Friday, September 29, 2017

SURVEY WARUNGKU



Kami sekeluarga buka rumah beras, bukan warung beras sejatinya bkanlah atas hasil survey serta analisis yang matang, alias tampa data dan pengalaman yang berarti. Awal mulanya adalah ujicoba dari beras milik kami sendiri, kebiasaan kami adalah setiap hasil panenankami titipkan ke sebuah vabrik penggilingan di Pagelaran, kami anggil sedikit demi sedikit berdasarkan kebutuhan sehari hari. Pada panenan berikutnya, maka sisa titipan sebelumnya kami jual. Pada suatu hari ketika ada seorang keponakan yang tinggal di rumah, keponakan kami berdayakan dengan cara setiap panen langsung kami giling, dan berasnya kami jual kepada kenalan dan peminat baras kami antar ke rumah.

Berdasarkan catatan kami pada saat itu maka kami mendapatkan keuntungan dan hasil yang cukup menggembirakan. Namun sejalan dengan kesibukan ponakan yang bersangkutan aktivitas penawaran beras menjadi terhenti, dan hasil panen kembali kami titip ke vabrik penggilingan padi yang tak jauh dari lokasi sawah kami di Pagelaran Pringsewu Lampung. Beberapa sanak famili, sahabat yang semula menjadi pelanggan kembali berlangganan kepada penjual lain.

Itulah yang menjadi dasar pijak bisnis kecil kecilan besar dengan menyulap garasi mobil yang relatif mungil itu ditata untuk menyimpan dan meletakkan beberapa karung beras dengan ukuran 25 Kg dan Sepuluh Kg. Dan jenis beraspun tidak lebih dari dua macam beras yaitu Beras Premium yang tergolong pecah satu dan Super Splyt yang pecahannya lebih banyak, yang sejatinga dari segi rasa adalah sama saja.

Tepatnya pada hari Rabu 16 Agustus 2017, Stok awal sebagai ujicoba tidak lebih 10 karung isi  10   Kg  jenis premium dan 10 karung isi 10kh jenis Super splyt. Serta 10 karung, isi 25 Kg Premium Ditambah lagi Beras Talangpadang dari berbagai ukuran sebanyak 300 Kg.  Jadi total stok hanya 650 Kg. (premium dan Super Splyt). Untuk tahap awal ini justeru beras ditaruh dibagasi mobil ditawarkan oleh isteri dikantornya, serta cetrak cetrik difoto dan tak malu malu di share ke graoup WA itung itung numpang buka lapak bebas biaya. Tiga hari kemudian baru pasang Baner di rumah.

Laris manis Tangjungkimpul ...., yang beli terbatas hanya sanak famili dan sobat sahabat serta para kolega di kantor isteri, Sementyara pintu garasi lebih banyak dalam posisi tertutup, seperti malu malu. Hari pertama pasang banner, keseokan harinya langsung ada datang orang tak dikenal yang hanya kebetulan melihat bennar secarata tak sengaja mampir membeli beras beras jenis premium, sejak itu pula agak PD membuka pntu garasi.


Lalu lalang di depan rumah kami relatip sepi, letak kekuatan hanya ada di kala pagi karena merupakan jalan lintas dan pintas mengantar anak kesekolah, tercatat ada beberapa sekolah antara lain SMAN 12, MAN, Mts N. beberapa sekolah lainnya. Dan kami diuntungkan dengan posisi ini. Tetapi perkembangan yang tercatat hingga sekarang 1 Oktober 2017 data menunjukkan bahwa  beras lebih banyak dibeli oleh kolega, menyusul usaha katering, baru pembelian secara perorangan secara lepas. Terdiri dari orang orang yang belum dikenal. Mereka terdiri dari orang yang secara kebetulan lewat dan terbaca sebagai Rumah Beras. Lalu beberapa hari yang lalu mulai datang dari unsur Mahasiswa, yang sewa kamar di sekitar rumah kami. Lalu yang terakhir muncul sebagai potenai adalah para penjual nasi goreng dan nasi uduk. Mereka memintah jenis beras asalan. Mereka lebih menyukai beras yang tabur, tetapi yang diharapkan adalah yang tidak gampang basi.

Pelanggan yang terdiri dari kolega isteri barangkali akan sangat tergantung akan statusnya di kantor, dan sangat tidak dijamin akan kelanggengannya manakala tidak lagi menjabat jabatan yang sekarang atau apatah lagi pensiun yang mungkin tak lagi sampai dua tahun menjelang. Maka planggan adalah sesuatu yang paling sangat penting untuk dibentuk dan dibina. Pelanggan yang memiliki prospek yang bagus adalah pelanggan yang berstatus pengusaha catering dan pengusaha nasi uduk dan nasi goreng. Artinya harus diupaya terus menerus mencari tahu beras yang baik yang berharga di bawah Rp. 10.000,0- (sepuluuh ribu rupiah) tetapi taha lama, dan tak cepat basi, karena manalkala nasinya cepat basi akan menjadi masalah besar bagi pedaganf nasi udukdan nasi goreng.

Dan juga tak kalah pentingnya adalah terus berupaya mencari tahu akan kelambatan rasa ketertarikan para pengguna jalan yang melintas didepan rumah tempat lokasi berjualan beras. Pada hari Sabtu 30 September yang lalu kami menyelenggarakan survey ketertarikan pengendara sepeda motor terhadap lokasi kami menawarkan beras. Dengan cara melakukan perekaman menjadi sebuah video. Berdasarkan hitungan kami mereka yang melintas dengan cara menghitung setiap person, pengendara yang berboncengan kami hitung sebagai dua sampel. dengan hasil sebagai berikut.

Anggel I, posisi kamera relatip tersembunyi, posisi kamera didpan warung, survei dilakukan terhadap 33 orang pengendara speda motor baik membawa maupun yang membonceng, Berdasarkan pengamatan kasar karena dari 33 orang sampel tadi ternyata hanya sekitar lima orang yang menengok ke arah posisi penempatan beras. Artinya baru sekitar 15% jumlah yang terlampau sedikit, karena bagi mereka yang tertarik menengokbisa jadi hanya kebetulan sedang menengok ke kiri. Walaupun mereka yang tak menengok juga bisa jadi sudah tahu akan posisi kami ada disana dan dia memang tidak membutuhkan beras. Semua bisa terjadi.

Juga bisa terjadi memang posisi kami tak stratetis untuk ditengok pengendara sepeda motor walaupun hanya sekilas. Karena kepada beberapa orang pelanggan yang pernah mampir mereka ingin coba coba mencicipi beras kami adalah karena sekilas terbaca tulisan yang ada pada bener kami. Dengan demikian maka secara subjektif kami ingin menyimpulkan bahwa kami memang harus berusaha mempengaruhi mereka yang berlalu untuk menengok walau sekilas ke posisi beras kami jajakan di rumah kami itu.

Tulisan ini sejatinya saya tujukan kepada para anggota keluarga sehingga memiliki pemikiran serta filosofi yangsama dalam beraktivitas membuka rumah beras ini, tetapi bila seandainya ternyata ada pihak yang lain yang memanfaatkan tulisan ini maka kami akan sangat sedang sekali, dan kami mendoakan agar usaha saudara mendapatkan kemajuan yang berarti dalam masa masa sulit ini.

Wednesday, September 27, 2017

SEKOLAH ITU SURGA ATAU NERAKA, DANA SERTIFIKASI GURU DIPAHAMI SECARA FRAGMATIS.

Sewaktu itu saya masih duduk di bangku sekolah dahulu seingat saya setiapkali lonceng sekolah berbunyi pertanda jam pulang sekolah maka kami umumnya bersorak Hooreee. Yang paling terpuji adalah guru yang langsung membubarkan kegiatan belajar mengajar, dan sebaliknya yang paling tidak populer adalah manakala ada guru yang menunda nunda kepulanngan dengan dalih apapun. Pulang sekolah atau berakhirnya kegiatan belajar dan mengakjar dalam kelas itu adalah sesuatu yang paling dinanti nanti, maka kepulangan itu disambut dengan hooreee ... yang sinonimnya Merdekaaa. Teriak merdeka dan horee pada saat pulang sekolah bisa jadi memiliki volume dan statistik yang sama. Jika Merdeka diteriakkan oleh para pejuang Kemerdekaan, sedang hooreee di terikakna anak anak sekolah, setidaknya zaman saya dahulu.

Wajar saja bila Pemerintah kini telah lama menyadari hal ini karena toh kita semua adalah merupakan produk pendidikan. Bagaimana mungkin kita akan menjadi bangsa yang cerdas manakala sekolah saja dirasakan sebagai neraka. Kehadiran anak di sekolah dirasakan sebagai disiksa di neraka, sementara kita sebagai pendidik justeru membusung dada sebagai pahlawan tampa jasa. Adalah dua sisi yang berbeda. Nampaknya Pemerintah merasa telah bersuhama agar sekolah menjadi syurga baik bagi  siswa maupun guru dan tenaga kependidik lainnya.

Nampaknya oleh Pemerintah kita sebagai guru diciptakan agar agar profesi guru sebagai profesi syurga terlebih dahulu dengan cara memberikan tunjangan sertifikasi, Sayang tunjangan sertifikasi bagi para guru belum dipahami dengan menggunakan filosofi yang seperti diharapkan, karena para guru memahami baru sebatas pemahaman fragmatis, economics. Belum mencapai tahapan ideal dalam prospektif pendidikan. Sehingga dana yang digunakan sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan oleh para guru dengan memanfaatkan dana sertifikasi yang mereka dapatkan masih terlampau sedikit, itulah sebabnya maka pembayaran dan penganggaran dana pendukung program ini selalu terancam evaluasi dari waktu ke waktu.

Pemerintah memang membutuhkan indikator yang ideal apakah pembayaran sertifikasi tenaga pendidik atau guru itu telah memberikan efek peningkatan mutu yang memiliki prospek yang baik atau belum. Semula kita menduga bahwa peningkatan mutu itu ditandai dengan semakin beragamnya pilihan guru untuk menerapkan metode pemebalajaran yang sebanyak banyaknya, sehingga dietemukannya metode yang paling ideal yang telah dilaksanakan dan terekam dalam penelitian tindakan oleh para guru. Tetapi belakangan tiba tiba Kementerian Pendiikan memaklumkan kepada khalayak bahwa tidak ada lagi kewajiban untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas. Lalu indikator apa yang bisa digunakan untuk mengukur kemajuan yang telah dilaksakan oleh para pendidik itu.

Maka besar dugaan perasaan berada di neraka selama dalam proses pembelajaran seperti apa yang pernah saya alami dahulu akan mengalami sedikit dan lambat sekali mengalami perubhan, sehingga manakala fullday yang diselenggarakan dalam dunia pendidikan ini tidak boleh terlalu diharapkan akan terwujud bahwa proses pembelajaran di sekolah adalah syurga bagi para peserta didik itu. Yang bisa menjawabnya adalah warga sekolah, bukan kita yang berada di luar sekolah itu, kita hanya bisa beropini dan menduga duga.



]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]SORRY BELUM SELESAI ... BANYAK GANGGUAN]]]]]]]]]]]]]]]]]

DIPUSINGKAN OLEH GRUP WA YANG TAMPA TEMA

Walaupun belum segencar Facebook, maka sosial media WA sekarang cukup ngetren, karena kita memosting apapun tidak diterapkan peraturan yang ketat seperti hak penyiaran dan atau sebangsanya, sehingga walaupun itu karya orang lainpun bisa kita sulap sebagai seolah karya kita sendiri, untuk saat ini tak ada ancaman yang nampaknya bakal diterapkan.
Sehingga banyak sekali gambar gambar yang berseliweran, bisa dibayangkan banyaknya gambar meme yang dapat digunakan untuk menyudutkan seseorang, atau kelompok dan lain sebagainya, sehingga wajar saja, dalam usia usia pensiunan yang merasa sangat  dipusingkan, apalagi apa yang dikirim atau diposting oleh teman teman di group WA hanya main copas (kopi paste) saja, bahkan jangan jangan yang bersangkutan sendiri belum membaca,apabila posting itu dalam bentuk teks. Sementara postingan dalam bentuk video ataupun youtube terkenal adalah pihak yang paling mendominasi fasilitas penyimpanan di HP, apalagi yang memiliki kapasitas giga yang kecil dan terbatas. Ini terjadi dalam group WA tampa tema, sehingga ibarat lautan, apapun boleh masuk, termasuknya diantaranya bangkai, maka lautan tak selektif memilih.

Grup WA Bikin Pusing ?


Sudah lama saya tak mengikuti rapat PWRI, yaitu komunitas pensiunan PNS. Sejatinya komunitas Pensiunan Pendidikan, Kebudayaan dan Pariwisata, tetapi nampaknya lebih didominasi pensiunan para Kepala Sekolah atau guru, dan Pensiunan Karyawan Dinas sebagai Pemangku kepentingan dalam Bidang pendidikan, rapat atau pertemuan disekenggarakan Rabu 27 September 2017. Dengan nada kecewa seorang peserta rapat protes keras karena yang bersangkutan telah dimasukkan ke dalam enam buah group WA yang nampaknya kenam group itu terdiri dari group group yang WA yang dikelolaq oleh anggota anggota PWRI. sebagai adminnya. Yang bersangkutan meminta hanya satu Grpiup resmi dan yang lainnya diminta untuk segera ditutup.



Banyak orang mengalami kepusingan yang sama dengan yang dialami teman tadi, termasuk saya pun juga mengalaminya, karena saya merupakan anggota dari  delapan group WA, yang tiga diantaranya adalah saya sendiri sebagai adminnya. bisa dibayangkan bagaimana saya harus memilih dan menyeleksi postingan baik dalam bentuk teks, gambar maupun video. Gambar di video itulah yang menyita ruang simpan. Celakanya lagi tidak jarang postingan yang sama dikirim berulang, Bisan anda bayangkan bila kita menjadi anggota dari enam buah group seperti yang disampaikan anggota tadi, yang anggota group iti terdiri dari itu itu juga, betapa banyaknya  postingan yang sama, diantara satu grup dengan grup lainnya yang harus disaksikan oleh para anggota. terdiri dari yang itu itu juga.



Banyak prilaku para anggota WA yang terlampau rajin memposting, tampa batas. Sering tak melihat dahulu di Group WA sedang membicarakan apa, tiba tiba Ia memposting hal yang lain secara bertubu tubi, dan menenggelamkan postingan yang sejatinya menjadi topik pokok pembahasan para anggota. Ada kecenderungan anggota Group WA yang tak ingin dibatasi.  Bahkan banyak diantaranya yang selesai memposting, tak lagi peduli dengan pembahasan di WA, karena Ia buru buru akan mencari kembali bahan postingan lainnya. Dia  merasa adalah kewajibannya untuk mencarikan postingan dengan cara kopas dari group lainnya. Sehingga sering anggota group merasa dipaksa dijejali informasi yang tak terarah

Tidak jarang terjadi, ketika ada ada postingan yang dianggap terlampau menggurui, maka segera ditingkahi dengan postingan yang sebaliknya sebagai upaya mementahkan postingan yang dianggap kurang tepat ataupun dengan alasan lainnya, dengan harapan para anggota tidak lagi membaca postingan itu, secara tidak sengaja sebenarnya di group itu telah terjadi carut marut informasi yang sama sekali tak terarah. Bila ada postingan yang muncul secara bersamaan dengan kesamaan tema, dalam durasi yang demikian panjang, sementara Ia tak menykainya, maka ditingkahi pula dengan postingan yang lain  dengan harapan untuk memecah perhatian. Dengan kata lain memang di group itu kadangkala sebenarnya terjadi peperangan informasi yang seharusnya tak perlu terjadi.


Apakah kita harus meminta agar grup grup WA itu membubarkan diri dengan dalih sudah terlampau banyak dan memusingkan. Ditinjau dari sudut tertentu itu terlalu wajib, karena sebenarnya kita bisa saja pamit mundur secara baik baik kepada admin dan anggota lainnya, bisa saja dalih kita untuk sementara dan sedang dalam konsentrasi terhadap terhadap suatu hal, dan tak ingin menjadi anggota group yang pasif dan atau kalimat lainnya yang sopan dan bersahabat, dan tek perlu menunjukkan kemarahan serta kebencian baik terhadap seseorang ataupun lagi banyak orang, itu tak perlu.

kalau memang ada group WA yang bermerek untuk komunitas tertentu maka cipsaya berusaha takanlah kesepakatan kesepakatan tentang tema postingan, dan tak dibenarkan untuk memposting tema lain. Tegakkan aturan itu secara konsekkuen dan sepakati pula akan mengeluarkan anggota yang tak disiplin dalam memilih tema postingan, dan benar benar dikeluarkan manakala ada. Ada saya menemui graoupseperti itu. Itu bisa diterapkan manakala nama group itu menggambarkan tema yang bulat jelas dan terarah. Tetapi manakala temanya juga membias, tersangkut banyak hal maka jangan disalahkan pula manakala para anggota memposting berbagai macam tema sesuai dengan selera mereka, terlebih manakala anggota group itu memng banyak. Tetapi tentu saja yang tak dibolehkan, adalah mengeluarkan pengumuman dan atau maklumat tertentu atas nama Pengurus, padehal dia bukan Pengurus dan bukan pula admin.



Berdasarkan pengalaman maka sayapun mengalami pengalaman yang sama yaitu dipusingkan oleh tingkah postingan yang tak terarah dalam mengelola atau menjadi anggota group WA. Sebagai anggota bisa saja saya keluar secara baik baik dan masuk kembali bila rasa rindu kita muncul kepada komunitasnya, dan merasa perlu untuk memerintahkan membubarkan group itu. Sementara saya berusaha memperbaiki dan mengarahkan group yang saya kelola sebagai adminnya. Sayapun dipusingkan oleh tingkah para angghota yang tak bertanggungjawab, dan ada pula anggota yang merasa seperti polisi dan seperti pemangku kepentingan di dalam graoup itu. Hanya satu saran saya, para anggota graoup bisa keluar secara baik baik, dan bisa masuk lagi secara baik baik manakala ada rasa rindu kepada komunitas itu. tampa harus bersungut sungut. Demi mempertahankan rasa persahabatan.

Wednesday, August 2, 2017

MEMANTAPKAN IDENTITAS PENDIDIKAN NU

Mungkin NU adalah nama organisasi yang saya kenal karena papan nama Pengurus di tingkat Kecamatan terpampang tak jauh dari rumah tempat saya tinggal. Karena familiarnya kami dengan papan nama itu sehingga ada teman yang demikian mahir menggambar lambang NU lehkap dengan tulisan kaligrafi Arabnya. Pada saat sekolah, teman temanpun banyak  meruapakan putra anggota NU sehingga watak dan tradisi warga NU sejatinya saya merasa sangat familiar.  Di mana mana saya dapatkan sekolah NU dan sejatinya pada saat SD pun saya sempat masuk sekolah sore Madrasah Al-Khoiriyah yang saya kenal pengelolanya adalah para tokoh NU setempat.

Ketika saya duduk di bangku kuliah tokoh idaman saya adalah Gus Dur, betapapun tipisnya isi dompet saya, bila saya tahu ada tulisan Gus Dur di majalah Tempo, maka saya hampir dapat dipastikan harus membelinya, Karena tulisan Gus Dur bagi saya sangat inspoiratif. Tulisan itu biasanya saya baca berulang ulang dan setiap kali baca ulang, ada saja pemahaman dan gagasan baru dari saya.  Walaupun akhirnya saya tak sejalan dengan pemikiran Gus Dur, Tetapi diam diam saya masih menyisakan kekaguiman kepada Gus Dur dan kawan kawan karena mereka berfikir bebas dan demokratis.

Pemikiran Gus Dur sangat mempengaruhi teman teman saya sebagai aktivis keluarga besar NU, dengan lincah dan tak canggung canggung mereka mampu bergaul dengan pihak non Muslim, dan GP Anshor sangat dielu elukan oleh pihak Gereja karena setiap kali diselenggarakan peringatan Natal tak segan segan GP Anshor melakukan penjagaan keamanan di gereja gereja. Saya berfikir masalah toleransi maka NU adalah sesuatu yang sangat dipuji oleh pihak luar Islam, utamanya pihak Kristian.

Tetapi ada satu yang membuat saya heran, ketika ada berbagai pristiwa NU menunjukkan rasa permusuhan terhadap sesama ummat Islam. Yang terakhir marak di media sosial adalah penolakan sekitar ratusan warga NU terhadap rencana pendirian SMP Islam terpadu yang dikelola oleh Pondok Pesantren At-Thoyibah Nurul Fikri, Yang mengejutkan saya adalah yang yang dijadikan alasannya bahwa aqidah penyelenggara sekolah yang direncanakan ini tidak sejalan dengan aqidah NU,

Hingga saya menulis naskah ini saya belum tahu persis, apa akidah SMP Islam Terpadi Nurul Fikri itu. Karena menurut mereka, mereka tak memiliki perbedaan dengan aqidah NU yang sama kita kenal sebagai AhlusSunnah Wal Jama'ah Mazhab As-Syafiiyah. Lalu mazhab yang dituduhkan kepada mereka sebenarnya apa. saya tidak memiliki informasi. \

Ini sungguh mengejutkan saya, adalah bahwa NU yang saya kenal adalah kelompok yang paling luwes sikapnya, bayangkan saja Partai Islam terbesar pada saat itu adalah Partai yang paling gampang menerima konsep Nasakon nya Soekarno. Waktu Kasus Ahok menista Agama, sebagaian tokoh NU membela atau setidaknya tidak menyalahkan Ahok. Pada saat Pilkada DKI sebagian tokoh NU menyatakan memilih Ahok. Yang memperihatinkan  adalah ketika NU demikian antipatinya terhadap sesama Muslim pada akhir akhir ini, seperti berita beberapa waktu yang lalu GP Anshor terlibat pembubaran acara ceramah agama, dan yang lebih memprihatinkan saya adalah NU merekomendasikan pembubaran HTI dan organisasi lainnya, yang diduga adalah FPI.

Apa yang sesungguhnya terjadi di NU. Itu barangkali yang kita tidak tahu dan itu pula yang menyebabkan kita terkejut atas sikap sikap NU yang diluar dugaan. Apakah ini terkait kampanye Islam Nusantara yang dijadikan ikon hasil Muktamar yang terakhir memilih Prof. Said Agil Siraj. Islam Nusantara adalah Islam yang toleran, sedang Islam produk Timur Tengah adalah intoleran. Kita tidak tahu itu. Apakah itu juga terkait dengan sikap sang Ketua Umum sebagai tokoh yang belakangan seperti anti jenggot dan antri surban yang disebut ke Arab Araban. Apakah atas sikap sang Ketua maka muncul NU garis lurus. Jelas banyak orang non NU pun ikut menyayangkan siakp seperti ini. Jika ingin memulyakan Islam Nusantara, tidaklah perlu rasanya menghinakan Islam yang berasal dari Timur tengah.

Dengan munculnya NU garis lurus, saya menghawatirkan adanya perpecahan ditubuh NU yang memang gemuk itu, sayaberharap jangan sampai ada kesulitan kamunikasi antara pimpinan elit NU dengan akr rumpu di satu pihak dan para Ulama, Kiyai, ustad di pihak lain. Walaupun Ulama, Kiyai, Ustadz itu berada di luar struktur kepengurusan, tetapi di maka ummat mereka adalah pimpinan yang sangat mereka patuhi. Sepengetahuan saya sekalipun bukan santri sebagian masuarakat dalam hal keagamaan bukan merujuk kepada pengurus NU, melainkan kepada pimpinan pondok pesantren. Dengan demikian aspirasi pihak pondok dengan ulama, kiyai dan ustadnya memiliki eksistensi yang kuat di mata masyarakat.

Saturday, June 24, 2017

Instumen Vibraphon, Grinik Lampung



Aku terkenang beberapa tahun yag laluketika seorang teman bercerita sedang pusing membersihkan gudangnya, sejumlah barang yang sayang bila hanya dikilo, dia ingin sejumlah barang bekas masih dapat dimanfaatkan oleh siapapun untuk tetap menjadi barang yang berguna,
Saya mau itu .... kata saya tiba tiba menunjuk barang yang tak tahu apa namanya.
Serius .... ? katanya ragu
Serius .... ! Kataku bersemangat
Ambillah ... atanya  tak yakin.
Kami berdua terpaksa buka baju agar bebas bergerak untuk mencari bagian bagian lain yang tak jelas keberadaannya, hingga lenkaplah sudah pencaharian kami, walauoun sesungguhnya ada beberapa yang tak kami temukan juga, diantaranya adalah alat penabuh instrumen itu. Waktu ku bawa barang rongsokan itu aku tak tahu apa pula namanya.

Kondisi barang itu masih utuh tetapi sudah ada beberapa yang rusak, saya ragu apakah masih mampu mengeluarkan nada yang dininginkan, Lama barang itu menjadi anggokan yang juga cukup merepotkan, berpindah dari satu sudut ke sudut yang lain, dari satu sisi ke sisi yang lain. keberadaan barang itu semakin lama semakin terasa mengganggu, tetapi saya berwanti wanti agar jangan diganggu dan bahkan harus dijaga agar janngan lebih rusak lagi. Itu berlangsung tahunan.

Sampai beberapa tahun aku memasuki usia pensiun, Agustus 2010, barang itu belum juga ku sentuh karena  aku masih disibukkan dengan tugasku yang baru, semula aku jadi konsultan di BPKB Lampung, tetapi sejak tahun 2014 Saya jadi District Advisoris (DAT) pada Tetira International Consultance dalam mel;akukan kerjasama dengan ADB dan Eropa Union dalam Pelaksanaan SPM Dikdas di Sumsel. Pada saat kontrak habis pada tahun 2017. Beberapa bulan memasuki masa kosong saya mulai melirik alat Instrumen yang nyaris rusak berat, belakangan saya tahu nama Vibraphone.

Instrumen ini lama tak terpakai, kaki kaki nampak demikian reot dan memang sudah diikat di sana sini, sekedar bisa berdiri dan menerima pukulan alat penabuh musik perkusi yang digemari Eropa ini. Beberapa nada sudah terdengar fals akibar rusak secara fisik, karena nampaknya sering terkena air. sehingga bagian luar rusak dan bagian dalam tercerabut.

Yang paling parah adalah hilangnya alat penabuh vibraphone ini hilang, sebagian besar pemain vibraphone menggunakan empat pemukul sekaligus, sehingga memmungkinkan mengeluarkan nada titme berupa kunci kunci nada. tetapi ada juga diantaranya yang hanya menggunakan dua alat pemukul untuk bertindak sebagai melodi. Dengan banyaknya nada yang fals dan hilangnya alat penabuh maka alat ini sudah tidak mungkinm dapat digunakan untuk mengikuti konser,  Saya tidak tahu dimana kita bisa membeli alat penabuh vibraphone yang terbuat dari besi dibalut karet itu. Tangkai penabuh juga terbuat dari besi yang lentur sehingga memiliki pukulan dan hentakan yang mampu mencapai hentakan yang maksimal,

Alat instrumen yang non elektronik ini sesungguhnya memiliki bagian yang tersambung ke listrik untuk memaksimalkan suara, serta mengalirnya suara ke loadspeaker. Tetapi suara akan maksimal manakala digunakan alat pemukul resmi yang telah dirancang  Dengan demikian siapapun akan mendapat kesulitan menggunakan instrumen ini secara sempiurna karena kerusakan berat di berbagai bagian, sehingga tak lagi menghasilkan sesuatu yang baik.

Namun saranya saya akan merasa berdosa manakala tidak pernah menggunakan alat instrumen ini untuk memanukan budaya khususnya seni daerah Lampung. Berdasarkan analisa saya bahwa alat ini masih memungkinkan dimanfaatkan untuk membuat instumen dengan beraroma gambus. Hingga pada saat ini menurut saya belum ada pemusik yang membuat nada yang berbasis gambus. Tetapi vibraphone menuurut saya dengan menggunakan dua bilah kayu sebagai alat pemukulnya akan memiliki kemampuan menampilkan musik berbasis gambus secara terbatas, apalagi vibraphone memiliki tangga nada sebagaimana layaknya piano. Bila saya berhasil maka saya akan berhasil menampilkan grinik gambus melalui vibraphone.  

Monday, June 19, 2017

JOKOWI AKAN MENYUSUN ULANG SEKOLAH LIMA HARI



Kutipan dari Tirto ID
tirto.id - Presiden RI Joko Widodo menanggapi berbagai aspirasi yang berkembang di masyarakat, terkait rencana kebijakan lima hari delapan jam di sekolah yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy. 

“Presiden akan melakukan penataan ulang terhadap aturan itu dan juga akan meningkatkan regulasinya dari yang semula Peraturan Menteri (Permen), mungkin akan ditingkatkan menjadi Peraturan Presiden (Perpres),” kata Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) K.H. Ma’ruf Amin usai diterima Presiden Jokowi, di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (19/6/2017) siang.

Penataan ulang terhadap aturan kegiatan belajar mengajar lima hari itu, lanjut Ma’ruf, nantinya akan melibatkan sejumlah menteri terkait dan juga masyarakat, sehingga apa yang diinginkan oleh masyarakat dapat dituangkan dalam aturan yang akan dibuat itu. 

Dalam penataan itu, menurut Ketua Umum MUI, selain akan melibatkan menteri-menteri terkait seperti Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Menteri Agama (Menag), mungkin juga ada kaitannya dengan Menteri Dalam Negeri (Mendagri). 

Tuesday, June 13, 2017

ASTAGHFIRULLOH..!! KEMENDIKBUD MENGHAPUS PENDIDIKAN AGAMA DI SEKOLAH



Kita tidak tahu nanti ujung ujungnya seperti apa, yang kita sudah tahu baru pangkal pangkalnya apa, yaitu politisi PDIP mengusulkan agar Pendidikan Agama Dihapus dari dunia pendidikan, alasannya adalah pendidikan agama buktinya tidak mampu membuat bangsa ini maju seperti Singapura dan Australia, kedua negera ini maju karena melarang pendidikan agama di sekolah. Sebatas itu. Maka muncullah berbagai ejekan dari banyak pihak, lalu mereda.

Tidak ada hujan tidak pula panas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memaklumkan bahwa mulai  Tahun Ajaran 2017/2018 pendidikan agama berubah dan yang mengejutkan lagi nilai pelajaran agama nanti akan diambilkan dari masjid atau rumah ibadah lainnya bagi pemeluk agama lain. Lalu apakah ini semua terkait dengan usulan politikus PDIP itu, tentu retorikanya tidak demikian, dunia politik tidak pernah kekurangan retorika, tetepi intinya mengeluarkan aktivitas pembelajaran agama dari sekolah formal itu sudah pasti. Walaupun dicapai secara bertahap.

Jadi dengan retorika politis itu maka diharapkan segal sesuatunya akan berjalan lancar dan terkesan tidak mengangkangi UU serta auran lainnya yang berlaku, yang nantinya tentu peluang demi peluang itu akan didapatkan secara sempurna oleh mereka yang tidak menyukai adanya pelajaran agama dibiyai oleh Pemerintah melalui lemaba dan biaya negara. Itu bertahap. Sebab jika akan melaukan perubahan UU Sidiknas akan membutuhkan waktu lama dan kemungkinan pergesekan di masyarakat lebih matang. Kalaupun akan melahirkan Perpu itu juga persyaratannya adalah ketiadaan UU yang mengatur masalah itu.

Siap siap saja kita akan membutuhkan enersi yang besar terkait kebijakan Pemerintah yang satu ini, ini perlu dikeritisi karena menyangkut masa depan anak keturunan kita semua. Kita memiliki Pancasila, UUD 1945. serta NKRI, masalah pendidikan bukan hanya retorika, tetapi pertaruhan masa depan Bangsa. Kita punya budaya dan kita juga punya kearifan lokal yang sangat jauh berbeda dengan Singapura sekarang, dan juga sangat jauh berbeda dengan Australia. Tidak ada keharusan harus menyamakan dengan kedua negara jiran tersebut.