![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhv68oOO3KxmfxVBq9Ho-fqBkiAiB76mgA21XqWAvUh2jBrAKQOnVXXfjMbt_9FEhyOOlk5C2gDppMDgvSJKLFfvEzjxtr9_3JUweMti9tA4JU1kCG7mDdCQ0zA8LqxKaTuHVXjU1-_0Yo/s320/New+Picture.bmp)
Kesalahan UASD adalah menjawab pertanyaan jema'ah yang menghadiri ceramah itu. Saya teringat dengan cerita seorang Paman kepada saya bahwa orang tua saya memang harus merasakan dinginnya teralis besi itu, juga tak lain adalah karena mengajarkan baca al-Quran berikut terjemahannya. Dan Pamerintah Kolonial Belanda konon memang melarang ummat Islam Indonesia mengajarkan terjemahan al-Quran pada saat itu.
Ayahku yang sempat nyantri di Padang, pulang ke desa lalu mengajar mengaji di desa kecil di tanah kelahirannya selain mengajarkan alif ba ta tsa juga mengajarkan bacaan sholat berikut terjemahannya, diantara bacaan sholat itu ada diantaranya ayat ayat pendek yang lazim dibaca dalam sholat. Nampaknya mengajarkan terjemahan al-quran adalah sesuatu yang dilarang oleh Penguasa Kolonial Belanda. Aktivitas ayahku akhirnya sampai juga ke telinga Belanda, sehingga kurung untuk sekadar satu atau dua minggu. Lalu sekitar seminggu kemudian ditahan kembali, karena ada peserta mengaji minta disimak dan adiajarkan bacaan sholatnya berkut terjemahannya. Seringnya Ia di tahan oleh Belanda, akhirnya melarikan diri dan akupun dilahirkan ditempat pelarian orang tuaku.
Semoga almarhum ayahku nyaman di alam qubur, tetapi aku ingin berceritera oada ayahku, bahwa aku sebagai anaknya sangat bangga memiliki ayah seperti beliau. Di tempat tinggal yang baru ayahku bersegera menyelenggarakan pengajian, sewaktu aku kecil. kulihat pengajian ayahku lebih banyak dihadiri oleh para emak emak, pengajian diselenggarakan Jum'at sire dan Minggu Sore, Seni - Kamis Ayahku mengurus kebunnya yang berjarak sekitar 20 KM dari tempat kediaman kami di dukuh Wayjurak namanya.
No comments:
Post a Comment