Friday, August 24, 2018
PERANG DI MEDIA SOSIAL
MEDIA SOSIAL Muncul bagaikan pihak yang sangat menentukan setidaknya adalah ketika terjadi Pilkada Jakarta yang menghasilkan Jokowi - Ahok sebagai pemenang, dilanjutkan lagi dengan Pilpres yang memunculkan Jokowi - JK keluar sebagai pemenang, lalu mungkin merupakan puncaknya pada saat Pilkada DKI yang memunculkan Anis - UNO sebagai Pemenang. Sehingga banyak pihak yang menyimpulkan bila ingin sukses dalam Pikada, Pilpres dan lain lain maka kuasailah Medsos. ini banyak di amiini oleh berbagai pihak, walaupun juga ada kelirunya, yaitu tetkala justeru Anies - UNO keluar sebagai pe,enang di Pilkada DKI.
Kubu Jokowi atau pendukungnya gagal mencapai hatrik, seyogyanya mereka memenangi Pilkada DKI yang terakhir, tetapi nayatanya mereka hanya memenangi dua saja. Kubu Jokowi memiliki jaringan yang lebih baik dibanding lawannya, dengan demikian beliau berkesempatan mengundng aktivis medsos pendukung kubunya ke istana. Secara terbuka masyarakat melihat betapa besarnya aktivis medsos pendukung Jokowi, karena memang mereka itu terstruktur dengan baik.Ada kepengurusannya dan semua anggota tercatat dengan baik. Sejalan dengan itu mereka tentu mendapat pengarahan pengarahan, untuk menyamakan visi missi, lalu penyamaan gerak dan lain sebagainya sebagai gerakan yang meimiliki tujuan tujuan tertentu yang harus mereka capai.
Sungguh mengherankan mengapa mereka sampai gagal dio Pilkada DKI, yang manakala kita anlisa dari sudut manapun di atas kertas seharusnya pasangan Ahok-Jarot memenangi pilkada ini. Sempurnanya jaringan keorganisasian dan program, sejatinya sejalan dengan keuangan.
Memang dari kasus Pilkada DKI memunculkan kelompok Medsos yang menamakan diri mereka sebagai Muslim Cyber Army, kemunculan kelompok ini dikarenakan geram terhadap kesemana-menaan kelompok lain yang sudah mulai berani menghina Islam, menghina ulama. Dan bila dibiarkan dan tidak melakukan pelurusan, maka akan memberikan akibat yang sangat buruk bagi akidah Islamiyah anak keturunan.
Ada sedikit ulama kita yang memiliki sedikit pemahaman tentang medsos memang mendorong untuk berdirinya Islam Cyber Army, dan mengatakan bahwa meluruskan berita berita bohong yang dilancarkan Cyber Army yang ingin memusuhi Islam, hukumnya adalah jihad, kata mereka setelah para ulama itu melihat sendiri bagaimana mereka dihinakan di Medsos.
Ada sedikit dari ummat Islam yang memiliki pemahaman tentang medsos di atas rata rata yang mencoba memasang badan dan memposisikan diri sebagai Islam Cyber Asmi, mereka rajin berkonsultasi dengan para ualam yang juga memili sedikit pemahaman tentang medsos, mereka melancarkan konter konter terhadap berita fitnah tentang Islam dan para ulama, Dan terpaksa mereka sering dipanggil aparat, tidak jarang mereka meminta maaf dan menandatangani pernyataan untuk tidak mengulangi lagi. Mereka umumnya memegang dan mengendalikan web resmi milik lembaga lembaga Islam.
Tetapi ternyata dibalik itu ada juga sekelompok orang yang memiliki nama sendiri, namun dituduh sebagai Islam Cyber Asmi, mereka ditankap petugas karena kesalahan di medsos. Sementara dario phak Islam sendiri tak mengenal mereka, dan tak pernah konsultasi denghan para ulama, mungkin mereka mel;akukan gerakan gerakan spontanitas, tetapi tak memiliki jalur komunikasi dengan para ulama.
Memang sejumlah orang dari berapa kelompok sudah berurusan dengan pihak yang berwajib, dan pihak berwajib sudah memiliki bukti yang cukup untuk mempersalahkan mereka. Tetapi henrannya statistik aktivitas yang menamakan dinamakan Islamic Cyber Army itu tak menurun. Sehingga publikpun menjadi ragu siapa Islam Cyber Army yang sebenarnya.
Sebenarnya Muslim Cyber Army telah memperkuat diri dengan membentuk tim untuk menelusuri mereka yang melakukan penyerangan terhadap ulama gama, dan bahkan Tuhan itu. mereka menemukan sejumlah data karena bagi mereka yang memiliki kemampuan dalam masalah ini bisa mendeteksi siapa musuh mereka, demikian juga sebaliknya kebeneradaan mereka juga busa diketahui oleh orang lain. Dari sana juga muncul istilah kecebong, setelah Tim Islam Cyber Army menemukan mereka yang masih sangat muda dari segi usia yang demikian gencarnya menyerang para ulama. Karena usia mereka yang masih muda dan memahami dengan apa yang lekukan itu maka muncul istilah kecebong.
Berdasarkan informasi dari dari mereka yang memilikipemahaman yang agal menda;am, bahwa daslam dunia medsos, banyak diantaranya yang lebih menyukai nama samaran dan bahkan nama manusia, lebih luar biasa lagi satu orang bisa mengelola ribuan akun palsu. Bagi mereka yang memiliki uang, mereka bisa mempergunakan jasa robot untuk melakukan aksinya. Sayang harganya sangat mahal, sehingga hanya mungkin dilakukan oleh mereka yang memiliki dukungan keuangan yang kuat.
Sedihnya adalah bahwa peperangan dalam medsos akhir kahir ini terbagi dua, satu pihak adalah mereka yang menyerang kebijakan Pemerintah dan berhadapan dengan mereka yang menyerang kelompok Prabowo dan termasuk di dalamnya para ulama. Nampaknya perang medsos ini masih akan berjalan panjang, karena dalam peperangan ini Pemerintah kesulitan untuk netral. Sehingga yang dibina dan bahkan ditangkap hanya dari pihak yang mengkritisi Pemerintah, sedqang mereka yang menyerang ulama dan agama biasanya dibiarkan saja bebas. Semoga segera diketukan jalan terbaik.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment