AWAS REZIM SEDANG DIKUASAI PEBISNIS YANG HANYA MEMIKIR KEUNTUNGAN SEMATA.
Fachruddin. |
Tetapi dalam waktu bersamaan muncul juga pembicaraan yangviral tentang kekecewaan NU yang semula dijanjiikan Menteri keuangan untuk mendapatkan gelontoran dana sebesar 1,7 miliyar rupiah yang tak kunjung terrealisasi. Palemik ini nanti akan dasngat merugikan NU karena nantinya akan kalah panggung dengan pihak Pemerintah, Pemerintah
selain mmiliki dana dan staf pendukung dan yang lebih penting lagi memiliki panggung, yang memiliki daya tembus dalam menyebar hoax yang bila hal itu diarahkan ke NU maka kerugian besar ummat Islam menanti pasti. Dahulu Pemerintrah Belanda dikuasai pebisbis yang bernama Compeni, berhasil menorehkan sejarah buruk bagi Bangsa itu, Bahkan agama yang berada disekitar rezim itu kesulitan menghapus imbas buruknya, karena Compeni beraktivitas penuh kecurangan.
Memang NU harus memiliki lembaga ekonomi sendiri yang mandiri, warga NU sangat banyak, biasakan warga NU setidaknya berbelanja di warung warung bahkan bahkan plaza dan mall milik para kader kita. Nikmat rasanya kita makan di Warteg dan Pecel Lele, kedai kopi sampai ke Rumah Makan Padang milik para kader kita NU dan lembaga Islam lainnya. Kita juga dukung bila 212 telah membuat mini market, kita arahkan ummat berbelanja, sejalan dengan pembinaan akan mereka mampu memberikan pelayanan yang semakin meningkat. Kita jangan terpecahbelah, karena akan dengan mudah luar Islam akan memporakporandakan kita.
Kita merasa sedih akan tersebarnya berita bahwa ada pihak yang mengatakan bahwa ada pihak yang dijanjikan bantuan dana kepada Pimpinan Organisasi yang diminta untuk menggagalkan Reuni 212, Said Didu konon menceritakan itu dan di lain pihak Rizal Ramli menyesalkan NU dipimpin oleh tokoh yang fragmatis.
Kita berharap kedepan pimpinan NU mampu membenah diri, hindariu sikap sikap fragmatis dalam memimpin, apalagi diseberang sana terhadap pihak orang orang yang berkuasa dan sekaligus tumpukan uang yang tak terbilang banyaknya, mereka terbiasa menjanjikan uang kepada siapapun yang berkenan membantu kepentingan mereka, mereka itu bersedia mengeluarkan dana yang besar untuk orang orang yang bisa membantu mereka menghancurkan Islam.
Para pemimpin itu selayaknya membimbing ummat untuk segera terlepas dari hutang, karena mereka yang berhutang selain sengsara, mereka juga akan kehiolangan kebebasan. Apalagi bila para pemimpin yang berhutang, waaupun bukan hutang uang, para pemimpin yang berhutang janjipun akan mengalami kesengsaraan dan kehinaan, serta kehilangan kebebasan.