AGAMA ITU BERBEDA BEDA, maka dalam membicarakan masalah yang sangat penting maka bicarakanlah hal tersebut di ruang private, artinya pihak luar tak perlu tahu, untuk saling menjaga perasaan, bisa saja akan mengesankan disalahkan, atau setidaknya mengoreksi. Karena jelas tak ada orang yang suka agama dan keyakinanya dikoreksi. Jadi memang harus dihindari terlalu mencari tahu tentang pembicaraan pihak lain di ruang private mereka, kecuali kita memang sebagai mata mata atau istilah lainnya yang ditugaskan Pemerintah untuk mengantisipasi tindak makar dan pelanggaran hukum lainnya.
Atau dalam rangka penelitian ilmiah dengan segala mental akademisnya, tetapi tentu saja bila dimaksudkan untuk meneliti maka tentu saja tidak dibolehkan terbawa baper. Harus dicatat bahwa manakala kita akan melakukan penelitian akademis, maka kehadiran kita di sana memang harus atas seijin tuan rumah atau setelah kitta mengajukan permohonan ijin dengan mengajukan proposal, tentang prihal yang akan kita teliti, serta hasil yang akan kita dapatkan serta siapa yang memanfaatkan hasil penelitiuan kita itu. Sebagai etika akademis, tentu saja peneliti tak layak melakukan pelaporan aduan delik dengan apa yang ditemukan dalam penelitiuan itu, kecuali negara dalam keadaan genting.
Berbicara masalah mental penelitian maka etika yang kita kenal adalah bahwa penelitian kita atau tulisan kita harus kita bandingkan dengan penelitian atau tulisan terdahulu, Sejumlah kelemahan penelitian dan tulisan terdahulu diungkap oleh peneliti sehingga penelitian yang terakhir memiliki sejumlah keunggulan yang sangat dibutuhkan untuk diketahui pembaca atau para mahasiswa. Dengan demikian maka pembaca dan para mahasiswa akan tercerahkan. Para peneliti tak akan tersinggung dengan sejumlah kelemahan yang diungkap peneliti yang kemudian, demi kepentingan kemajuan akademis.
Demikian juga dalam internal pembahasan agama dalam forum terbatas dan terlebih lingkup privat masing masing. Membandingkan dengan agama lain sejatinya merupakan sesuatu yang jamak saja. Mereka yang beragama Islam sebaiknya membaca Kristoligi, mereka yang beragama Islam sebaiknya juga membaca Islamologi, dalam upaya untuk membina dan mencerahkan para pengikut agama masing masing. Itu jamak saja adanya. Yang tak boleh adalah menista. agama lain.
Dillemakah yang dihadapi oleh UAS dengan kasus yang dihadapinya. Mengapa Ia enggan meminta maaf seperti yang dituntutkan oleh sementara pihak. Sementara ini yang viral UAS merasa dia membicarakan itu pada ranag private, dan apa yang beliau ungkapkan adalah dalam rangka menjawab pertanyaan oleh seorang jama'ah yang membutuhkan pencerahan. Isi pertanyaannya, adalah "Saya selalu terbayang bayang oleh Saib"
Kata Salib memang diucapkan oleh sipenanya, maka wajar saja bila UASD juga menyebut kata kata Salib sebagai jawaban dari pertranyaan. Lalu adanya jin kafir disalib itu, itu nampaknya UAS memiliki sejumlah acuan, memang ajaran Islam demikian bunyinya. Lalu apakah ajaran itu tak boleh diungkap di ranah private. Dan apakah kata maaf itu juga akan diartikan bahwa ajaran itu memang merupakan sesuatu yang tak layak diajarkan oleh agama Islam. Kalau itu pengertian dari kata maaf, maka orang akan marah kepada UAS karena Ia dianggap telah berusaha menghapus ajaran agama Islam.
Sangat mengherankan juga bila ada ummat Islam sangat bernafsu memaksa UAS meminta maaf, jika memang yang bersangkutan benar beragama Islam, maka kembalikanleh itu semua kepada ajaran Islam, baik al-Quran dan haddis, bila tak didapatkan maka kembalikan ke ijma' dan qiyas, demikian cara Islam mewnyelesaikan masalah. Bukan menggunakan dalil dalilil politik, karena hanya akan melahirkan fatwa politik, berdasarkan keuntungan politik juga. Yang besok atau lusa akan berubah ketika peta politik terlalu cepat berubah itu.
Jika fatwa aqidah yang dikemukakan maka tak ada yang sulit, karena semua itu jelas ada dalam tuntunan agama Islam, baik pada Al-Quran dan hadits, tidak perlu ijma' apalagi sekedar qiyas, atau dikiaskan dengan pristiwa atau kontek yang mirip, karena itu semua jelas tuntunanya dalam agama Islam. Manakala bukan kepentingan politik yang diutamakan, maka masalah itu akan dengan mudah terselesaikan, tetapi bhila kepentingan politik diutamakan maka hampir dapat dipastikan kekecewaan yang berkepanjangan sebagai hasil antara .... nya.
No comments:
Post a Comment