PIDATO Tito sebagai Kapolri ini adalah pidato yang sangt tidak pantas diucapkan atas nama Pemerintah, tetapi itulah kenyataannya, pidato ini bukan pidato Kebangsaan Tetapi Lebih tepat disebut pidato Politik. Pidato Rezim Penguasa. Tito sebagai Kapolri nampaknya bagian yang tak terpisahkan dari Rezim yang sedang berkuasa yang di-KOMANDAN-; oleh Presiden Jokowi. Di luar sana telah disampaikan Pidato Politik oleh Megawati selaku Ketua Umum Partai Politik pemenang Pemilu, dan ada juga pidato dari tokoh Partai Politik Nadem, pidato pidato itu adalah pidato Politik yang sambung menyambung dan mungkin masih ada Pidato yang akan susul meyusul, dan susulan apapun yang akan muncul sejatinya bukan direspon secara emosional, demonstrasi, unjuk rasa atau apapun namanya yang tidak akan menyelesaikan masalah. Tetapi lakukanlah langkah langkah politik.
Upaya Penghancuran Politik Islam di Indonesia mulai dari apa yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) pada Pemerintahan Orde Lama dan dukungan Presiden Sukarno. Pada saat Orde Baru berkuasa di bawah Komandan Presiden Soeharto Islam juga dijadikan incaran pengkerdilan. Hanya saja pada era keuasaan Soeharto yang dijadikan alat mebnetur Islam adalah TNI dan opada saat sekarang ini ummat Islam dibenturkan kepada Kepolisian, jika dahulu ummat Islam berbenturan dengan tokoh LB. Murdani, dan Soedomo, maka sekarang ummat Islam dibenturkan dengan Tito Karnavian, Kapolri. Kita harus ketahui bahwa ini permainan politik bagi pihak pihak yang kini berburu Kekuasaan, hanya sayangnya merekameyakini kekuasaan itu bisa dianggap aman manakala telah mampu melumpuhkan kekuatan Islam.
https://www.youtube.com/watch?v=YyScjnLAWpk
Untuk itu maka diyakini bahwa bukan hanya protes dan unjuk rasa cara mengatasi masalah ini. atau memaksa Kapolri meminta maaf. Selain langkah langkah seperti itu, maka jalan yang harus ditempuh adalah mempersiapkan diri dari jauh hari, Pada saat ini generasi muda kita sebagian telah menjadi sosok yang sangat fragmatis. Dalam kefragmatisannya, mereka tak segan segan menjadi musuh dari ummat Islam lainnya. Pidato Tito adalah contoh yang paling mudah sebagai praktek sikap yang fragmatis itu, mengapa Ia beranio berbohong tentang sajarah yang telah tercatat jelas itu, apalagi kalau bukan demi jabatan. Tak semua pihak yang dipuji Tito merasa nyaman dengan pujian itu, setidaknya Pengurus Muhammadiyah menyesalkan dan meminta Tito meminta maaf atas pidatu subjektif fragmatisnya itu. Tetapi permintaanmaaf dariKapolri Tito sejatinya tidak terlalu bermanfaat dibanding memersiapkan generasi muda untuk menjadi genarsi yang lebih bai.
Generasi muda Islam yang akan datang adalah generasi yang mewarnai hidupnya dengan berbagai perbuatan baik, dan menghindari semua pekerjaan yang tidak baik, jangan pernah melakukan perbuatan jahat dan apalagi sampai melakukan tindak kriminal. Warnailah hari hari dengan perbuatan baik serta ibadah, istimewanya adalah ibadah sholat lima waktu, plus sholat sunnat, uatamanya adalah sunnat rawatib, qobliyah dan ba'diyah. Hendaknya kebiasaan ini dilakukan sejak anak anak dan remaja. Dan diharapkan selalu terpelihara dan bahkan mengembang sejalan dengan perjalanan usia secara grafik naik.
Manakala ummat diwarnai kebiasaan baik baik sejak muda maka Issya Allah atas seijin Allah, manakala mendapatkan amanah kekuasaan dan lain semacamnya amanah itu dapat diemban sebaik baiknya, betapa banyak ummat Islam yang sesungguhnya telah mendapatkan keoercayaan dari ummat, tetapi amanah itu sulit diembannya karena dia tersandera oleh masa lalunya, yang kurang baik, ada semacam penghianatan telah dilakukannya, bahkan ada tindak kriminal yang pernah dilakukannya, atau setidaknya dalam hidupnya telah melakukan sikap yang munafik. Itu semua hampir dapat dipastikan akan menjadi sandungannya dalam memgemban amanah.
Kembali kepada pidato politik Kapolri Toto Karnavian, biarkan itu berkembang menjadi dialog kebangsaan saja sehingga berakhir secara ellegan, karena masalah ini nampaknya murni kepentingan politik, seperti kepentingan politik era orde lama, politik orede baru dan seterusnya dan seterusnya, artinya hrus diakui bahwa masing masing era dalam politik penguasa memilikibatasan waktu, selama memiliki kekuatan selama berkuasa dan dirasakan banyak manfaatnya oleh pihak pihak yang berkepentingan yang umumnya memiliki kekuatan perekonomian. Dan adanya tarik menarik kepentingan politik oleh mereka yang memiliki kekuatan yang mereka sendiri tak dikenal baik wajah dan namanya oleh publik, itulah dunia politik.
Lebih baik kita sekarang lebih memperhatikan nasib anak anak kita yang sekarang ini sangat terombang ambing oleh berbagai informasi yang sarat kepentingan. Generasi muda membutuhkan bimbingan untuk menapaki dan mengetahui jalan yang akan menuju keselamatan. Karena Sejalan dengan kepentingan politik yang sangat membingungkan kita semua. Bimbingan bagi generasi muda sangat dibituhkan. Mereka generasi muda membutuhkan bimbingan yang hendaknya benar benar dibimbing langsung dengan bimbingan kitab suci Al-Quran, tampa harus ditafsir ulang, apalagi tafsir kepentingan.
No comments:
Post a Comment