Sekalipun hanya diskusi suka suka yang sejatinya hanya pertemuan silaturrahmi di hari fitri, dan tidak dihadiri oleh narasumber yang mumpuni, tetapi saya menganggap ini sangat bermutu, karena mereka ternyata mendiskusikan sesuatu yang sudah melampaui kepatutan yang mampu mereka bicarakan. Mereka berharap agar para politisi, setidaknya yang tergabung dalam Tim Sukses dua kubu Capres Cawapres. Dari gaya bicara para Tim Sukses nampak sekali ada rasa ketidaksukaan yang satu kepada yang lain, selain bicara keras sambil menuding nuding wajah lawan bicaranya, ada juga yang bicara datar, tetapi isi kalimatnya sangat menyakiti hati, dan tak menghiraukan etika, tatakrama dan perasaan orang lain. Secara pukul rata dapat dikatakan mereka itu terdiri dari orang orang yang tak pantas diteladani, pada saat itu, terkecuali beberapa orang yang tak perlu disebut namanya di sini, karena terlampau sedikitnya.
Bagi anggota kedua kubu barangkali itu sangat biasa, karena politik itu tak ada yang abadi, itu kata salah satu yang hadir dalam pertemuan singkat itu. Hari ini musuh bisa jadi besok mereka telah berteman atas dasar kepentingan tertentu pula. Percuma saja para politisi itu kita suruh saling memafkan, karena kepura puraan adalah merupakan makanan mereka sehari hari. Tetapi tidak demikian halnya bagi ummat, yang telah disuguhi Metro TV dan TV One sesuatu yang penuh berisi ketidakpantasan.
Meminta maafkah mereka kepada ummat, sepertinya adalah hal yang tidak mungkin,karena para politisi itu sepakat menganggap hal itu syah syah saja adanya. Tidak sampai disitu, TV juga masih memberitakan akan adanya pihak yang kurang legowo atas kekalahan yang dialaminya dalam perolehan suara, dilain pihak juga ummat mendapatkan berita bahwa ada TPS, bahkan Kecamatan, Bahkan KLabupaten yang tidak menyelenggarakan Pemilu, tetapi dalam hal ini telah muncul berita akan keunguulan secara mutlak kandidat tertentu dari daerah itu. Ada juga sejumlah TPS yang seluruh suara didapatkan oleh Kandidat tertentu, lalu di mana suara para saksi kubu lain pada saat itu, Lalu muncul pula pertanyan akan keterlibatan asing dalam mensukseskan kandidat tertentu, hubungan isteri Ketua KPU dengan isteri salah satu kandidat. Lalu tersebar pula kabar bahwa Ketua KPU telah menerima 25 Milyar sebagai tanda terima kasih salah satu kandidat. dan banyak lagi yang lain. Dari berita berita itu ummat dapat menyimpulkan bahwa Pemilu kita kali ini ada dalam penilaian yang buruk.
Terlebih para pemain sangat diwarnai dengan kehadiran orang orang yang memenang telah terbiasa ingkar janji, bukan hanya dengan ummat, tetapi dengan dirinya sendiri, bahkan dengan sumpah dan janji dalam memangku jabatan tertentu. Nampaknya pelanggaran janji itu adalah hal yang lumrah lumrah saja bagi para politisi. Jadi selayaknya kita memang harus segera melupakan segala janji itu Ketika Pemilu usai.
Namun demikian diharap dengan segala horamt, dan ini permintaan yang tulus dari ummat agar para politisi segera mengehantikan politik balas dendam. Mulai dari sekarang pandai pandailah kita memaafkan kekurangan antar sesama. Ketika Soeharto Jaya Soekarno terkesan sebagai penghianat bersama PKI. ketika Soeharto jatuh Sueharto dikesankan sebagai penghianat, Jangan jangan nanti ketika SBY habis masa jabatannya, maka SBY akan dikesankan juga sebagai penghianat bangsa.
Urusan balas dendam ini juga nampaknya diperagakan oleh setidaknya Wiranto dan Agum Gumelar, dua senior mantan petinggi ABRI ini, bagitu memasuki masa kampanya langsung menggebrak dengan membeberkan sejumlah kesalahan Prabowo. Walaupun belakangan orangpun rata tahu bahwa lembaga peradilan tidak menemukan bukti bukti keterlibatan Prabowo, bahkan Prabowo dinyatakan pensiun secara hormat dalam akhir karirnya sebagai Letjen, sebuah prestasi yang tak dapat dianggap remeh. Seopertinya Wirantoi dan Agum menginginkan pada saat itu juga Prabowo segera diringkus oleh petugas sehinga tak dapat melanjutkan aktivitasnya sebagai Capres. Belakangan baru ummat faham bahwa baik Wiranto maupun Agum Gumelar memang mempunyai dendam lama dengan Prabowo, yang dalam momen ini keduanya menganggap tepat untukj dijadikan senjata ampuh bagi salah satu kubu di mana keduanya bergabung.
Sekalipun kini Pemilu telah Usai dan salah satu kubu telah dinyatakan oleh KPU sebagai peraih suara terbanyak, tetapi terpaksa semua pihak agar bersabar menunggu terselesaikannya sengketa Pemilu di Mahkamah Konstitusi. Tetapi tidak ada pilihan lain, bagaimanapun hasil yang diputuskan oleh MK yang disebut ketetapan yang final itu, tidak dapat lagi diganggu gugat, sekalipun sejatinya MK juga dihadiri oleh penghianat penghianat kelas kakap sekaliber Akil Mukhtar.
No comments:
Post a Comment