memang tercatat dalam sejarah bahwa kelompok Islam masih belum tergerak untuk ikut berebut kekuasaan. Hanya mereka yang culas yang lalu menuduh Isklan secara serampangan, karena Hari Chan Silalahi sedang berfikir waras.


https://forumblogs.files.wordpress.com/2013/06/indonesia_flag_gif.gif

UMMAT ISLAM LEBIH SIAP BERDEMOKRASI


ROH ISLAM SANGAT BERJASA dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, tetapi akhir akhir ini pasca kekalahan Ahok dalam Pilkada DKI yang lalu selalu saja muncul retorika bahwa Islam anti NKRI, anti Pancasila dan anti UUD 1945, saya teringat dengan mendiang Cak Nur atau Doktor Nurcholis Madjid, eorang tokoh intelektual Muslim yang dalam teori dan ijtihad politik  tak segan segan sering berseberangan dengn para tokoh Islam lainnya, sehingga nampak mendapat simpati dri pihak non Muslim.

Beliau mengatakan bahwa Ummat Islam di Indonesia jauh labih siap berdemokrasi dibanding kelompok dan komunitas lainnya. Hal ini dikemukakannya pada Majallah Ummat Edisi Khusus 1 Februari 1999 dan itu dimuat menjadi laporan utama majallah itu. Cak Nur mengatakan bahwa dalam kultur politik Bangsa Indonesia ini sejatinya tak dapat dihindarkan ada kelompok Mayoritas dan minoritas, tetapi nampaknya minoritas merasa kurang nyaman dengan sebutan itu, sehingga menjadi tugas kelompok Islam untuk menjaga perasaan minoritas yang seperti itu. Dan tambah Cak Nur dan itu memang sudah dilakukan oleh kelompok Islam untuk membangun demokrasi. Dalam hal ini Ummat Islam memang lebih siap dalam berdemokrasi.

Tentu saja pandangan Can Nur itu bisa dikritik dengan menggunakan anggle tertentu.Tetapi Cak Nur adalah bukan orang yang antikritik, sehingga Can Nur diakui oleh berbagai kalangan sebagai Guru Bangsa, sayang beliau tidak berumur panjang, namun demikian banyak sudah pelajaran penting yang beliau torehkan untuk anak bangsa. Mayoritas harus menjadi pelindung minoritas.

Saya teringat dengan filosofis salam kita : "Assalamu'alaikum Warohmatullah Wabarokaatuuh"  yang artinya Saya Siap Menjamin keselamtan anda bahkan kita bersama akan merasakan nikmatnya Rahmat Allah asalkan kita bersama tak melanggar aturannya, Artinya kita sebagai ummat Islam harus menjadi pelindung bagi orang lain selama mampu membangu  kesepakatan agar tdak sengaja mewan aturan yang ditetapkan Allah,  Wallohua'lam bishowab,