Thursday, September 5, 2013
SBY : 28,07 juta Penduduk Miskin Indonsia
Jakarta, MDTV: Pemerintah mengatakan angka kemiskinan pada Maret 2013 tercatat sebesar 11,37 persen atau 28,07 juta orang atau turun sekitar 5,29 persen dibandingkan pada 2004.
Hal itu disampaikan oleh Presiden Yudhoyono dalam pidato pengantar keterangan pemerintah atas RUU tentang APBN 2014 dan Nota Keuangannya di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/13).
"Tingkat kemiskinan berhasil diturunkan dari 16,66 persen atau 37,2 juta orang pada tahun 2004, menjadi 11,37 persen atau 28,07 juta orang pada Maret 2013," ucapnya.
Menurut Presiden, penurunan angka kemiskinan itu antar alain didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang membaik dan penurunan tingkat pengangguran terbuka dari 9,86 persen pada tahun 2004, menjadi 5,92 persen pada bulan Maret ditahun 2013.
Retorika pidato Presiden ini yang sangat melegakan hati ini akan bertentangan dengan hatuinuraninya, karena dalam waktu yang tidak terlalu lama SBY meminta agar aturan tentang Upah Minimum para buruh dipatuhi, karena sebegitu jumlah buruh, maka sebegitu pula orang yang pada hakekatnya mengalami kemiskinan, kemiskinan bagi masayarakat Indonesia bukan saja hanya lantaran mereka menganggur, tetapi juga para buruh yang gajinya terlalu minus untuk menutupi kebutuhan sehari hari.
Terlebih Pemerintah selama ini telah gagal mempertahankan sawasembada pangan, pemerintah membuka keran selebar lebarnya bagi impor bukan saja peralatan hidup, elektronik yang kini dibanjiri barang import asal Cina, bukan hanya daging dari Australia, tetapi juga kedelai yang sangat dibutuhkan olah masyarakat sepertinya pemerintah lebih gemar ambil gampangnyanya saja, yaitu segala kebutuhan ditutupi dengan import. Dan lebih celakanya lagi adalah produk lokal jauh lebih mahal dan sulit terjangkau dibanding import. Kebijaksanaan untuk membuka keran import se lebar lebarnyauntuk memenuhi kebutuhan pangan itu tidak disertai dengan langkah cerdas dalam membangun ketahanan pangan, yang pada akhirnya karena kita lebih terbiasa dengan mengeluarkan dolar untuk memenuhi kebutuhan pangan, maka ketika dolar melangit, masyarakatpun langsung menjerit.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment