NAHDLATUL ULAMA (NU) semula memang lama beraktivitas sebagai Parpol. Dan kendati telah menyatakan diri kembali ke khittah yang artinya meningglkan ktivitas polituik, tetapi nampaknya sebagian besar warga Nahdiyyin kurang ikhklas mninggalkan aktivitas politik, dan sekalipun Gus Dur sebagai mantan Ketua Umum NU mendirikan Partai Politik PKB, tetapi justeru itu pulalah yang kini terkuak bahwa PKB sulit memposisikan diri sebagai Partai yang mampu mengakomodir aspirasi politik warga Nahdiyyin. Bahkan konon kabarnya warga Nahdhiyyin yang memilih PKB perkembangan terakhir justeru tajk lebih dari 30% saja, karena berbagi dengan PPP dan konon sebagian bsar ada di Golkar yang berkuasa sela puluhan tahun pula. Dalam kancah serta ritme politik seperti itu para kader NU dibesarkan. Artinya tak satu Parpolpun yang mampu menampung aspirasi mereka dalam berpolitik. Sehingga ketika mereka bicara politik, bukanlah dalam arti yang sebenarnya.
Nampak ketika masa Orde Baru dan banyak kader NU menampakkan kelincahannya ketika banyak tokoh politiuk Nasional mengupayakan politik massa mengambang, banyak sekali kader Islam yang mayoritas NU menunjuukan kelincahan melakukan deal deal politik sehingga mereka paling mudah diaksep oleh berbagai tokoh aliran politik dan berbagai kepentingan lainnya. Tetapi sisi buruk dri itu semua membuat para kader muda menjadi nampak sangat fragmatis dalam berpolitik. Dan akibatnya mereka seperti sangat sulit dalam menyatukan diri di bawah panji panji keislaman.
Ciri ciri watak fragmatis yang menyerang genarsi muda kita adalah mereka lebih memiliki komitmen yang kuat kepada tokoh tinimbang lembaga. Memang watak seperti ini bila politik itu berukuran kepada jumlah sebagai indikatornya akan menunjukkan hasil yang signifikan. dalam memobilisasi massa. Walupuin sesungguhnya itu hanyalah ikatan semu, utamanya ketika kekuasaan sedang dikuasai oleh pihak yang kurang sejalan.
Melekatkan diri kepada Penguasa ketimbang kepada institusi akan memperjelas sisi fragmatisme seseorang. Tetapi baru itulah yang mampu dilakukan. Kemampuan menguasai siasah seperti apa yang dikatakan oleh Said Agil Siraj selaku Ketua Umum NU, masih baru sebatas mendekatkan diri kepada para penguasa, bahkan baru mencari cari dalil pembenaran kepada tokoh yang sedang berkuasa, sebagaimana ketika Pak Said Agil berbicara untuk menguasai ekonomi, pendidikan, kebudayaan, ini hanya ungkapan politik, seperti kita tahu bahwa politik itu hanya menyentuh kulit ari belaka, Generasi muda harus memiliki kemampuan dalam mengoreksi, apakah sikap ini masih layak dipertahankan untuk keberhasilan yang sesungguhnya di masa masa mendatang. Untuk itu NU nampaknya butuh persatuan dan kesatuan Imamah. semoga.
No comments:
Post a Comment