SATU persatu ajaran Islam itu sepertinya akan dipereteli karena dinilai buruk, entah sengaja atau tidak sengaja, tetapi itulah nanti kenyataannya, setelah janggut, celana cingkrang dan jidat hitam karena sujud dianggap ciri teroris maka kini teriakan Takbir Allah Akbar sudah gilirannya untuk dianggap ciri teroris. Sungguh ini menyesakkan dada, walaupun mereka yang menuduh itu jelas menggunakan kacamata kepentingan politik politik, dan kitapun sepertinya harus menanggalkan akidah untuk ikut berpolitik. Seseorang yang saya anggap lebih awam dari saya tentang agama Islam suatu saat mempertanyakan itu, dan dengan kemarahan yang sangat, teman tadi menyatakan tak rela kalimah mulia itu dilarang dengan alasan apapun. Dan saya menjadi iri dengan kekokohan keyakinannya itu. Sayapun ikut marah, walaupun nantinya akan banyak orang pintar yang menyetujui larangan teriak takbir dan membenarkan itu sebagai ciri teroris. Biarkan itu urusan orang orang pintar, mereka memiliki cara dan alasan sendiri. .
Sejatinya sudah lama ada pihak yang meminta agar agar adzan tak perlu menggunakan pengeras siara, atau walaupun menggunakan pengeras suara, cukup dengan sayuipsayup sehingga tak mengganggu orang di sekitar masjid. Dahulu para penjajah Belanda paling membenci teriakan takbir itu, para ekstrimis yang dibenci Belanda itu selalu meneriakkab Takbir berulang ulang sebagai ekspressi ketidak senangan atas perlakuakn yang tidak nyam yang dilakukan oleh tentara penjajah, dan tak ayal lagi ketika terjadi Peperangan melawan Penjajah maka para syuhada Indonesia meneriakkan Takbis teristimewa ketika saat saat akan meregang nyawa maka tak ada lain kalimah yang sangat mulya diucapkan adalah Takbir. Itulah sebabnya terikan pada perang Kemerdekaan hanya ada dua, yaitu " Merdeka dan Allahu Akbar ... !!! "
Sebagai seorang Muslim kita merindukan bahwa nanti pada hembusan nafas terakhir maka kata yang kami ucapkan adalah Allahu Akbar, bukan kata kata 'aduh ...' sekalipun sakitnya luar biasa, tetapi ucapan itu tak mungkin akan terlontar pada saat sengsaranya meregang nyawa manakala kami tak melazimkan ucapan itu dalam segala situasi baik senang ataupun susah, dalam keseharian. Kami harus membiasakan berteriak Takbis ketika senang, demikian juga ketika sakit, agar mudah kami mengucapkan itu ketika kami meregang nyawa kelak.
Memang Yahudi dan sahabat sahabatnya sejak semula tak suka bila ummat Islam mengucapkab kalimat itu ketika meregang nyawa, terlebih iblis dan syaithon,mereka hingga detik detik terakhir saat meregang nyawapun mereka masih menghalang halangi ummat Islam mengucapkan takbir memuji keagungan Allah. tetapi jangan pula Saudara yang seiman , ikut bersmendukung iblis syaithon menghalang halangi setiap muslim berlatih dan membiasakan membaca Takbir di setaip saat dan situasi, agar kalimat terakhir menjadi pertimbangan Allah untuk mengampuni dosa dosa seseorang yang terhitung banyaknya ini. Agar kalimah yang terakhir itu membuat seseorang pantas untuk menghuni syurganya Allahu Akbar ... !
No comments:
Post a Comment