Wednesday, September 26, 2018
ISLAM NUSANTARA BERKAH ATAU PETAKA ... ?
AGAMA ISLAM, Sebagai Rahmatan lilalamin,memang berhasil menjadi perekat ummat sedunia yang mengimani Allah dan Rasulnya, lalu para ulama dijadikan sebagai pewaris Nabi sepeninggal Rasulullah Muhammad SAW yang tersebar dimuka bumi. Tentu hubungan antar sesama Saudara seiman harus kita pelihara seutuh mungkin karena berkah memang akan diturun kepada ummat yang berhasil menjaga keutuhan berjama'ah, dalam waktu bersamaan kita harus berusaha menjaga dan mengutamakan persatuan dan kesatuan Ukhuwah Islamiyah. Dalam waktu bersamaan kita harus mengantisipasi segala sesuatunya yang bisa mengembangkan potensi perpecahan antara satu dengan yang lain, karena perpechan sudah bisa dipastikan akan melemahkan Islam itu sendiri.
Berapa tahun terakhir kecemasan sebagian ummat Islam dengan kemunculam gagasan dan program yang dinamakan "Islam Nusantara" Nampaknya gagasan ini lebih didominasi kelompok (relatif) muda yang memiliki gaya pemikiran yang liberal, bahkan ada yang mengatakan pemikiran Islam Nusantara sangat diwarnai oleh pemikiran dan pertimbangan politik keindonesiaan yang dalam hal ini pertimbangan dan narasi yang berkembang menyebarkan aroma fragmatis, tetapi yang lebih mengejutkan adalah disampaikan oleh seorang tokoh yang baru pulang dari kunjungan persahabatan secara pribadi ke Israel, Dia mengatakan Islam yang murni adalah Islam Nusantara, sedangkan Islam yang turun di wilayah Timur tengah adalah Islam abal abal.
Wajar bila kecemasan ini semakin mencekam, mengapa pernyataan itu justeru diumumkan sepulang dari Israel, walaupun sejatinya pernyataan Islam Nusantara telah disebut jauh sebelumnya oleh tokoh yang lain. Ditambah pula terakhir Islam Nusantara dipertegas lagi oleh tokoh sepuh KH. Makruf Amiin yang pada saat sekarang sedang Nyawapres, maka ummat tergirim ke pola pemikiran politis. Ya memang sejak awal kemunculan Islam Nusantara lebih berwarna politis ketimbang theologis, walaupun akhir akhir ini dipertegas dengan narasi praktik ibadah yang dianut oleh kita selaku penganut ahlusunnah waljama'ah, tetapi oleh sipembicara dipersempit menjadi kelompok Nahdiyyin, walaupun tidak bisa diklaim begitu saja, karena dalam kelompok Nahdiyyin sendiri dikanal dengan Nahdiyyin Struktural di satu pihak dan kultural di pihak lain, yang di dalam banyak hal menunjukkan perbedaan bahkan pertentangan.
Islam Islam sepertri akan membelit kemana-mana dalam banyak aspek sosial dan politik. karena aspek theologis akan sulit bersaing dengan kitab kitab klasik abad awal di Timur Tengah, yang akhir akhir ini lebih banyak dipopulerkan oleh ulama ulama muda. Yang jujur saja demikian banyaknya perbedaan akibat kekurangan konsisten informasi yang pernah dialami. Informasi dari sumber awal banyak disampaikan oleh Ulama muda yang demikian akrab dengan sejumlah media sosial utamanya Youtube. Ban yak mereka yang terbilang muda atau setidaknya generasi awal kelompok milenial seperti menemukan sesuatu yang sahih dari kitab klasik yang mengalami keterlambatan diviralkan. Ya ..., mereka berguru dengan memanfaatkan Youtube, demham tokoh tokoh muda alumni Timur Tengah. Yang tal segan berdalih dan bersandar dengan memanfaatkan kitab klasik sebagai media sumber belajar.
Kita berharap walaupun nantinya kelompok pendukung Islam Nusantara ini kelak pada suatu saat mampu menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan kelomok politik praktis, atau lebih tepatnya penguasa, uatamanya manakala pasangan Jokowi - KH. Makruf Amin memenangi kontestasi pasangan Pilpres ini, jangan hendaknya kekuasaan dijadikan tangan besi semisal persekusi yang dilakukan oleh sejumlah personal Pemuda Anshor - Banser ketika memperesekusi sejumlah tokoh termasuk Ulama yang tak sejalan diberbagai tempat akan terulang lagi, manakala kekuasaan dan tangan besi ikut bicara, maka yakinlah bahwa kehadiran Islam Nusantara walaupun semula diharapkan akan menjadi Rahmad bisa dipastikan akan berubah menjadi laknat, bukan mengembangkan Islam di Indonesia, tetapi sebaliknya memperkecil dan menghapus keberadaan Islam di Nusantara,semoga.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment