KUTIPAN : Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo
(Jokowi) menyebutkan, saat ini ekonomi dunia sedang berada pada masa
yang sulit. Selain sulit, situasi juga penuh ketidakpastian.
"Kita
harus bicara apa adanya bahwa situasi ekonomi dunia sekarang ini masih
betul-betul pada posisi yang sangat sulit. Saya kira Bapak-Ibu semuanya,
bupati, juga merasakan betapa ketidakpastian ekonomi dunia itu
betul-betul sulit dikalkulasi dan sulit dihitung," kata Jokowi di depan
para bupati se-Indonesia, Kamis (5/7/2018). https://www.cnbcindonesia.com/news/20180705141054-4-22091/jokowi-sebut-ekonomi-sedang-sulit-benarkah
MEMBACA kutipan tersebut di atas saya seperti mendapatkan sedikit kelegaan bahwa Presiden Jokowi sejatinya memiliki kejujuran yang sangat tinggi, dan betapa indahnya manakala kejujuran itu mampu dipertahankan, walaupun resikonya semua kelemahan akan terbaca oleh masyarakat komunitas rakyat yang dipimpin. Walaupun sebenarnya kelemahan kelemahan itu bisa dijadikan dasar untuk berpartisipasi dalam rangka menutupinya, tetapi sebagai Pemerintah sejatinya kecenderungan penguasa adalah menutup nutupi segala kelemahannya dari rakyat yang dipimpinnya. Karena kelemahan itu juga sebagai ruang tembak bagi parapihak yang berambisi untuk menggantikannya sebagai pemimpin.
Di lain pihak memang biasanya seorang penguasa melakukan berbagai langkah taktis berbentuk pencitraan untuk menenamkan kepercayaan dan keyakinan bahwa pemimpin tak memiliki kekurangan dan cela apapun. Dan dalam banyak teori politik itu disyahkan. Dan bagi masyarakat umu semua jamak adanya, hanya saja Presiden Jokowi telah melakukan kesalahan fatal ketika Ia menjadikan Ibadah keagamaan dalam hal ini Islam sebagai alat dan objek pencitraannya.
Ketika semua mafhum bahwa warna politik Presiden Jokowi itu adalah Nasionalis sekule, pendukung wrna politiuk seperti itu banyak juga pendukungnya, termasuk diantaranya adalah sebagian dari masyarakat penganut agama. Selain warna politik skularis ada juga kelompok masyarakat yang berusaha menggunakan ajaran agama sebagai literatur politiknya, utamanya agama Islam dalam sejarahnya perkembangan agama Islam selalu melekat dalam percaturan politiuk dan kekuasaan. Di awal mula penyebaran agama Islam di periode Makkah Islam sulit berkembang, ketika kepemimpinan dikuasai oleh kelompok kafir Quraisy.
Penyebaran agama Islam baru berkembang secara baik ketika memasuki periode Madinah, dimana pada saat itu Rasulullah SAW mendapatkan kesempatan dan kepercayaan untuk muncul sebagai Pemimpin Bangsa selain juga sebagai pemimpin Agama. Rasulullah Saw. di periode Madinah Rasulullah SAW telah memasuki dunia Pemerintahan, dan berdasarkan sejarah bahwa dalam periode ini Islam mulai terhindarr dari berbagai uapaya Penguasa untuk menekan dan menghambat perkembangan Islam melalui tekanan kekuasaan dan semacamnya.
Pemilu pertama Tahun 1955 menghasilkan PNI 57 kursi, Masyumi 57 kursi, NU 45 kursi, PKI 39 Kursi, PSII 8 kursi, Partai Kristen 8 kursi dan Partai Katholik 6 kursi, plus sejumlah partai gurem lainnya baik skuler maupun Islam dan jumlah kursi secara keseluruhan 257. Adalah merupakan suatu yang hal yang wajar, manakala terjadi persaingan yang sesungguhnya berimbang manakala berjalan secara fair. Pemilihan legislatif itu juga memiliki peran untuk menghitung aspirasi masyarakat, di mana suara Islam nampaiknya merupakan suara mayoritas, sehingga wajar saja bila suara Islam itu menjadi suara yang selalu diperebutkan.
Ada beberapa cara untuk menggembosi suara Islam agar berpecah, dahulu waktu zaman PKI atau Era Orde lama adalah dengan cara melakukan pembusukan pimpinan ummat, diantaranya Buya Hamka adalah copntoh misal, Buya Hamka adalah tokoh Panutan Ummat. Pada Era Orde Baru adalah dengan merekrut sejumlah tokoh panutan untuk menjadi bagian dari Rejim Orde Baru, cara seperti ini nyaris berhasil dengan sempurna. Mayoritas tokoh ummat adalah bagian dari Golkar, baik langsung maupun tidak langsung. Pada era Orde Baru ada sejumlah tokoh di kelompok Islam yang tertangkap karena melanggar batas aturan, tetapi rata rata itu mereka itu adalah tokoh yang tak dikenal, belakangan diudga mereka memang tokoh rekayasa belaka.
Pada Era Orde Jokowi, rezim full bekerja dengan sejumlah Partai Pendukung, pembusukan tokoh dan pimpinan ummat lebih dilakukan melalui merdsos, tokoh agama kurang direkrut, nyaris tokoh agama Islam khususnya kurang terwakili. Jalan keluarnya adalah tidak tanggung tanggung, ketika Jokowi gagal membina hubungan dan komunikasi secara baik dengan ummat dan ulama, rejim ini nampaknya ingin menunjukkan keidentitasan sebagai politik Nasionalisme Liberal. Pada pertengahan kekuasaan Orde Baru disosialisasikan politik Nasionalisme Religius. Tetapi nampaknya kita akan mengacu ke Barat dan Negara maju lainnya, politik kita menuju Demokrasi Liberal.
Wajar saja di Era Rejim Jokowi akan banyak benturan dengan Islam, karena pada saat Jokowi mengkampanyekan untuk melepaskan identitas keislaman dari dunia politik, tetapi dalam waktu bersamaan Demokrasi Liberal gencar dikumandangkan. Bentiran ini semakin lama semakin jelas dan memang tak lagi ada upaya menutupinya. Walaupun nampaknya bahwa upaya merebut suara Islam adalah merupakan sesuatu yang harus selalu diupayakan. Pada akhirnya Rejim Jokowi semakin transparan untuk mengenyahkan para ualama yang dianggap dapat menghambat cfita cita politik yang dimainkan oleh Jokowi. Tetapi dilain pihak ada upaya untuk memaksakan menerima Jokowi bukan hanya sebagai penganut Islam yang baik, tetapi Jokowi diupayakan untuk dicitrakan sebagai 'aabid atau ahli ibadah.
Secara berulang ulang staf Jokowi meminta beberapa pengurus masjid yang dikunjungi Jokowi agar Jokowi menjadi imam sholat yang memang menyaringkan suara, dan memang nampaknya Tim Jokowi sudah mempersiapkan kamera dan proses sholat dijadikan bahan youtube dan segera diviralkan sebagai alatpenciutraan. Padahal adalah kekeliruan besar menjadikan pribadi Presiden Jokowi sbagai pemain tunggal pencitraan untuk dijadikan sebagai sosok 'aabid dan ulama sekaligus adalah keliru. Karena terlalu banyak orang yang bisa mengukur tingkat pengetahuan agamanya dan kekhusyukan ibadahnya. Terlalu banyak orang yang memiliki kemampuan mengukur kelurusan beliau membaca bacaan sholat. Langkah yang satu ini sangat keliru, yang didapatkan adalah justeru kekecewaan ummat karena beliau telah sanggup mempermaikan sholat sebagai pencitraan dan keuntungan politik sementara bicara di mana mana jangan memnggunakan agama unruk kepentingan politik.
.
Tuesday, July 31, 2018
Sunday, July 29, 2018
GERUNG : KEBENARAN vs KEKUASAAN
TERUS terang bagi saya kemunculan Rocky Gerung di ILC bernilai positif karena logika yang ditampilkan memiliki peluang untuk mencerdaskan. Tetapi selain yang yang menyukainya tentu ada yang membencinya, alasan tentu bukan untuk kecerdasan, nampaknya demi mempertahankan kekuasaan, karena teori teori yang dikemukakan Gerung jarang menguntungkan pihak yang sedang berkuasa. Maka catatan saya saya beri judul Gerung : Kebenaran vs Kekuasaan. Pada saat ini mereka yang berkuasa berusaha menentang Gerung, sedang kebenaran yang diusung Gerung dimanfaatkan. Pada saat ini kita sedang terbagi, yaitu mereka yang merasa nyaman dengan gaya Kepemimpinan Jokowi sebagai penguasa, dan pihak opposisi sebagai pesaing, yang poada saat ini mau tidak mau harus Prabowo yang dilambangkan, walaupun tidak representatrif.
Dengan suatu keyakinan bahwa nantinya kita akan muncul sebagai suatu bangsa yang beradab manakala memiliki kemampuan menyelenggarakan diskusi yang baik dan beribang yang bukan menggunakan kekuasaan untuyk mendominasi kebenaran, bahkan menjadi kebenaran itu sendiri, tetapi diskusi yang mampu membangun konstruksi kebenaran itu sendiri sehingga memiliki kemampuan menyimpan kebenaran sebagai sumber belajar serta alat belajar sekaligus.
Kualitas diskusi di ILC itu dengan sendirinya akan meningkat kualitas dan martabat bangsa Indonesia manakala diskusi yang paling diminati di Indonesia ini mampu menghadirkan para narasumber dan peserta diskusi yang benar benar berkualitas, yang mengerti dan mematuhi kaidah kaidah diskusi secara baik, tidak menggunakan kekuasaan sebagai pegangan dalam upaya mencari kebenaran. Untuk ini ada ajakan Gerung agar gagasan digambarkan secara sistematis dengan menggambar sistematika secara seutuh utuhnya, baru didukung hystoris untuk memudahkan lawan diskusi dan pemirsa siaran langsung ini memahaminya.
Saturday, July 28, 2018
JOKOWI BUTUH DUKUNGAN SUARA ISLAM
SULIT DIPUNGKIRI bahwa sejatinya Jokowi gagal berkomunikasi secara baik dengan ummat Islam, karena beliau keliru langkah dalam menerapkan komunikasinya dengan ummat Islam pada saat aksi bela Islam dan aksi damai ummat Islam dalam kasus Ahok. Bahkan sempat para ulama panutan ummat dibombardir dengan gas sehingga banyak juga yang harus dirawat dirumah sakit. Jokowi nampak bimbang sehingga ummat banyak mengira Jokowi sejatinya bersekongkol dengan Ahok, yang berhasil membangkitkan amarah ummat kepadanya, paska pernyataan di Pulau Seri hu itu. Sadar akan kekeliruan atau mungkin dillematis bagi Jokowi, karena di lain pihak Ahok adalah sangat berarti bagi Jokowi.
Upaya rezim Jokowi mendekati ummat Islam melalui NU dan Muhammadiyah justeru membuat luka baru, karena upaya pendekatannya berpotensi memecahbelah ummat dengan pro dan Kontra, karena melalui aparat resmi dikatakan bahwa yang berperan dalam Kemerdekaan hanya NU dan Muhammadiyah, Padehal masij ada beberapa komunitas ummat Muslim yang dikenal gigih berupaya untuk mencapai Kemerdekaan dengan cara mengusir penjajah. Taktik belah bambu Jokowi melahirkan luka tersendiri.
Kalaupun hanya NU dan Muhammadiyah yang akan dirangkul oleh rezim Jokowi, maka dukungan dari komunitas ummat Islam dalam Pilpres dirasakan kurang dapt dijadikan jaminan. Karena pada saat aksi bela Islam dan aksi damai lainnya, justeru sebagian besar adalah anggota NU dan Muhammadiyah, walaupun keduanya secara resmi menyatakan melarang anggotanya terlibat dalam aksi ini dengan membawa atribut organisasi. Diu sisi lain artinya politik kepemimpinan NU dan Muhammadiyah sudah saatnya mampu mengevaluasi diri.
Evaluasi cepat rezim Cokowi nampaknya memutuskan bahwa pasangan Jokowi membutuhkan Cawapres yang masih memiliki hubungan baik dengan kelompok ummat di luar NU dan Muhammadiyah itu tadi. Fenomena munculnya nama Machfud MD, M. Ali Muchtar Ngabalin, TGB. Majdi dan terakhir Kapita Ampera adalah merupakan langkah kongkrit. Sayang sekali para pendukung Jokowi memanfaatkan kebersediaan keempat tokoh ini untuk untuk menjalin komunikasi dengan baik denganb Jokowi justeru dimanfaatkan untuk mencibir, melalui media khususnya media sosial. Yang justeru kempat tokoh ini menjadi bulan bulanan, padahal seharusnya diajak untuk bersama bersimpati. Agar keempatnya mampu berperan menjadi jembatan untuk merealisasikan tercapainya kepentingan.
Sudah rahasia umum bahwa Pilpres di berbagai Negara selalu saja pihak asing tidak akan netral untuk mengamankan kepentingannya. Mereka tak segan segan mengeluarkan dana banyak, tidak terkecuali di Amerika Serikat, karena ada Warganegara Indonesia yang memberikan bantuan kepada Calon Presiden di Amerika Serikat yang konon melampawi batas maksimal yang diatur internal. Tentu saja lebih banyak negara lain yang pengusahanya sejatinya ikut terlibat dalam Pilpres di Amerika, dengan danan yang lebih besar. Mereka adalah para pengusaha dari negara yang lebih maju dan lebih makmur.Kepentingan mereka adalah memgamankan usaha mereka masing masing, itulah sebabnya asing sering tidak netral dalam Pilpres pada negara, di mana mereka membuka usaha.
Jumlah perusahaan asing di Indonesia nyaris tak terbilang banyaknya, atau tidak gampang untuk memiliki data mereka. Setiap kali membicarakan data asing dalam dunia perusahaan, serta jumlah karyawan asing di di Indonesia nampak tak akan ada selesainya, karena masing masing memiliki data yang berbeda. Pihak Pemerintah sendiri seperti kesulitan untuk memutakhirkan data. Data itu seperti sesuatu yang wajib disembunyikan, barangkali ada kepentingan politik besar dibalik data itu. Terlepas dari berapa data yang sebenarnya, tetapi nyaris rata dipahami dan dirasakan akan besarnya campur tangan asing baik dalam Dalam Pilkada, terlebih dalam Pilpres.
Tetapi permainan cantiuk dalam berpolitik harus diupayakan agar elok dalam pandangan rakyat maupun maupun asing. Kemenangan persainmgan apalagi Pilpres harus memiliki kesesuaian dengan gejala yang nampak, bukan hanya disuarakan dalam gambaran elektabilitas hasil survey. Survey akan lebih tepat dijadikan konsumsi internal partai, bukan dipertontonkan ke publik. karena lama kelamaan survey yanmg melahirkan elektabilitas itu ternyata masih diragukan provesionalisme dan kejujurannya, karena kata para pengmat bahwa pertanyaan dan pilihan sampel tak lepas dari strategi mendapatkan hasil yang diingunkan.
Maka yang paling sahih tentunya gejala yang langsung tertangkap di mata publik, itulah sebabnya dukungan suamara pendukung muslim pelu diperlihatkan.
Walaupun terlambat maka memiliki jubir yang seyogyanya mewakili suara Islam memang dibutuhkan sangat. Sejatinya Jokowi membutuhkan tokoh seperti Said Agil Siraj, Purnomo Wahid, Buya Syafii Maarif, Machfud MD, Moh. Ali Muhtar Ngabalin, dan Tuanku Guru Bajang Majdi, pernyataan pernyataan para tikih yang disebut di atas kerap mengeluarkan pernyataan yang menguntungkan Jokowi dalam mendongkrak tahta elektabilitasnya.
Tetapi sayang para tokoh ini tidak berhasil memberikan masukan masukan yang tepat kepada Jokowi agar mampu menampilkan diri lebih Islami, lebih komunikatif demham ulama dan ummatnya. Mereka masih sering justeru membuka fron dan perselisihan dengan ummat secara diametral. Mereka bukan membuat Jokowi mendapatkan simpati dari ulama dan ummat, tertapi menambah daftar kekecewaan. Dan akhirnya pada saat ini Jokowi kesulitan dalam menentukan siapa Cawapresnya.
Thursday, July 26, 2018
KEHADIRAN PWRI HARUS DIRASAKAN MANFAATNYA
KINI KALI KEDUA saya menghadiri pertemuan di PWRI Lampung, kedua duanya sempat dihadiri oleh Ketua PWRI Lampung periode 2018-2022 yang menurut rencana akhir bulan Agustus nanti baru dilantik. namun beliau berkenan ketika didapuk memberikan sambutan, sambutan kali kedua ini tidak kalah penting dibanding kali pertama. Dalam sambutannya beliau mengatakanbaru sebagian yang lebih kecil para pensiunan PNS yang bergabung dengan PWRI, sisanya masih enggan bergabung, padehal PWRI ini adalah wadah tunggal yang bersekala nasional. Mungkin ada beberapa hal yang mengakibatkan keengganan itu.
Oleh karenanya adalah merupakan tugas bagi kita semua yang tergabung dalam kepengurusan PWRI pada semua jenjang dan jajarannya, Untuk memberikan pejelasan tentang status dan fungsinya serta manfaat dan keuntungan lainnya bergabung di PWRI. Beliau mengatakan bahwa kita semua harus tahu betul bagaimana kondisi seseorang atau keluarga atau lembaga yang sudah memasuki masa prnsiun. Lalu untuk dijeloaskan apa manffatnya dalam rangka mengantisipasi ataupun mengupayakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi itu,
Jelas ini merupakan janji seorang Ketua sebagai resiko pengembanan tanggungjawab yang harus diusung dan dituntaskan hingga akhir masa jabatan untuk dipertanggungjawabkan dihadapan forum sebagai jenjang tertinggi pengambilan Keputusan ditingkat Pengda Provinsi sesuai dengan tuntunan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) organisasi PWRI yang berlaku. Perlu kita simak bahwa struktur Kepengurusan dalam tubuh Organisasi PWRI adalah merupakan sinyal sebagai gambaran dari rencana besar yang direncanakan. Maka adalah sangat pantas nampaknya bila Ketua sejak sekarang telah mencoba mengangsur penyampaian informasi yang harus disampaikan utamanya bagi personal yang akan terlibat dalam penyelenggaraan program, yang dituntut untuk dirasakan manfaatnya bagi para anggota.
Untuk itu maka yang paling dibutuhkan oleh pngurus sekarang adalah teridentifikasinya permasalahan yang dihadapi oleh para pensiunan. Kita meyakini bahwa rupa dan jenis permasalahan yang dihadapi oleh para pensiunan itu semakin lama akan semakin terinci. Pada Awalnya barangkali kita hanye memiliki kemampuan menangkap hal hal global dan menonjol saja, tetapi manakala data itu kita inventarisir dengan baik, maka kita yakin bahwa jumlah dan jenisnya akan semakin berkembang, sejalan dengan semakin kompleksnya kebutuhan dalam kehidupan masa tua. Karena masa tua bukan akhir dari segalanya, bisa jadi kita telah memasuki dunia baru kita yang harus teridentifiukasi secara tubtas.
Hasil identivikasi ini akan disebut tuntas manakala Pengurus juga memiliki kemampuan untuk menterjemahkannya ke dalam program. Sehingga program dan keberadaan PWRI ini akan dirasakan manfaatnya bagi para anggota, dan para pensiunan memiliki ketertarikan karena terasa besar manfaatnya bagi mereka. Kita yakin, dengan pengalaman kerja kerja para pengurus bisa dimanfaatkan untuk mengusung tanggung jawab yang sangat berat ini. semoga.
Tuesday, July 24, 2018
BAHASA POLITIK IBARAT MENYUSUN SYAIR LAGU CINTA
KAPITA AMPERA NYALEG DI PDIP, ini termasuk aktivitas politik dalam aktivitas politik, didukung dengan bahasa politik. Bahasa politik itu dalam prakteknya sering seperti orang mengarang lirik sebuah lagu cinta, sepertinya tidak harus didukung sebagai hal yang sebenarnya, karena yang penting sesuai nadanya dan sebisa mungkin puitis sairnya. Dan bagi penyanyinya yang paling penting adalah mampu menghayati lagu itu dan lagu dinyanyikan penuh ekspressi, selesai menyanyi penghayatan tak dibutuhkan lagi. Itulah yang dialami oleh Kapita Ampera ketika nyaleg di PDIP.
Sebagai pengarang dan sekaligus penyanyi Kapita Ampera bebas se bebasnya mengarang kalimat, sedangkan penghayatan dipastikan sangat menarik sehingga banyak piuhak pasti terbuai dan percaya seperti sungguhan. Pengarang dan penyanyi lagu putus cinta, maka ketika dinyanyikan seolah itulah kejadian yang sebenarnya, orangt tertarik, dan tak ada tuntutan kepada siapapun yang menyanyikan lagu sedih untuk tetap bersedih seusai menyanyi.
Sebisa mungkin Kapita Ampera sebagai pnyanyi bisa menghibur semua pihak, menghibur Partai demokrasi perjuangan (PDIP) sebagai komunitas yang menerimanya, dan komunitas Fron Pembela Islam (FPI). Dia harus meyakinkan PDIP agar memiliki kepercayaan penuh, dalam waktu yang bersamaan, dia akan membuat FPI tidak terlalu kecewa, bahwa batinnya tetap bersama FPI walaupun jasadnya bersama PDIP. Ibarat beristeri dua maka terpaksa harus berbohong.
Tetapi bagi PDIP ini adalah keberhasilan yang luar biasa,FPI terutama Habib Riziq (HR) sebagai pihak yang paling tak disukai oleh PDIP, terlalu banyak ucapan HR yang dianggap merugikan kepentingan PDIP. Sejatinya HR telah dijerat dengan berbagai kasus hukum, baik politik maupun kriminal. Konon telah disiapkan belasan kasus untuk membungkam HR, sayang keburu yang bersangkutan ke Saudi untuk melaksanakan Umroh dan tak kunjung pulang.
Nampaknya kerjasama dengan Pemerintah Arab Saudi untuk memulangkan HR ke In donesia tidak memiliki peluang yang menjanjikan, karena sepengetahuan pihak Arab Saudi HR dibenci karena menyampaikan dakwah dan tak sejalan dengan keinginan Parpol tertentu, banyak ummat yang menyampaikan bahwa HR adalah ulama yang dicintai ummat. HR tidak melakukan kriminal atau pelanggaran hukum lainnya. Selain itu HR sendiri telah ditetapkan sebagai Keturunan Rasul, yang harus dilindungi
Monday, July 23, 2018
Pakar Komunikasi Politik "POLITIK ITU PEPERANGAN" BUNG !
SEPAKAT INI TAHUN POLITIK, Menuruit pakar komunikasi politik yang satu ini bahwa pada hakikatnya manuver manuver politik itu adalah sebuah peperangan, orang bilang politic is War, hanya saja sedikit berbeda dengan peperangan yang menggunakan senjata, peperangan seperti itu adalah dalam rangka berebut wilayah, sedang peperangan dalam politik adalah dalam rangka meraih kekauasaan, dalam politik kita bisa dan bahkan harus menggunakan strategi peperangan sejauh sesuai dengan aturan yang telah disepakati.
Ini disampaikannya dalam acara diskusi ILC, yang membahas masalah hasil Pilkada tahun 2018 yang ternyata merupakan pilkada pemanasan bagi Pilpres yang akan diselenggarakan tahun 2019 ini. Catatan pakar komunikasi politik ini menagatakan bahwa ada pihak yang merasa kecewa dengan hasil yang dicapai dalam Pilkada tahun 2018 ini telah memberikan pernyataan sikap, bukan haya sekedarr isyarat melain telah mengeluarkan pernyataan akan melakukan gempuran polituk secara all out. Di lain pihak beliau juga mengeritik pernyataan bahwa tak terkecuali menghadapi Pilpres 2019 yang akan datang Indonesia dinilainya anteng anteng saja.
Seorang Zainul Majdi yang mendapat gelar Tuan Guru Bajang (TGB) Doktor lulusan Universitas Al-Azhar Kairo seperti menyalah nyalahkan para ulama dan ummat yang sering menyelipkan ayat ayat perang dalam dakwahnya, tetapi TGB tak menunjukkan satu ayatpun dalam pernyataannya. Kita menjadi maklum karena TGB berbucara seperti sedang dalam posisi bukan untuk menjelaskan sesuatu berdasarkan ilmu yang dimilikinya, tetapi lebih untuk kepentingan pribadinya, sehingga sulit bagi kita untuk menjadikan TGB untuk menjadi acuan dalam bersikap, kecuali memiliki kepentingan pribadi yang sama.
Bila berkenan menyimak ceramah ceramah yang telah disampaikan oleh Gatot Nurmantio sebagai mantan Panglima TNI , serta gagasan gagasan yang tergambar dalam ceramahnya, demikian meyakinkan kita bahwa isi ceramah itu benar benar didukung data, serta semangat dan Jiwa NKRI. Maka kita akan berkesimpulan bahwa Indonesia ini merupan ajang peperangan dan kepentingan berbagai pihak di dunia, dan para pihak itu sedang mempengaruhi pihak pihak di Indonesia dan pada saat ini berbagai strategi perang itu sedang dilancarkan. Tampa disadari ada pihak pihak yang merasa sejalan dan berkenan memperjuangkan sesuatu yang ternyata sejalan dengan kepentingan para pihak yang dikatakan kepentingan asing itu, atas dasar persamaan. Dan bukti konfkrit adalah terjadi p-erubahan perubahan konstitusi melalui amandemen UUD 1945, yang sudah beberapa kali itu.
Ada pihak yang mengatakan hasil amandemen UUD 1945 yang paling parah adakah semakin hambarnya Pancasila. Karena dengan amandemen itu telah berhasil menggiring Bangsa ini menerima beberapa konsep yang sesuangguhnya kurang sejalan dengan Pancasila, dan menurut mereka yang kurang sepaham adalah masuknya paham liberal, dan ketika paham liberalis ini bersentuhan dengan ekonomi, maka hasil yang sangat dirasakan adalah kesengsaraan bagi ummat manusia yang memiliki keterbatasan.
Dalam dunia politik nampaknya jamak saja untuk saling menumpang, kadang ditumpangi dan diwaktu yang lain menumpang pihak lain, padahal dalam politik sarat kepentingan. Memang antara yang ditumpangi dengan yang menumpang sejatinya memiliki kepentingan yang sama, tetapi ternyata dalam dunia politik bisa saja antara yang menumpang dengan yang ditumpangi memiliki kepentingan yang berbeda. Maka pada saat itulah bisa saja ada pihak yang tidak keberatan dengan menumpang kepada kepentingan asing yang lebih banyak uangnya, atau sebaliknya justeru ditumpangi kepentingan luar. Dan itulah yang harus diwaspadai, Nyatanya hasil amandemen UUD 1945 nyaman ditumpangi pihak asing.
Perang Armageddon diviralkan untuk membangun kendaraan perang dalam dunia politik, nampaknya Armageddon diharapkan untuk melegalkan peperangan dalam dunia politik dan bukan hanya itu karena dalam Amargeddon seperti akan dinuyatakan bahwa inti perang itu adalah perang antar agama, karena di akhir perang akan ada agama yang muncul sebagai pemenang dalam Armageddon, dan dalam waktu yang bersamaan akan ada pula agama yang menjadi pecundang.
Sunday, July 22, 2018
KEMBANGKAN GERAKAN SOSIAL ISLAM
WALAUPUN sudah terlambat tetapi akhirnya saya hadir di acara ini, walaupun tinggal lagi acara Tausiayah dan doa, saya tetap mensyukuri kehadiran saya karena besar manfaatnya bagi pribadi saya sendiri setidaknya. Tausiyah yang disampaikan oleh Ustadz Nurfaif Chaniago cukup menyentuh hati saya, karena hal ini merupakan sesuatu yang umumnya kita termasuk lalai melaksanakannya secara tertib, teratur da terencana.
Ust. Nurfaif Chaniago adalah pensiunan PNS, di masa pensiunnya, jika tak salah mengingat beliau sempat menjadi anggota DPRD Lampung dari Fraksi Karya Pembangunan. Usia beliau sudah 85 tahun, lalu mengapa beliau mau mengisi acara Tausiyah ini alasannya adalah bahwa beliau adalah sahabat dari Alm Bpk. H. Moh. Syayid. Yang dikenalnya sebagai pejuang Islam yang tak pernah merasa lelah memberikan perhatiannya ke dunia dakwah, pendidikan dan masyarakat miskin. H.Moh. Syayid adalah orang tua dari Sdr. Imam Santoso yang bertindak sebagai pengundang dalam acara ini, dan undangan diantar langsung kepada Ust. Nurfaif Chaniago, sehingga beliau mementingkan kehadiran dalam acara ini untuk menyampaikan tausiyahnya.
Tema yang dipilih sendiri oleh Sang Penceramah adalah pentingnya meningkatkan gerakan sosial keagamaan Islam. Karena setidaknya ada tiga kekalahan Ummat Islam di indonesia, yaitu kekalahan di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, kekalahan dalam bidang ekonomi, dan klekalahan Islam dalam bidang politik. Islam di Indonesia yang merupakan Negara Berkembang memang mengalami ketertinggalan beberapa langkah dibanding negara maju, tetapi ukuran ketrteinggalan kita adalah pada internal bangsa, ummat Islam adalah merupakan bagian dari Bangsa Indonesaia secara keseluruhan. Hal ini tentu bukan untuk ditangisi, tetapi justeru harus dicarikan solusi dan jalan keluarnya.
Jalan keluarnya adalah agar ummat Islam menyusun kekuatan untuk mengatasi hal tersebut di atas secara lebih giat, lebih bersemangat, terencana dan tersusun secara sistematis. Dengan penataan yang baik maka diharapkan ketertinggalan ummat lambat laun bisa diatasi, kira kira demikain itu harapan dari Ustd. Nurfaif Chaniago yang beliau rumuskan dengan cukup sistematis, walaupun relatif singkat.,
Subscribe to:
Posts (Atom)