Thursday, December 27, 2018
IDENTITAS ISLAM SEBAGAI PERTAHANAN TERAKHIR PANCASILA DAN NKRI
IDEOLOGI YANG PALING KUAT ADALAH IDEOLOGI ISLAM, identitas yang paling kuat adalah identitas Islam oleh karenanya teori teori Barat dalam rangka memasarkan gagasan mereka, serta melaksanakan strategi mereka menguasai dunia adalah dengan cara melemahkan syariat Islam guna melemahkan identitas Islam. Dan teknis serta cara yang paling jitu adalah memecahbelah ummat Islam serta menjauhkan mereka dari al-Quran.
Tetapi semakin gigih mereka memisahkan ummat Islam dengan al-Quran, ternyata ada saja jalan bagi ummat Islam untuk mendekat kepada Al-Quran. Semakin banyak keluarga yang jatuh miskin, semakin berkembang panti asuhan anak anak miskin dan yatim piatu. Lihat, atas tuntunan Allah panti asuhan yatim piatu dan fakir miskin itu melaksanakan program hafiz Al-Quran. Ketahuilah bhwa Yerusalem sebuah negara yang paling sulit mendapatkan ke,erdekaan itu ternyata paling banyak persentasenya penduduk yang memiliki gelar sarjana, demikian juga dengan penghapal al-Quran. Anak anak di Yerussalem paling banyak di dunia yang hapal al-Quran.
Saya membaca kiriman status di grup WA berbunyi Yang membuat kita kuat adalah doa, yang membuat kita dewasa adalah masalah, Yang membuat kita maju adalah adalah usaha keras, Yang membuat kita hancur adalah outus asa, Yang membuat kita semangat adalah harapan dan impian.
Kekuatan Ideologi Islam.
Kekuata ideologi Islam itu terletak pada jiwa ukhuwah Iskamiahnya. rasa persaudaraannya. Rasa persaudaraan itu dsiikat oleh keaslian Al-Quran sebagai satu satyunya kitab yang dipelihara oleh Allah dan tak ada satupun manusia mampu memalsukannya, jangan memalsukan, membuat kembarannya saja manusia tak akan mampu. baik sistematika, konten atau isi maupun pilihan bahasanya. Isi alquran itu terkait dengan pristiwa alam, serta dinamika aktivitas manusia. Dalam waktu bersamaan isi al-Quran mengerucut kepada kalimah thoyibah Laailaaha Illallaah.
Pelaksanaan al-Quran yang dicontohkan oleh Rasulnya berubah menjadi aktivitas kehidupan yang membentuk identitas kemusliman. Sehingga wajar saja bila seandainya terlalu banyak kesamaan kesamaan identitas yang dimiliki oleh ummat Islam diberbagai belahan dunia. Maka tak heran manakala muncul kelompok kelompok di barat dan Amerika yang berintikan Yahudy selalu berusdaha mengobrak abrik keutuhan identitas itu. Tetapi tentu saja tak gampang mengorak abriknya, manakala ummat Islam sedunia itu bertauhid secara benar. Perbedaan perbedaan kecil diantara ummat Islam justeru diikat kuat dengan tali ketauhidan tadi. ASllah adalah satu satunya Tuhan yang berhak disembah, dan selama kita masih menyembah kepada Allah, maka kita akan selalu dalam lindungan Allah.
MNJAGA KEMURNIAN NASAB AKHIRNYA DITANGKAP POLISI
MENJAGA NASAB sebagai habaib adalah mrupakan keniscayaan, itulah sebabnya keturunan Habib yangperempuan tak sembarangan memilih lelaki sebagai suaminya, dan mereka akan memilih seorang habaib sebagai suami demi menjaga kemurnian nasab Habaib sebagai kelompok yang berkewajiban menjunjung tinggi Rasulullah sebagai kakek mereka.
Bagi siapapun yang memahami bagaimana tekad para Habaib untuk menjaga kemurnian nasab keturunan, demi kemulyaan Rasul Muhammad SAW adalah mutlak bagi mereka, dan orang yang memiliki pemahaman pentingnya menjaga kemurnian itu akan marah besar manakala ada orang yang bukan Habaib mengaku ngaku sebagai Habaib. Dan bagi mereka sebagai Habib harus memiliki kemampuan memnyebutkan garus keturunan hingga Sang Kakek Muhammad SAW, yang juga sebagai Rasulullah. Sulita bagi seseorang akan mengaku ngaku sebagai keturunan Habaib karena garis Nasab itu terlalu banyak yang hapal, dan mampu menyimak kemurniannya.
Sang Kakek memerintahkan dan sebaliknya para Habaib bertekad melanjutkan perjuangan Kakek mereka menyiarkan agama Islam, mereka bertebaran ke berbagai negara dan salah satu diantara daerah tujuan adalah Indonesia, yang dahulu dikenal sebagai Nusantara, mereka akan menyiarkan agama Islam melalui dakwah dan melalui pendidikan.
Dalam melancarkan dakwah dan pendidikan ada ada saja yang dengan sengaja ingin menghambat mereka.
Tuesday, December 25, 2018
SIAPA PERUSAK ISLAM
SNOC HORGRONYE, demikian yakin bahwa Islam hanya bisa dihancurkan dengan cara menggunakan tangan Islam itu sendiri. lho bagaimana caranya, yaitu denganm cara mengadu domba ummat Islam itu sendiri, dilain pihak juga nampaknya tak kurang kurang ada pihak yang memang suka membuat keonaran antar sesama Muslim, sehingga untuk menciptakan kekisruhan antar internal Muslim bukan sesuatu yang tak mungkin. Snoug Hogronye yang memang dipersiapkan sebagai tokoh yang mempelajari dan sekaligus memata matai pihak Islam langsung ke pusat aktivitas dan pengajaran, berhasil menemukan kebenaran bahwa Islam itu akan sulit dilemahkan, tetapi bukan tak ada jalan. Jalan atau caranya adalah adalah dengan melontarkan issue yang mampu membuat prokontra Simaklah youtub di bawah ini kita tak perlu memiliki kecerdasan yang luar biasa untuk menemukan teknik dan cara penghancuran dari daslam, ada pihak yang memang suka memerankan bagian dari pemecahbelahan Islam itu. Simak sampai tuntas ... baru simpulkan secara cerdas dan akal sehat.
Seorang Guntur Romli yang menokohkan dirinya sebagai generasi millenial dan berfikir liberal menyebutkan adanya jama'ah yang disebut sebut sebagai Monaslimin yang ibadahnya cukup setahun sekali bahkan disebut Tuhannya Subenahu watulo dan disebut juga Nabinya Hulaihu. (https://www.suara.com/news/2018/12/14/151403/kasus-jamaah-monaslimin-guntur-romli-saya-tak-sebut-islam-dan-212)
Dengan pernyataan seperti itu nampaknya cukup memancing kelompok yang barusan menyelenggarakan Reuni 212 yang katanya telah dan akan dilakukan setiap tanggal 2 Desember alias setahun sekali.Mereka merasa bahwa mereka menjadi arah tudingan Guntur Romli sebagai Monaslim yang aktivitas peribadatannya dipusatkan di Monas setahun sekali, punya Rasul sendiri dan punya Tuhan sendiri. Lalu beralasankah alumni dan mujahid 212 tersinggung dan melaporkan ke polisi. Takl sabar rasanya kasus ini segera diproses untuk mendapatkan kejelasan dan keteta[an hukum yang seadil adilnya.
Kita ingin tahu apakah benar ada kasus hukum dalam kasus ini. Kita ingin tahu sejatinya Guntur itu pintar atau kebelingar, kita juga segera ingin tahu dari dari Guntur bekerja untuk siapa Guntur untuk Allahkah atau untuk yang lain. Kita ingin tahu penjelasan langsung dari Sang Guntur jama'ah yang mana yang dimaksudkan sebagai Monaslim tadi. Kita berharap Guntur bersedia menunjukkan sosok siapa Nabinya Monaslim dan sispa Tuhannya Monaslim. Agar kita juga segera tahun dan memiliki kemampuan mengetahui dan mengidentivikasi jam'ah Monaslim tadi, karena berdasarkan penuturan Guntur jama'ah itu sudah mengarah ke[pada agama baru.
Sesungguhnya kita berharap Guntur Romli tidak hanya mencuit di twiter saja atau memposting di facebook, tetapi laporkan ke Polisi, agar Pemerintah memiliki layanan yang poasti dan tidak meresahkan. Apakah kelompok ini merupakan agama baru atau hanya sempalan dari agama yang ada. Melalui penyelesaian secara hukum kita berharap kita akan mendapatkan kejelasan yang sejelas je;asnya apakah agama Monaslim itu benar benar telah beriri atau hanya sekedar krang karangan Guntur Romli. Kalau ini karangan lalu untuk apa Guntur mengarang, untuk kepentingan siapa .... ? Yahudi, Nasrani, Majusi atau lainnya. Marilah kita ikuti dengan seksama ... tampa hiruk pikuk. Agar yang salah dapat diluruskan ,,, kembali ke jalan yang benar.
Monday, December 24, 2018
KELOMPOK MINORITAS ULAI MENGANCAM MYORITAS PRIBUMI
YOUTUBE YANG DITERBITKAN oleh IQROQ 212 channel ini saya putar berulangkali dan saya mencoba merenungi akan isinyasehingga saya hampir menarik kesimpulan berdasarkan keyakinan yang bersandar kepada sejumlah premis yang beredar dari berbagai pihak yang meooba menganalisisnya dengan bersih, menyimpulkan bahwa mayoritas pribumilah yang sekarang terancam. Banyak tulisan sebelumnya yang menyimpulkan bahwa minoritas pendatang asal China keberadaannya seolah sangat terancam keselamatannya oleh kesewenangan utamanya mayoritas muslim, sehingga mayoritas Muslim sangat pantas untuk dimaki maki sebagai kelompok yang intoleran, anti NKRI, anti Pancasila. Dalam youtube memuat konten bantahan karena justeru sebaliknya bahwa Muslimlah yang sedang terancam di Indonesia.
Kesempatan Ahok keturunan China menjadi Gubernur Jakarta sepeninggal Jokowi yang memenangi Pilpres.
Kesempatan Ahok keturunan China menjadi Gubernur Jakarta sepeninggal Jokowi yang memenangi Pilpres.
Sunday, December 23, 2018
ADU KEISLAMAN PARA CAPRES.
TIDAK KURANG DARI SEORANG JOKOWI sebagai calon Petahana dalam Pilpres yang mengatakan janganmembawa bawa agama dalam berpolitik, kata yang masih tak jelas batasannya itu tentu saja sebagai sesuatu yang profokatif. banyak ulama yang kecewa dengan pernyataan Jokowi, mengingat beliau sebagai Presiden, dan ini berarti akan ada kerja keras ulama untuk mengantisipasi pernyataan bernada permusuhan yang justeru datang dari Presiden. Menurut ulama Agama adalah sebagai tuntunan, bukan permasalahan.
Tetapi bagai menjlat ludah layaknya, ketika memasuki tahap kampanye untuk pemilihan ulang sesuai konstiotusi Jokowi justeru menjadikan agama sebagaio manuver politiknya. Tokoh yang gemar dan mahir pencitraan itu seperti memang telah dipersiapkan sejak awal akan mempertontontonkan keterampilan beribadah, diberbagai tempat dan kesempatan stafnya mengupayakan bliau muncul sebagai imam sholat, yang belakangan ternyata dimaksudkan sebagai upaya mendapatkan pengakuan akan keterampilan itu.
Sayang Jokowi yang ternyata Nyapres untuk kali kedua ini seperti salah langkah ketika sejumlah ulama yang memimpin unjukrasa dalam jumlah sekitar tujuh jutaan itu justeru dihindarinya. Sepertinya beliau menghindari untuk berjanji dengan ummat melalui kepemimpinan para ulama, pada saat itu, upaya Jokowi mwnghindar jeas di batin ulama dan ummat bukanlah isyarat perdamaian. Dan memang beberapa indikasi menunjuk kabnaran apa yang dirasakan oleh ulama dan ummat.
Gagasan Tim Sukses Jokowi sbagai Calon petahana nampaknya merupakan strategi yang memang sudah lama dan sejak awal dirancang, untuk kemungkinanya mengadu kesolehan di dimata umum. seolah ada rasa optimis akan kunggulan Jokowi manakala adu kesholehan itu benar digelar.
Walaupun tidak ada tuntutan dari ummat Islam akan mengadu kesolehan dari kedua calon itu, gagasan itu jusateru muncul dari pihak Jokowi.
Yang dituntut oleh ummat Islam itu adalah keberpihakan dan berkeadilan. adil dalam menegakkan kebenaran, adil dalam menegakkan hukum, itu saja. Kelebihan dari Prabowo selama ini adalah kesanggupan menandatangani kesepakatan yang diajukan para ulama. Kalau seandainya Presiden Jokowi juga memiliki kesanggupan menandatangani kesepakatan yang sama atau bahkan lebih banyak lagi, bukan tidak ada keuntungan keuntungan yang diraihnya, terutama bagi mereka yang hingga saat ini belum secara tegas menjatuhkan pilihannya. Tetapi begi mereka yang sudah memfinalkan pilihannya, akan kecil sekali kemungkinan akan berubah.
Upaya pencitraan kesalehan Jokowi yang selama ini dipamer pamerkan akan kecil sekali pengaruhnya bagi mereka yang merasa dikecewakan. Serapih apapun pencitraan itu, justeru mengundang sinis yang tak terbendung. Demikian juga sebaliknya kejujuran Prabowo bahwa masih banyak mereka yang pantas jadi imam dibanding dirinya. Dan beliau tidak suka dengan rekayasa dan pencitraan.
Sebagai anak bangsa yang kita harapkan keada kedua tim yang bersaing, bersainglah secara ellegan, berpijaklah pada dasar kejujuiran, kebenaran dan keikhlasan. Hindarilah pencitraan dan trik tipuan lainnya. Ikutlah berusaha mencerdaskan bangsa, agar kebenaran akan ikut tertegak, sehingga bangsa kita akan menjadi bangsa maju, dan sekaligus memberikan rasa nyaman.
Tetapi bagai menjlat ludah layaknya, ketika memasuki tahap kampanye untuk pemilihan ulang sesuai konstiotusi Jokowi justeru menjadikan agama sebagaio manuver politiknya. Tokoh yang gemar dan mahir pencitraan itu seperti memang telah dipersiapkan sejak awal akan mempertontontonkan keterampilan beribadah, diberbagai tempat dan kesempatan stafnya mengupayakan bliau muncul sebagai imam sholat, yang belakangan ternyata dimaksudkan sebagai upaya mendapatkan pengakuan akan keterampilan itu.
Sayang Jokowi yang ternyata Nyapres untuk kali kedua ini seperti salah langkah ketika sejumlah ulama yang memimpin unjukrasa dalam jumlah sekitar tujuh jutaan itu justeru dihindarinya. Sepertinya beliau menghindari untuk berjanji dengan ummat melalui kepemimpinan para ulama, pada saat itu, upaya Jokowi mwnghindar jeas di batin ulama dan ummat bukanlah isyarat perdamaian. Dan memang beberapa indikasi menunjuk kabnaran apa yang dirasakan oleh ulama dan ummat.
Gagasan Tim Sukses Jokowi sbagai Calon petahana nampaknya merupakan strategi yang memang sudah lama dan sejak awal dirancang, untuk kemungkinanya mengadu kesolehan di dimata umum. seolah ada rasa optimis akan kunggulan Jokowi manakala adu kesholehan itu benar digelar.
Walaupun tidak ada tuntutan dari ummat Islam akan mengadu kesolehan dari kedua calon itu, gagasan itu jusateru muncul dari pihak Jokowi.
Yang dituntut oleh ummat Islam itu adalah keberpihakan dan berkeadilan. adil dalam menegakkan kebenaran, adil dalam menegakkan hukum, itu saja. Kelebihan dari Prabowo selama ini adalah kesanggupan menandatangani kesepakatan yang diajukan para ulama. Kalau seandainya Presiden Jokowi juga memiliki kesanggupan menandatangani kesepakatan yang sama atau bahkan lebih banyak lagi, bukan tidak ada keuntungan keuntungan yang diraihnya, terutama bagi mereka yang hingga saat ini belum secara tegas menjatuhkan pilihannya. Tetapi begi mereka yang sudah memfinalkan pilihannya, akan kecil sekali kemungkinan akan berubah.
Upaya pencitraan kesalehan Jokowi yang selama ini dipamer pamerkan akan kecil sekali pengaruhnya bagi mereka yang merasa dikecewakan. Serapih apapun pencitraan itu, justeru mengundang sinis yang tak terbendung. Demikian juga sebaliknya kejujuran Prabowo bahwa masih banyak mereka yang pantas jadi imam dibanding dirinya. Dan beliau tidak suka dengan rekayasa dan pencitraan.
Sebagai anak bangsa yang kita harapkan keada kedua tim yang bersaing, bersainglah secara ellegan, berpijaklah pada dasar kejujuiran, kebenaran dan keikhlasan. Hindarilah pencitraan dan trik tipuan lainnya. Ikutlah berusaha mencerdaskan bangsa, agar kebenaran akan ikut tertegak, sehingga bangsa kita akan menjadi bangsa maju, dan sekaligus memberikan rasa nyaman.
PEMBERITAHUAN DARI ALLAH
PEMBICARAAN DI MANAMANA termasuk dalam sebuah pesta perkawinan yang saya hadiri, kendati dentuman musik memekak telinga, tetap saja seorang hadirin yang duduk disebelah saya membicarakan masalah tsunami kecil di Banten. Itu hukuman dari Allah kata sipembisik tadi, manusia ini semakin berani melawan dan mengingkari ajaran Allah dan semakin terang terangan. Ada pihak pihak yang sanggup membiayainya manakala ada kelompok, komunitas yang secara berani menentang Tuhan. Agama dan hukum Tuhan sepertinya akan ditolak kehadit=rannya dari hukum positif. di Indonesia, bisik sahabat yang tadi yang nampaknya memiliki pemahaman yang memadai tentang hukum.
Sahabat tadi mengatakan bahwa dalam sebuah hadits qudsi dikatakan bahwasetidaknya dalam sehari ada tiga kali laut meminta ijin kepada Allah untuk menenggelamkan manusia dengan air laut
Sahabat tadi mengatakan bahwa dalam sebuah hadits qudsi dikatakan bahwasetidaknya dalam sehari ada tiga kali laut meminta ijin kepada Allah untuk menenggelamkan manusia dengan air laut
Thursday, December 20, 2018
Strategi Akuisisi Politik Ala Jokowi. Rekrut, dan Serang Balik
hersubeno arief
BILA KITA cermati strategi politik Jokowi dalam menghadapi lawan, ada satu benang merah yang konsisten. Akuisisi lawan politik, setelah itu gunakan mereka untuk serangan balik. Biarkan kubu musuh bertengkar sendiri. Ketika mereka sudah lemah, tinggal ditundukkan.
Dalam batas-batas tertentu Jokowi sudah berhasil menerapkan prinsip maha guru strategi perang Sun Tzu. “Letihkan mereka dengan jalan berputar-putar. Bikin mereka bertengkar sendiri. Haluslah agar kau tidak terlihat. Misteriuslah agar kau tak teraba. Maka, kau akan menguasai nasib lawanmu.”
Sayangnya tidak semua prinsip itu berhasil diterapkan dengan baik. Kelemahan identifikasi, kesalahan pemilihan figur yang akan dijadikan proxy, serta lemahnya leadership Jokowi, membuat semuanya menjadi berantakan. Semua senjata yang digunakan Jokowi tumpul, dan malah berbalik menyerang. Senjata rekrutan terbaru yang kini tengah digunakan adalah La Nyalla Matalitti.
Mari kita inventarisir siapa saja lawan politik yang berhasil direkrut Jokowi?
Yang paling awal direkrut Jokowi adalah Ali Mochtar Ngabalin. Mantan Politisi PBB yang kemudian menyeberang ke Partai Golkar ini hanya dalam waktu sekejap menjadi senjata yang sangat ampuh bagi Jokowi. Imbalan nya cukup sederhana. Dijadikan sebagai seorang staf di Kantor Staf Kepresidenan (KSP).
Setiap hari Ali mantan tim sukses Prabowo-Hatta pada Pilpres 2014 ini tampil menyerang di televisi dan media massa. Namun lama-lama senjata makan tuan. Ali justru menjadi titik lemah Jokowi. Gayanya yang konfrontatif tidak disukai publik. Menimbulkan antipati. Ali secara perlahan mulai ditarik. Kemunculannya di publik, mulai dibatasi.
Rekrutan berikutnya adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang Zainul Majdi. Tom P Power seorang peneliti dari Australian National University menyebut TGB ditundukkan melalui kasus divestasi Newmont. Artikel penelitian Power berjudul Jokowi’s authoritarian turn and Indonesia’s democratic decline, saat ini format pdf-nya menyebar luas di medsos.
Pada awal rekrutmen, TGB juga menjadi senjata yang cukup ampuh bagi Jokowi. Latar belakangnya sebagai tokoh agama, gubernur yang sukses, dan bahkan pernah dijagokan sebagai salah satu kandidat capres oleh Alumni 212, cukup meyakinkan. Namun seiring waktu, TGB juga tak lagi efektif untuk menyerang Prabowo. TGB bahkan tidak masuk dalam timses Jokowi.
Akuisisi politik terbesar Jokowi adalah Ma’ruf Amin. Ketua Majelis Ulama Indonesia dan Rais Aam PBNU itu dipilih sebagai cawapres Jokowi. Ma’ruf juga tokoh sentral GNPF MUI. Sebagai Ketua Umum MUI, Ma’ruf mengeluarkan fatwa Ahok sebagai penista agama.
Diharapkan pemilihan Ma’ruf sebagai cawapres selain membuat solid dukungan NU, juga memecah soliditas pendukung Aksi 212. Gerakan Islam perkotaan itu saat ini menjadi musuh yang paling ditakuti dan tidak bisa ditundukkan Jokowi.
Namun seiiring waktu ternyata Ma’ruf malah ditinggalkan umat. Reuni 212 berjalan sukses. Jutaan kaum muslim dan umat beragama lain tetap hadir menyemut di Monas. Mereka tidak menghiraukan keberatan Ma’ruf. “Untuk apa. Urusannya sudah selesai,” kata Ma’ruf.
Di internal timses keberadaan Ma’ruf mulai dipersoalkan. Dia menjadi titik lemah dan tidak memberi kontribusi positif terhadap elektabilitas Jokowi. Yang terjadi elektabilitas Jokowi-Ma’ruf malah turun. Dalam bahasa timses stagnan.
Ketua timses Erick Thohir dan Luhut Panjaitan mulai mempersoalkan sakitnya Ma’ruf yang berkepanjangan. Hampir sebulan terakhir Ma’ruf absen kampanye, karena kakinya “terkilir.”
Da’i kondang Yusuf Mansur (YM) juga menjadi target akuisisi politik Jokowi. YM diketahui terbelit kasus investasi. Salah satu kasusnya akhirnya dihentikan oleh Polda Jatim. Berbeda rekrutan lainnya, YM terkesan malu-malu dan mencoba menutup-nutupinya. Dia misalnya pernah bertemu dengan cawapres Sandiaga Uno.
Meskipun tidak secara terbuka menyatakan dukungan, nasib YM juga sama. Dia mulai ditinggalkan umat. Banyak yang uninstall Paytren, metode pembayaran online yang sedang dikembangkannya.
Kubu yang berada dalam lingkaran Pemimpin Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab (HRS) juga menjadi sasaran akuisisi. Adalah Kapitra Ampera salah satu pengacara HRS yang “direkrut” melalui akusisi menjadi caleg PDIP.
Khusus untuk Kapitra kasusnya agak berbeda. Dia diduga justru merupakan figur kubu seberang yang ditempatkan di lingkaran HRS. Jadi untuk Kapitra barangkali tidak terlalu tepat bila disebut sebagai akuisisi politik. Kapitra ditarik kembali setelah tugasnya dianggap selesai. Hanya saja penarikan Kapitra tampaknya terlalu cepat. Misi belum selesai.
Rekrutmen lain yang cukup fenomenal adalah Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra (YIM). Dengan cover direkrut sebagai pengacara Jokowi-Ma’ruf, YIM langsung offensif. Dia menyerang sisi kepribadian Prabowo. Tidak seperti pernyataan semula, hanya akan menangani masalah hukum, YIM lebih banyak bertindak sebagai politisi pendukung inkumben.
Keputusan YIM membuat internal PBB gonjang-ganjing. Banyak pendukungnya, termasuk para caleg PBB yang menentang keputusan YIM. Diam-diam ada penggalangan dukungan untuk mendongkel YIM. Sudah hampir dapat diperkirakan seperti apa nasib PBB pada Pileg 2019. Secara tradisional pemilih PBB adalah penentang Jokowi.
Nah sekarang Jokowi sedang memanfaatkan akusisi politik terbarunya, yakni Ketua Pemuda Pancasila Jawa Timur La Nyalla Matalitti. Beberapa hari terakhir Nyalla aktif menyerang pribadi Prabowo. Dia misalnya menantang Prabowo menjadi imam salat seperti Jokowi. Nyalla juga berani bertaruh potong leher, bila sampai Prabowo-Sandi menang di Madura.
Strategi offensif Nyalla ini diperkirakan tidak akan memberi manfaat elektoral bagi Jokowi. Yang terjadi malah sebaliknya. Reputasi Nyalla yang kurang baik di Jatim, justru berdampak negatif. Jokowi bakal mendapat imbas buruk. Peribahasa berlaku “Kalau mau melihat seseorang, lihat siapa kawannya.”
Tetap dimanfaatkannya Nyalla menunjukkan kekuatan politik Jokowi dalam melakukan akuisisi mulai menurun. Dia tidak lagi selektif. Sudah mulai asal comot.
Di luar para tokoh di atas, Jokowi dan timnya juga berhasil melakukan akuisisi politik yang fenomenal terhadap Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibyo. Sebagai pendukung Prabowo pada Pilpres 2014, Hary Tanoe menyerah dan menyeberang menjadi pendukung Jokowi setelah kasus restitusi pajak Mobil 8 diusut Kejaksaan Agung.
Hary tidak aktif menyerang Prabowo-Sandi, namun jaringan medianya (MNC Group) digunakan menjadi alat kampanye yang efektif bagi inkumben.
Pola yang sudah baku
Banyaknya figur kubu seberang yang ditarik, menunjukkan Jokowi dan timnya sedang mencoba menerapkan strategi Sun Tzu. Namun sayang tidak cukup komprehensif. Mereka mencoba membuat musuh letih, dan bertengkar sendiri, namun caranya kurang halus, tidak cukup misterius, dan mudah teraba.
Pola yang dimainkan kubu Jokowi sangat mudah terbaca. Sasaran utamanya adalah figur yang mempunyai latar belakang Islam, atau punya basis ketokohan yang kuat. Kecuali Kapitra dan Nyalla kasusnya berbeda.
Satu lagi benang merahnya, semua figur lemah dalam prinsip. Sangat mudah ditaklukkan dengan iming-iming politik, atau tekanan hukum.
Akibatnya malah berbalik. Figur publik yang dijadikan senjata politik, menjadi senjata yang tumpul. Mereka ditinggalkan para pendukungnya. Yang terjadi lawan malah semakin solid. Keberhasilan Reuni 212 adalah contoh nyata.
Penggalangan publik opini, stigma, bahkan teror bom handphone tidak berhasil mencegah jutaan massa berkumpul di Monas. Ketidak hadiran tokoh ulama penting seperti Aa Gym, Ustad Arifin Ilham, termasuk Habib Rizieq tetap membuat umat berbondong-bondong menuju Monas.
Kegagalan berbagai operasi politik Jokowi ini tampaknya membuat Jokowi dan para pendukungnya bingung dan panik. Jokowi menyerukan para pendukungnya untuk membuat aksi tandingan. Dia misalnya berkali-kali mempertanyakan mengapa tidak ada aksi demonstrasi mendukungnya?
Keyakinan Jokowi terhadap soliditas pendukungnya tampaknya mulai goyah. Kabarnya ada rencana para pendukung Jokowi menggelar pengumpulan massa besar-besaran pada tanggal 20 Januari 2019 (Aksi 201 di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya. Dengan aksi ini diharapkan elektabilitas Jokowi bisa rebound.
Belajar dari pengalaman aksi Parade Kebudayaan Indonesia (412) yang digelar oleh parpol pendukung Ahok —tak lama setelah Aksi 212— bayang-bayang kegagalan tampak nyata. Tanpa satu idiologi, dan perasaan senasib sepenanggungan yang kuat, mengumpulkan jutaan orang seperti Aksi 212, atau Reuni 212 adalah sebuah kemustahilan. Kekuasaan dan kekuatan dana bukan jawabannya. end
Hersubeno Arief, wartawan senior
hersubeno arief
BILA KITA cermati strategi politik Jokowi dalam menghadapi lawan, ada satu benang merah yang konsisten. Akuisisi lawan politik, setelah itu gunakan mereka untuk serangan balik. Biarkan kubu musuh bertengkar sendiri. Ketika mereka sudah lemah, tinggal ditundukkan.
Dalam batas-batas tertentu Jokowi sudah berhasil menerapkan prinsip maha guru strategi perang Sun Tzu. “Letihkan mereka dengan jalan berputar-putar. Bikin mereka bertengkar sendiri. Haluslah agar kau tidak terlihat. Misteriuslah agar kau tak teraba. Maka, kau akan menguasai nasib lawanmu.”
Sayangnya tidak semua prinsip itu berhasil diterapkan dengan baik. Kelemahan identifikasi, kesalahan pemilihan figur yang akan dijadikan proxy, serta lemahnya leadership Jokowi, membuat semuanya menjadi berantakan. Semua senjata yang digunakan Jokowi tumpul, dan malah berbalik menyerang. Senjata rekrutan terbaru yang kini tengah digunakan adalah La Nyalla Matalitti.
Mari kita inventarisir siapa saja lawan politik yang berhasil direkrut Jokowi?
Yang paling awal direkrut Jokowi adalah Ali Mochtar Ngabalin. Mantan Politisi PBB yang kemudian menyeberang ke Partai Golkar ini hanya dalam waktu sekejap menjadi senjata yang sangat ampuh bagi Jokowi. Imbalan nya cukup sederhana. Dijadikan sebagai seorang staf di Kantor Staf Kepresidenan (KSP).
Setiap hari Ali mantan tim sukses Prabowo-Hatta pada Pilpres 2014 ini tampil menyerang di televisi dan media massa. Namun lama-lama senjata makan tuan. Ali justru menjadi titik lemah Jokowi. Gayanya yang konfrontatif tidak disukai publik. Menimbulkan antipati. Ali secara perlahan mulai ditarik. Kemunculannya di publik, mulai dibatasi.
Rekrutan berikutnya adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang Zainul Majdi. Tom P Power seorang peneliti dari Australian National University menyebut TGB ditundukkan melalui kasus divestasi Newmont. Artikel penelitian Power berjudul Jokowi’s authoritarian turn and Indonesia’s democratic decline, saat ini format pdf-nya menyebar luas di medsos.
Pada awal rekrutmen, TGB juga menjadi senjata yang cukup ampuh bagi Jokowi. Latar belakangnya sebagai tokoh agama, gubernur yang sukses, dan bahkan pernah dijagokan sebagai salah satu kandidat capres oleh Alumni 212, cukup meyakinkan. Namun seiring waktu, TGB juga tak lagi efektif untuk menyerang Prabowo. TGB bahkan tidak masuk dalam timses Jokowi.
Akuisisi politik terbesar Jokowi adalah Ma’ruf Amin. Ketua Majelis Ulama Indonesia dan Rais Aam PBNU itu dipilih sebagai cawapres Jokowi. Ma’ruf juga tokoh sentral GNPF MUI. Sebagai Ketua Umum MUI, Ma’ruf mengeluarkan fatwa Ahok sebagai penista agama.
Diharapkan pemilihan Ma’ruf sebagai cawapres selain membuat solid dukungan NU, juga memecah soliditas pendukung Aksi 212. Gerakan Islam perkotaan itu saat ini menjadi musuh yang paling ditakuti dan tidak bisa ditundukkan Jokowi.
Namun seiiring waktu ternyata Ma’ruf malah ditinggalkan umat. Reuni 212 berjalan sukses. Jutaan kaum muslim dan umat beragama lain tetap hadir menyemut di Monas. Mereka tidak menghiraukan keberatan Ma’ruf. “Untuk apa. Urusannya sudah selesai,” kata Ma’ruf.
Di internal timses keberadaan Ma’ruf mulai dipersoalkan. Dia menjadi titik lemah dan tidak memberi kontribusi positif terhadap elektabilitas Jokowi. Yang terjadi elektabilitas Jokowi-Ma’ruf malah turun. Dalam bahasa timses stagnan.
Ketua timses Erick Thohir dan Luhut Panjaitan mulai mempersoalkan sakitnya Ma’ruf yang berkepanjangan. Hampir sebulan terakhir Ma’ruf absen kampanye, karena kakinya “terkilir.”
Da’i kondang Yusuf Mansur (YM) juga menjadi target akuisisi politik Jokowi. YM diketahui terbelit kasus investasi. Salah satu kasusnya akhirnya dihentikan oleh Polda Jatim. Berbeda rekrutan lainnya, YM terkesan malu-malu dan mencoba menutup-nutupinya. Dia misalnya pernah bertemu dengan cawapres Sandiaga Uno.
Meskipun tidak secara terbuka menyatakan dukungan, nasib YM juga sama. Dia mulai ditinggalkan umat. Banyak yang uninstall Paytren, metode pembayaran online yang sedang dikembangkannya.
Kubu yang berada dalam lingkaran Pemimpin Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab (HRS) juga menjadi sasaran akuisisi. Adalah Kapitra Ampera salah satu pengacara HRS yang “direkrut” melalui akusisi menjadi caleg PDIP.
Khusus untuk Kapitra kasusnya agak berbeda. Dia diduga justru merupakan figur kubu seberang yang ditempatkan di lingkaran HRS. Jadi untuk Kapitra barangkali tidak terlalu tepat bila disebut sebagai akuisisi politik. Kapitra ditarik kembali setelah tugasnya dianggap selesai. Hanya saja penarikan Kapitra tampaknya terlalu cepat. Misi belum selesai.
Rekrutmen lain yang cukup fenomenal adalah Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra (YIM). Dengan cover direkrut sebagai pengacara Jokowi-Ma’ruf, YIM langsung offensif. Dia menyerang sisi kepribadian Prabowo. Tidak seperti pernyataan semula, hanya akan menangani masalah hukum, YIM lebih banyak bertindak sebagai politisi pendukung inkumben.
Keputusan YIM membuat internal PBB gonjang-ganjing. Banyak pendukungnya, termasuk para caleg PBB yang menentang keputusan YIM. Diam-diam ada penggalangan dukungan untuk mendongkel YIM. Sudah hampir dapat diperkirakan seperti apa nasib PBB pada Pileg 2019. Secara tradisional pemilih PBB adalah penentang Jokowi.
Nah sekarang Jokowi sedang memanfaatkan akusisi politik terbarunya, yakni Ketua Pemuda Pancasila Jawa Timur La Nyalla Matalitti. Beberapa hari terakhir Nyalla aktif menyerang pribadi Prabowo. Dia misalnya menantang Prabowo menjadi imam salat seperti Jokowi. Nyalla juga berani bertaruh potong leher, bila sampai Prabowo-Sandi menang di Madura.
Strategi offensif Nyalla ini diperkirakan tidak akan memberi manfaat elektoral bagi Jokowi. Yang terjadi malah sebaliknya. Reputasi Nyalla yang kurang baik di Jatim, justru berdampak negatif. Jokowi bakal mendapat imbas buruk. Peribahasa berlaku “Kalau mau melihat seseorang, lihat siapa kawannya.”
Tetap dimanfaatkannya Nyalla menunjukkan kekuatan politik Jokowi dalam melakukan akuisisi mulai menurun. Dia tidak lagi selektif. Sudah mulai asal comot.
Di luar para tokoh di atas, Jokowi dan timnya juga berhasil melakukan akuisisi politik yang fenomenal terhadap Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibyo. Sebagai pendukung Prabowo pada Pilpres 2014, Hary Tanoe menyerah dan menyeberang menjadi pendukung Jokowi setelah kasus restitusi pajak Mobil 8 diusut Kejaksaan Agung.
Hary tidak aktif menyerang Prabowo-Sandi, namun jaringan medianya (MNC Group) digunakan menjadi alat kampanye yang efektif bagi inkumben.
Pola yang sudah baku
Banyaknya figur kubu seberang yang ditarik, menunjukkan Jokowi dan timnya sedang mencoba menerapkan strategi Sun Tzu. Namun sayang tidak cukup komprehensif. Mereka mencoba membuat musuh letih, dan bertengkar sendiri, namun caranya kurang halus, tidak cukup misterius, dan mudah teraba.
Pola yang dimainkan kubu Jokowi sangat mudah terbaca. Sasaran utamanya adalah figur yang mempunyai latar belakang Islam, atau punya basis ketokohan yang kuat. Kecuali Kapitra dan Nyalla kasusnya berbeda.
Satu lagi benang merahnya, semua figur lemah dalam prinsip. Sangat mudah ditaklukkan dengan iming-iming politik, atau tekanan hukum.
Akibatnya malah berbalik. Figur publik yang dijadikan senjata politik, menjadi senjata yang tumpul. Mereka ditinggalkan para pendukungnya. Yang terjadi lawan malah semakin solid. Keberhasilan Reuni 212 adalah contoh nyata.
Penggalangan publik opini, stigma, bahkan teror bom handphone tidak berhasil mencegah jutaan massa berkumpul di Monas. Ketidak hadiran tokoh ulama penting seperti Aa Gym, Ustad Arifin Ilham, termasuk Habib Rizieq tetap membuat umat berbondong-bondong menuju Monas.
Kegagalan berbagai operasi politik Jokowi ini tampaknya membuat Jokowi dan para pendukungnya bingung dan panik. Jokowi menyerukan para pendukungnya untuk membuat aksi tandingan. Dia misalnya berkali-kali mempertanyakan mengapa tidak ada aksi demonstrasi mendukungnya?
Keyakinan Jokowi terhadap soliditas pendukungnya tampaknya mulai goyah. Kabarnya ada rencana para pendukung Jokowi menggelar pengumpulan massa besar-besaran pada tanggal 20 Januari 2019 (Aksi 201 di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya. Dengan aksi ini diharapkan elektabilitas Jokowi bisa rebound.
Belajar dari pengalaman aksi Parade Kebudayaan Indonesia (412) yang digelar oleh parpol pendukung Ahok —tak lama setelah Aksi 212— bayang-bayang kegagalan tampak nyata. Tanpa satu idiologi, dan perasaan senasib sepenanggungan yang kuat, mengumpulkan jutaan orang seperti Aksi 212, atau Reuni 212 adalah sebuah kemustahilan. Kekuasaan dan kekuatan dana bukan jawabannya. end
Hersubeno Arief, wartawan senior
ERICK THOHIR MULAI MENGAIS TONG SAMPAH UNTUK BAHAN KAMPANYE
By Asyari Usman
Saya tak menduga TKN Jokowi-Ma’ruf (Ko-Ruf) bisa secepat ini kehabisan bahan kampanye. Semula saya berasumsi bahwa kubu petahana akan selalu punya topik yang berjubel-jubel dan berkualitas. Sebab, sebagai penguasa, mereka memiliki akses yang tak terbatas ke pundi-pundi data dan informasi tentang situasi negara.
Ternyata anggapan saya keliru. Erick Thohir mulai mengais-ngais tong sampah untuk mencari rimah-rimah sortiran bahan kampanye mereka. Terpaksa dilakukan karena tidak ada lagi yang bisa mereka sajikan.
Mau bicara ekonomi, tak percaya diri. Karena memang perkeonomian Indonesia hancur-lebur. Semua keperluan pokok diimpor. Beras, gula, jagung, garam, buah-buahan, sayur-mayur, dlsb. Apa saja keperluan yang terlintas di kepala kita, semuanya sekarang telah masuk ke daftar impor.
Sebaliknya, semua sumber daya alam yang kita miliki dijual murah kepada asing. Mereka hanya perlu selembar izin kuras tambang untuk mengeruk dan kemudian mengapalkan isi perut bumi Indonesia ke negara asal mereka. Biaya operasinya murah, ada insentif pajak, kemudian bisa mengurangi pengangguran di negara mereka karena bisa bebas membawa tenaga kerja mereka sendiri.
Terus, beban hutan luar negeri yang membuat semua kita ngeri. Ngeri bagaimana nanti membayarnya. Apalagi? Produktivitas? Silakan buka sendiri data Biro Pusat Statistik (BPS). Lapangan kerja? Makin parah kalau ini yang mau dibahas di panggung kampanye Ko-Ruf.
Daya beli rakyat melorot. Lonjakan harga-harga akibat pelemahan nilai rupiah semakin menghimpit. Kebalikannya, para pekebun sawit dan karet sedang mengalami periode yang paling parah setelah harga buah segar terbanting ke angka 600 rupiah perkilo. Mau diikut anjuran Jokowi agar kebun sawit diganti dengan tanaman petai atau jengkol, tentu tidak bisa bim-salabim.
Apalagi? Prestasi di bidang pelayanan kesehatan? Tambah runyam kalau ini yang dibawa kampanye. BPJS Kesehatan sarat hutang kepada penyedia layanan kesehatan, i.e. rumah-rumah sakit. Banyak yang terancam tutup karena tak sanggup lagi memikul piutang yang jumlahnya sangat besar bagi mereka. Ada yang berpiutang 3 miliar, 10 miliar, dsb.
Bagaimana dengan politik luar negeri? Ini lagi, jeblok! Indonesia sedang sakit gigi, tak kuat berbicara soal penyiksaan umat Islam Uighur di Provinsi Xinjiang. Kekejaman dan kebiadaban pemerintah RRC ini berlalu begitu saja. Jokowi tak bisa bilang apa-apa gara-gara banyak pinjam duit dari Beijing. Para diplomat Indonesia banyak yang menganggur karena tidak ada yang bisa mereka diplomasikan di pentas internasional.
Itulah prestasi Presiden Jokowi.
Tidak ada yang bisa dijadikan headline oleh Erick, ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Ko-Ruf. Sekarang, dia dan timnya tidak lagi mampu menjumpai publik dengan sajian yang substansial. Dengan menu yang elegan.
Pemerintah tidak memiliki kompetensi ekonomi yang bisa dibanggakan di depan umum. Mereka menjadi buntu untuk berbicara tentang kebijakan ekonomi. Atau, tentang paket moneter yang akan menyelematkan nilai rupiah sehingga neraca pembayaran impor tidak menyakitkan.
Hari ini, yang tersisa untuk dikampanyekan TKN Ko-Ruf adalah gossip-gosip tentang Prabowo dan Sandi. Tentang hal yang remeh-temeh. Tentang bisa atau tidak Prabowo menjadi imam sholat. Tentang foto keluarga. Tentang cara Prabowo berbicara. Dan isu-isu sampah lainnya yang mereka kais dari tong yang mulai mengeluarkan bau busuk.
Tak terbayangkan bagaimana Erick Thohir akan mengisi hari-hari kampanye yang masih tersisa panjang sampai awal April 2019.
Sedangkan Prabowo-Sandi semakin bersemarak. Semakin dinanti-nantikan masyarakat. Semakin membludak ke mana saja mereka pergi.
Paling-paling TKN Ko-Ruf akan menunggu-nunggu dan mengintip salah ucap Prabowo atau Sandi untuk dijadikan kepala berita di media-media besar yang telah mereka kooptasi. Media-media yang mereka kerangkeng setelah mereka kebiri.
Atau, ya itu tadi, mengais-ngais tong sampah siapa tahu masih ada gossip-gosip murahan tentang Prabowo-Sandi yang bisa digoreng. Tapi, saya yakin Erick tak akan mau dirinya dibuat stress oleh kampanye Ko-Ruf. Paling dia biarkan saja.
(Penulis adalah wartawan senior)
Wednesday, December 19, 2018
KEJUURAN versus KEKUASAAN
GALILEO GALILE wajar bila mengakhiri hidupnya di tiang gantungan, karena berani memiliki pendapat yang bertentangan dengan Pemerintah, karena buktinya telah menjadi khas yaitu 'Tak Suka Dikritik' utamanya Pemerintah yang feodal, itu pula barangkali mengapa Penguasa senang sekali membuat pencitraan demi dukungan rakyat jelata yang tak memiliki daya kritis seperti para ilmuan, sehingga manakala ilmuan sekaliber Gelileo Galile juga akan didukung rakyat jelata manakala harus mengakhiri hidupnya di tiang gantungan, Kekuasaan itu akan memiliki daya luar biasa manakala bercampur dengan kekuasaan finansial. Terlalu banyak sejarah yang dapat kita ambil sebagai pelajaran. .
Bila kita biarkan kekuasaan yang feodalistik akan bersetru dengan pendukung kebenaran maka hampir dapat dipastikan kekuasaanlah yang akan muncul sebagai pememang, kekuasaan yang feodalistik itu ingin berkuasa berlama lama, tetapi dengan lamanya berkuasa maka kehancuranlah yang kita temui, peperangan diantara keduanya akan memudahkan pihak lain menancapkan kukunya.
Raja raja pelanjut di Kesultanan Banten dahulu diduduki oleh Sultan yang mabuk dengan kekuasaan dan kesenangan, maka dengan mudahnya Penjajah menemukan jalan untuk masuk dengan cara menyuplai kesenangan.
Diskusi di ILC kali ini sedang mempertunjukkan adanya persetruan antara kekuasaan dengan kebenaran, yang manakala persetruan itu sempat berkembang maka itu sama saja dengan mengundang pihak luar yang memiliki kekuatan ikut campur tangan. Itulah sebabnya maka kebenaran yang harus kita anut adalah kebenaran yang bersumber dari Tuhan. Karena kebenaran yang bersumber dari kekuasaan serta kemampuan finansial adalah kebenaran yang semu.
Kebodohan dan ketidak mampuan rakyat jelata mengabstraksikan kebenaran karena keterbatasan media akan memperkuat kekuasaan dan kemampuan finansial untuk mendominasi kebenaran, nanti bangsa itu akan hancur bukan hanya rakyat jelata yang mengalami unspeakable tetapi juga banyak ilmuan yang juga pilih jalan aman. Tentu tidak demikian para ulama. Ulama memiliki komitmen untuk menyampaikan kebenaran dari Tuhan. Memang ulamapun ada yang disebut ulama syu' yaitu ulama yang senang mmutar balikkan kebenaran, sehingga salah bisa jadi benar, dan benar sebaliknya jadi salah.
Namun demikian sangat mudah dan praktius untuk menemukan ulama yang pantas diikuti dan memang Dia yang harus jadi ikutan, yaitu ulama yang paling dobenci oleh orang kufur, yaitu terang terangan menntang Tuhan dan mereka yang munafik, yaitu menntang Tuhan secara sembunyi sembunyi. Sebenarnya mudah sekali menemukannya siapa ulama yang pantas dan harus diikuti sesuai dengan petunjuk agama.
Tetapi manakala benar sudah dirasakan sulit mencari ulama yang sanggup berseberangan dengan pemerintahj yang zalim, feodal, ataupun apan namanya yang intinya menentang Tuhan, maka ketahuilah bahwa negeri itu tak akan lama lagi akan dikuasai oleh asing, seperti halnya dahulu dalam kejatuhan Kesultanan Banten, yang sesungguhnya telah mampu mencapai puncak tamaddun. Wallohu a'lam bishowab.
Bila kita biarkan kekuasaan yang feodalistik akan bersetru dengan pendukung kebenaran maka hampir dapat dipastikan kekuasaanlah yang akan muncul sebagai pememang, kekuasaan yang feodalistik itu ingin berkuasa berlama lama, tetapi dengan lamanya berkuasa maka kehancuranlah yang kita temui, peperangan diantara keduanya akan memudahkan pihak lain menancapkan kukunya.
Raja raja pelanjut di Kesultanan Banten dahulu diduduki oleh Sultan yang mabuk dengan kekuasaan dan kesenangan, maka dengan mudahnya Penjajah menemukan jalan untuk masuk dengan cara menyuplai kesenangan.
Diskusi di ILC kali ini sedang mempertunjukkan adanya persetruan antara kekuasaan dengan kebenaran, yang manakala persetruan itu sempat berkembang maka itu sama saja dengan mengundang pihak luar yang memiliki kekuatan ikut campur tangan. Itulah sebabnya maka kebenaran yang harus kita anut adalah kebenaran yang bersumber dari Tuhan. Karena kebenaran yang bersumber dari kekuasaan serta kemampuan finansial adalah kebenaran yang semu.
Kebodohan dan ketidak mampuan rakyat jelata mengabstraksikan kebenaran karena keterbatasan media akan memperkuat kekuasaan dan kemampuan finansial untuk mendominasi kebenaran, nanti bangsa itu akan hancur bukan hanya rakyat jelata yang mengalami unspeakable tetapi juga banyak ilmuan yang juga pilih jalan aman. Tentu tidak demikian para ulama. Ulama memiliki komitmen untuk menyampaikan kebenaran dari Tuhan. Memang ulamapun ada yang disebut ulama syu' yaitu ulama yang senang mmutar balikkan kebenaran, sehingga salah bisa jadi benar, dan benar sebaliknya jadi salah.
Namun demikian sangat mudah dan praktius untuk menemukan ulama yang pantas diikuti dan memang Dia yang harus jadi ikutan, yaitu ulama yang paling dobenci oleh orang kufur, yaitu terang terangan menntang Tuhan dan mereka yang munafik, yaitu menntang Tuhan secara sembunyi sembunyi. Sebenarnya mudah sekali menemukannya siapa ulama yang pantas dan harus diikuti sesuai dengan petunjuk agama.
Tetapi manakala benar sudah dirasakan sulit mencari ulama yang sanggup berseberangan dengan pemerintahj yang zalim, feodal, ataupun apan namanya yang intinya menentang Tuhan, maka ketahuilah bahwa negeri itu tak akan lama lagi akan dikuasai oleh asing, seperti halnya dahulu dalam kejatuhan Kesultanan Banten, yang sesungguhnya telah mampu mencapai puncak tamaddun. Wallohu a'lam bishowab.
Tuesday, December 18, 2018
TOWER CRANE JATUH .. JALAN RAYA DI SURABAYA AMBLAS
HUMN EROR, alat berat yang digunakan untuk penyelesaian proyek terjatuh ke jalan raya mmbentuk lubng selebar sekitar 20 m2 memang ada proyek yang menggunakan alat berat, tetapi siapa pemiliknya belum teridentifikasi, tetapi dalam kedalaman nampak ada alat berat dalam tanah yang amblas. Tentu saja ada yang keliru yang dilakukan oleh manusia dalam pristiwa tersebut. Kita berharap siapa yang lalay hendaknya mendapat teguran dan bahkan mungkin hukuman yang setimpal agar memberikan efek jera dan lebih berhati hati dalam melakukan sesuatu yang rawan membahayakan dan mengganggu orang lain.
JENGKOL DAN PETAI DALAM PROSPEKTIF JOKOWI
INILAH KUNGGULAN JOKWI, Dia sosok yang sangat sederhana, sehingga gagasannya selain segar sangat mudah dipahami lapisan rakyat kecil, kesederhanaan itu sangat nampak ketika beliau melakukan pemkalan terhadap para calon legislatif Partai Pendukung, kita berharap gagasan cerdasa ini tidak disia siakan sehingga berlalu, melainkan harus ditidaklanjuti oleh para Caloin Legislatif Partai Pendukung, agar bisa dijadikan tema kampanye baik kampanye untuk legiuslatif, maupun untuk Pilpres, sebagian besar pemilih adalah lapisan rakyat kecil, sehingga tak ungkin disapa dengan berbagai teori yang memusingkan, tetapi harus dengan cara sederhana seperti apa yang disampaikan Jokowi.
Sebelumnya Jokowi pernah menganjurkan untuk berternak kalajengking, sayang Menteri terkait, hingga ke Dinas Instansi di tingkat Provinsi hingga Kabuparen dan Kota tak menindaklanjutinya dengan memberikan bimbingan bagaimana caranya berternak kalajengking, padahal manakala rakyat luas terbimbing melakukan pembiakan kalajengking yang sejatinya relatif gampang itu mungkin sudah banyak orang orang awam yang sudah muncul sebagai konglomerat, duduk sama rendah berdiri sama tinggi denga mereka yang yang telah lebih dahulu sukses dalam berternak. .
Demikian juga dengan gagasan menanam jengkol dan petai, tentu ini sudah melalui pengamatan yang sekasama, demikian banyaknya penimat petai dan jengkol, mereka bertambah nafsu makan, utamanya untuk rakyat kebanyakan, yang secara kwantitas adalah mayoritas dari penduduk, memang kelebihan Jokowi adalah sensitifitas bagi rakyat kecil, dan dengan kesederhanaannya Ia mampu memahami jalan pemikiran rakyat kecil.
Bisa kita bayangkan manakala semua penimat jengko dan petai ini bersepakat memilih kembali Presiden yang sangat sedrehana dan terkesan lugu ini manakala didukung dan dan dipilih oleh penikmat jengkol dan pesai maka besar kemungkinan beliau akan kembali terpilih sebaga Presiden untuk periode kedua. Karena calon petahana yang tak terpilih adalah mereka yang sebenarnya memiliki masalah yang serius.
Pesan Presiden jokowi jangan lihak petai dan jengkolnya, tetapi itulah yang terjangkau di kalangan masyarakat.
Sebelumnya Jokowi pernah menganjurkan untuk berternak kalajengking, sayang Menteri terkait, hingga ke Dinas Instansi di tingkat Provinsi hingga Kabuparen dan Kota tak menindaklanjutinya dengan memberikan bimbingan bagaimana caranya berternak kalajengking, padahal manakala rakyat luas terbimbing melakukan pembiakan kalajengking yang sejatinya relatif gampang itu mungkin sudah banyak orang orang awam yang sudah muncul sebagai konglomerat, duduk sama rendah berdiri sama tinggi denga mereka yang yang telah lebih dahulu sukses dalam berternak. .
Demikian juga dengan gagasan menanam jengkol dan petai, tentu ini sudah melalui pengamatan yang sekasama, demikian banyaknya penimat petai dan jengkol, mereka bertambah nafsu makan, utamanya untuk rakyat kebanyakan, yang secara kwantitas adalah mayoritas dari penduduk, memang kelebihan Jokowi adalah sensitifitas bagi rakyat kecil, dan dengan kesederhanaannya Ia mampu memahami jalan pemikiran rakyat kecil.
Bisa kita bayangkan manakala semua penimat jengko dan petai ini bersepakat memilih kembali Presiden yang sangat sedrehana dan terkesan lugu ini manakala didukung dan dan dipilih oleh penikmat jengkol dan pesai maka besar kemungkinan beliau akan kembali terpilih sebaga Presiden untuk periode kedua. Karena calon petahana yang tak terpilih adalah mereka yang sebenarnya memiliki masalah yang serius.
Pesan Presiden jokowi jangan lihak petai dan jengkolnya, tetapi itulah yang terjangkau di kalangan masyarakat.
Monday, December 17, 2018
BELAJAR DARI KASUS NGABALIN YANG DIPOLISIKAN UMMAT.
DARI ALI MUHKAT NGABALIN HINGGA KAVITRA DAN LANYALA BERPOTENSI MERUGIKAN JOKOWI.
ALI MUHTR NGABALIN yang kemunculannya di barisan pendukung Jokowi cukup menherankan, tidak membutuhkan waktu lama untuk mengungkap mengapa itu terjadi, Lalu menyusul Kavita Ampera danterakhir Lanyala, mereka adalah politisi yang balik kanan gerak memenyerang kelompok yang sempat memebesarkannya, ada sejumlah persaan, walaupun perbedaan mereka bertiga juga bukan sedikit. Namun tulisan ini tak mengurai persamaan dan perbedaannya. Yang ingin dikatakan adalah kami sebagai masyarakat merasa dibodohi.
Bagi masyarakat sebenarnya ingin mendapatkan alasan cerdas dan jernih atas kepindahan mereka ke kubu lawan. Yang dimaksudkan kecerdasan di sini adalah terselenggaranya keadilan dan kesejahteraan. Bukan justeru menambahkan masalah sehingga terjauhnya kesejahteraan dan keadilan dari masyarakat, dengan cara mengembangkan sejumlah permasalahan, yang ujung ujungnya menghimpit masyarakat luas.
Ngabalin ibarat mencoba menjadi penceramah, padahal padahal tak tuntas mengaji kitab, tetapi tak ingin membatasi bidang dan materi ceramahnya, sehingga Ia kehilangan jejak dasar, yang akibatnya hanya ngarang secara subjektif. Dalam dakwah Islam tak cukup dengan dalil aqli saja, tetapi tak boleh meninggalkan dalil naqlinya. Logika dan dalil aqli Ngabalin tak cukup modal untuk dijadikan bahan keikut sertaannya dalam menyel;esaikan masalah masalah pelik kenegaraan.
Terlalu berat dan sulit bagi Ngabalin untuk menjelaskan bahwa sikapnya di dasarkan aturan dan arahan dari ajaran agama yang dianutnya, sebagai alasan sikapnya, sehingga tak terkesan sikapnya adalah demi, Bangsa, Negara dan Agama, sepertyi yang dikenal selama ini. Nampaknya alasan Ngabalin dalam berpindah haluan baru kepentingan pribadinya yang tertangkap masyarakat, sedang kepentingan ummat Bansa dan Negara sedang dicari sendiri oleh masyarakat, karena Ngaalin tak jua membicarakannya secara klear. Malah belakangan dia harus berurusan dengan masyarakat dan kemungkinan besar akan berakhir di ketukan palu sidang pengadilan untuk menakar kebesaran dan kualitas kecurangan dan keculasan Ngabalin dalam berbangsa dan bernegara.
Sedang Kavita Ampera yang semula lebih dikenal sebagai sebagai Pengacara Hukum Habib Riziq tiba tiba berbalilk dan berseberangan dengan perjuang Habib Riziq, beliau dikenal sekarang sebagai pendukung Joiowi dan posisi politisnya sebagai Caleg PDIP untuk tingkat DPR. . Sebenarnya di mata masyarakat awam belumlah banyak yang dilakukan oleh Kavita Ampera sebagai penasehat huku Bagi Habib Riziq yang dianggap sedang dikriminalisasi oleh [penguasa. Dalam posisi itu maka tentu saja yang bersangkutan sangat akrab dengan aktivitas FPI, GNPF dan seterusnya Alumni 212, yang belakangan disebut Mujahid 212. ..... sorry belum selesai
ALI MUHTR NGABALIN yang kemunculannya di barisan pendukung Jokowi cukup menherankan, tidak membutuhkan waktu lama untuk mengungkap mengapa itu terjadi, Lalu menyusul Kavita Ampera danterakhir Lanyala, mereka adalah politisi yang balik kanan gerak memenyerang kelompok yang sempat memebesarkannya, ada sejumlah persaan, walaupun perbedaan mereka bertiga juga bukan sedikit. Namun tulisan ini tak mengurai persamaan dan perbedaannya. Yang ingin dikatakan adalah kami sebagai masyarakat merasa dibodohi.
Bagi masyarakat sebenarnya ingin mendapatkan alasan cerdas dan jernih atas kepindahan mereka ke kubu lawan. Yang dimaksudkan kecerdasan di sini adalah terselenggaranya keadilan dan kesejahteraan. Bukan justeru menambahkan masalah sehingga terjauhnya kesejahteraan dan keadilan dari masyarakat, dengan cara mengembangkan sejumlah permasalahan, yang ujung ujungnya menghimpit masyarakat luas.
Ngabalin ibarat mencoba menjadi penceramah, padahal padahal tak tuntas mengaji kitab, tetapi tak ingin membatasi bidang dan materi ceramahnya, sehingga Ia kehilangan jejak dasar, yang akibatnya hanya ngarang secara subjektif. Dalam dakwah Islam tak cukup dengan dalil aqli saja, tetapi tak boleh meninggalkan dalil naqlinya. Logika dan dalil aqli Ngabalin tak cukup modal untuk dijadikan bahan keikut sertaannya dalam menyel;esaikan masalah masalah pelik kenegaraan.
Terlalu berat dan sulit bagi Ngabalin untuk menjelaskan bahwa sikapnya di dasarkan aturan dan arahan dari ajaran agama yang dianutnya, sebagai alasan sikapnya, sehingga tak terkesan sikapnya adalah demi, Bangsa, Negara dan Agama, sepertyi yang dikenal selama ini. Nampaknya alasan Ngabalin dalam berpindah haluan baru kepentingan pribadinya yang tertangkap masyarakat, sedang kepentingan ummat Bansa dan Negara sedang dicari sendiri oleh masyarakat, karena Ngaalin tak jua membicarakannya secara klear. Malah belakangan dia harus berurusan dengan masyarakat dan kemungkinan besar akan berakhir di ketukan palu sidang pengadilan untuk menakar kebesaran dan kualitas kecurangan dan keculasan Ngabalin dalam berbangsa dan bernegara.
Sedang Kavita Ampera yang semula lebih dikenal sebagai sebagai Pengacara Hukum Habib Riziq tiba tiba berbalilk dan berseberangan dengan perjuang Habib Riziq, beliau dikenal sekarang sebagai pendukung Joiowi dan posisi politisnya sebagai Caleg PDIP untuk tingkat DPR. . Sebenarnya di mata masyarakat awam belumlah banyak yang dilakukan oleh Kavita Ampera sebagai penasehat huku Bagi Habib Riziq yang dianggap sedang dikriminalisasi oleh [penguasa. Dalam posisi itu maka tentu saja yang bersangkutan sangat akrab dengan aktivitas FPI, GNPF dan seterusnya Alumni 212, yang belakangan disebut Mujahid 212. ..... sorry belum selesai
Sunday, December 16, 2018
Saturday, December 15, 2018
DIMANA SALAHNYA POLITIK IDENTITAS
WAKTU INDONESIA mebutuhkan semangat perjuangan untuk merebut Kemerdekaan maka politik identitas sangat dibutuhkan, demikian juga dengan ketika terjadi pemberontakan superkeji yang dilakukanoleh PKI tahun 1965 juga kita membutuhkan kekuatan politik identitas. Artinya bahwa sesungguhnya identitas itu adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam berbangsa dan bernegara, tetapi tentu saja dengan pengelolaan yang baik dan cerdas. Pendapat yang berkembang di Barat adalah anti identitas, dan bahkan mereka berusaha menjadikan bangsa sedunia ini memiliki budaya yang satu. Bukan hanya agama, identitas itu juga artinya budaya bahkan adat istiadat. juga identitas.
Bangsa Indonesia yang memiliki keragaman yang paling kaya di dunia, bukan hanya agama tetapi juga budaya, bahasa, suku dan adat istiadat sangat bragam, maka seyogyanya hal ini harus diterima bahkan dilestarikan dan dikembangkan. Karena selama ini justeru keanekaragaman sesungguhnya menjadi kekuatan kita baik dalam mengusir penjajah maupun menyelesaikan banyak persoalan di internal bangsa ini, itu yang kita harapan. Sehingga kita anggap bahwa tak perlu kita ikut ikutan Barat akan menghilangkan atau membatasi kebebasan dalam beridentitas, karena yang kita butuhkan adalah mengatur, dalam artian jangan sampai identitas ini terancam, itu tugas Pemerintah.
Jangan ada kelompok yang menjadi ancaman bagi kelompok yang lain. termasuk dengan alasan demi Pancasila dan UUD 1945 dan keutuhan NKRI, Sayang penguasa atau pengendali Pemerintahan ini justeru sering dijadikan jajahan kelompok kelompok tertentu, misal Presiden Suokarno yang nampaknya berhasil doidominasi Partai Komunis, sehingga sampai beberapa kali karena kurang tegasnya Presiden Soekarno terhadap ulah PKI itu, maka kekuasaan itu dimanfaatkan oleh kelompok yang berhasil mempengaruhi Presiden untuk berlaku tidak adil terhadap ummat Islam.
Sudah barang tentu mereka yang merasa dicurangi bahkan dipelakukan secara tidak adil itu akan memberikan reaksi kritis terhadap sikap penguasa. Merupakan suatu kebiasaan bagi penguasa bahwa tidak merasa nyaman ketika dikritisi oleh rakyatnya sendiri, berbagai dalih dan alasan penguasa ingin menyengsarakan mereka yang kritis. Sementara pihak asing yang memiliki naluri menjajah justeru menunggu nunggu situasi yang muncul di mana Pemerintah mengalam ketegangan hubungan rakyatnya sendiri. Banyak tercatat bahwa pihak asing berhasil masuk kelingkaran ketegangan itu.
Eropa dan Barat serta sekutunya yang berintikan Yahudi dan Komunis Tiumur China merupakan kelompok ytang selalu memngintai pelung untuk me]asuk dalam ketegangan internal suatu negara. Kelomok Islam di Negara Negara berkembang
Bangsa Indonesia yang memiliki keragaman yang paling kaya di dunia, bukan hanya agama tetapi juga budaya, bahasa, suku dan adat istiadat sangat bragam, maka seyogyanya hal ini harus diterima bahkan dilestarikan dan dikembangkan. Karena selama ini justeru keanekaragaman sesungguhnya menjadi kekuatan kita baik dalam mengusir penjajah maupun menyelesaikan banyak persoalan di internal bangsa ini, itu yang kita harapan. Sehingga kita anggap bahwa tak perlu kita ikut ikutan Barat akan menghilangkan atau membatasi kebebasan dalam beridentitas, karena yang kita butuhkan adalah mengatur, dalam artian jangan sampai identitas ini terancam, itu tugas Pemerintah.
Jangan ada kelompok yang menjadi ancaman bagi kelompok yang lain. termasuk dengan alasan demi Pancasila dan UUD 1945 dan keutuhan NKRI, Sayang penguasa atau pengendali Pemerintahan ini justeru sering dijadikan jajahan kelompok kelompok tertentu, misal Presiden Suokarno yang nampaknya berhasil doidominasi Partai Komunis, sehingga sampai beberapa kali karena kurang tegasnya Presiden Soekarno terhadap ulah PKI itu, maka kekuasaan itu dimanfaatkan oleh kelompok yang berhasil mempengaruhi Presiden untuk berlaku tidak adil terhadap ummat Islam.
Sudah barang tentu mereka yang merasa dicurangi bahkan dipelakukan secara tidak adil itu akan memberikan reaksi kritis terhadap sikap penguasa. Merupakan suatu kebiasaan bagi penguasa bahwa tidak merasa nyaman ketika dikritisi oleh rakyatnya sendiri, berbagai dalih dan alasan penguasa ingin menyengsarakan mereka yang kritis. Sementara pihak asing yang memiliki naluri menjajah justeru menunggu nunggu situasi yang muncul di mana Pemerintah mengalam ketegangan hubungan rakyatnya sendiri. Banyak tercatat bahwa pihak asing berhasil masuk kelingkaran ketegangan itu.
Eropa dan Barat serta sekutunya yang berintikan Yahudi dan Komunis Tiumur China merupakan kelompok ytang selalu memngintai pelung untuk me]asuk dalam ketegangan internal suatu negara. Kelomok Islam di Negara Negara berkembang
KRIMINALISASI MINORITAS ISLAM DI CHINA
TIDAK TERTUTUP KEMUNGKINAN ummat Islam Islam di China Uighur akan terusir dari tanah airnya, kemungkinan akan hanya dua pilihan, yaitu menanggalkan identitas keislamannya atau meninggalkan Nagara itu. Memang Pemerintah setempat menangkap adanya indikasi berkembangnya aspirasi untuk mengeksprtessikan kebebasan dalam beragama dengan segala identitasnya. Tetapi jawaban Pemerintah Komunis setempat adalah agar ummat Islam China di Uighur China untuk tidak mempertunjukkan identitasnya dalam keseharan. Demikian nasib Islam minoritas di berbagai tempat termasuk juga di China.
Jangankan Islam minoritas di China Islam mayoritas, di Indonesia saja yang merupakan Islam Mayoritas sedunia juga tak lupuit dari upaya untuk menanggalkan keislamannya. Untuk tahap awal Islam Indonesia di Indonesia tidak boleh menunjukkan identitasnya dalam berpolitik. Atas larangan itu nampaknya parpol Islam tak memiliki pilihan lain selain mengaminkan, tetapi sebagai penganut Islam yang mayoritas di Indonesia, kita tak sudi menanggalkan keislaman kita dalam berpolitik.
Berikut ini kutipan kecil dari http://www.matamatapolitik.com
KRIMINALISASI ISLAM
Islam adalah pusat identitas Uighur, dan ekspresi keagamaan sangat terkait dengan bahasa dan budaya. Tetapi Perang Melawan Teror memungkinkan Beijing untuk menargetkan identitas agama Muslim Uighur agar tidak hanya menghambat aspirasi kemerdekaan, tetapi juga mendorong pembersihan etnis skala penuh.
Pelarangan universal terhadap Muslim yang mengekspresikan (identitasnya)—di negara-negara Barat dan Timur—memungkinkan China untuk “mengorbankan Uighur di bawah skema geopolitik” sebagai langkah awal. Dan dalam beberapa tahun terakhir, China sepenuhnya menjalankannya dengan serangkaian kebijakan yang saling berkaitan, yang membuat Islamofobia di Amerika atau Prancis terlihat seperti tak ada apa-apanya.
Namun, memahami skala luas dan kedalaman penindasan China terhadap Muslim Uighur, sepenuhnya terungkap oleh tujuan aslinya: yaitu transformasi dan pemusnahan, bukan untuk menyingkirkan teroris. Memidanakan dan memenjarakan Islam—pengelompokan identitas Uighur yang paling mencolok dan sakral—adalah cara Beijing untuk mewujudkan tujuan itu.
Pada tahun 2015, China membatasi siswa, guru, dan pegawai negeri Uighur Muslim di Xinjiang dalam menjalankan puasa selama bulan Ramadan—tidak hanya di tempat-tempat publik—dengan adanya intimidasi dan pengawasan polisi di dalam rumah-rumah warga selama bulan suci itu.
Menurut Human Rights Watch, larangan ini diperketat dengan pemeriksaan rutin terhadap imam Uighur, pengawasan ketat terhadap masjid, pemindahan guru agama dan siswa dari sekolah, larangan Muslim Uighur untuk berkomunikasi dengan keluarga atau teman yang tinggal di luar negeri, dan pemutaran literatur yang diwajibkan untuk siswa di sekolah-sekolah di Xinjiang.
Walau Xinjiang telah dengan cepat berubah menjadi penjara terbuka untuk Muslim Uighur dalam beberapa tahun terakhir, namun ketaatan terbuka dalam menjalankan Islam akan membawa seseorang langsung ke penjara China yang paling keji: sebuah kamp pengasingan yang dirancang untuk “menyembuhkan” seseorang dari Islam dan menghancurkan Orang Uighur.
Dikutip dari Matamata politik : https://www.matamatapolitik.com/situasi-mengerikan-muslim-uighur-china-bencana-kemanusiaan-yang-diabaikan-dunia/
Friday, December 14, 2018
HABIB RIZIQ MENDAPAT PENGHARGAAN ... koq bisa ya ?
HABIB RIZIQ MNDAPAT PENGHARGAAN ... koq bisa
DIPANDANG DARI KACAMATA LEPAS. dan berdasarkan bagaimana perlakuan Rezim Penguasa dibawah Pimpinan Presiden Jokowi sekarang ini, maka warganegara Indonesia yang ada dalam jajaran earga yang tak layak mengenyam kebebasan maka salah satunya Ulama yang bernama Habib Riziq. Berkat ulahnya dirasakan oleh para pendukung Ahok sebagai petahana Gubernur DKI mengalami kegagalan yang memalukan dalam Pilkada. Berdasarkan kacamata persiapan serta taktik dan strategi ke-Pilkadaan, maka pada saat itu Ahok adalah seorang peserta Pilkada yang paling siap untuk memenagkan Pilkada yang selama ini diselenggarakan. Tetapi karena ulah seseorang yang bernama Habib Riziq Ahok gagal total untuk memenanginya. Sementara Ahok didukung oleh sebagian besar Partai terbesar di Indonesia. menjadi pertanyaan bagi kita semua tokoh yang demikian dibenci oleh Penguasa koq bisa mendapat penghargaan.
Siapa mereka yang memberikan penghargaan ... ?
============================================================
"Saya berdiri di sini mewakili Ayahanda, kebetulan beliau mertua saya," ujarnya dari atas panggung Ballroom Hotel Pullman, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (12/12)
DIPANDANG DARI KACAMATA LEPAS. dan berdasarkan bagaimana perlakuan Rezim Penguasa dibawah Pimpinan Presiden Jokowi sekarang ini, maka warganegara Indonesia yang ada dalam jajaran earga yang tak layak mengenyam kebebasan maka salah satunya Ulama yang bernama Habib Riziq. Berkat ulahnya dirasakan oleh para pendukung Ahok sebagai petahana Gubernur DKI mengalami kegagalan yang memalukan dalam Pilkada. Berdasarkan kacamata persiapan serta taktik dan strategi ke-Pilkadaan, maka pada saat itu Ahok adalah seorang peserta Pilkada yang paling siap untuk memenagkan Pilkada yang selama ini diselenggarakan. Tetapi karena ulah seseorang yang bernama Habib Riziq Ahok gagal total untuk memenanginya. Sementara Ahok didukung oleh sebagian besar Partai terbesar di Indonesia. menjadi pertanyaan bagi kita semua tokoh yang demikian dibenci oleh Penguasa koq bisa mendapat penghargaan.
Siapa mereka yang memberikan penghargaan ... ?
============================================================
RMOL. Dinilai sebagai representasi perjuangan Islam, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab mendapat penghargaan MoeslimChoice Ulama Award.
Penghargaan diterima Habib Munif Alatas, menantu Habib Rizieq. Kepada yang hadir, Habib Munif menyampaikan permintaan maaf atas ketidakhadiran HRS karena tengah berada di luar negeri."Saya berdiri di sini mewakili Ayahanda, kebetulan beliau mertua saya," ujarnya dari atas panggung Ballroom Hotel Pullman, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (12/12)
Thursday, December 13, 2018
TIM KAMPANYE BENTUKAN KEMENAG, DLL.
DI TAHUN POLITIK ini secara tak sengaja pendukung Jokowi dengan alamat Menteri Agamatelah membentuk Tim Kampanye yang bekerja secara ikhlas dan berhasil mendapatkan respon yang luar biasa, dari publik, publik ditempat yang supernyaman, tim ini tak mengeluarkan dana yang berarti, bahkan salah salah mereka mendapatkan tanda terima kasih sehingga tim bersangkutan memiliki kesempatan berbagi kepada pihak lain. Karena orang yang masuk dalam Tim ini umumnya adalah orang orang mapan yang tak butuh belas kasihan, dan bahkan mereka mengimpikan mati secara terhormat, mati syahid. Mereka Tim bentukan Kemenag, secara tak langsung,
Tim ini sebenarnya bukan Tim dan bukan disengaja untuk dijadikan Tim, gerakan merekapun senatinya hanya individual belaka. mereka terdiri dari sejumlah ulama yang aktivitas sehari harinya selalu memegang mic pengeras suara yang terbiasa bicara apa adanya sehingga mudah dimengerti oleh publik pendengarnya. Tidak memiliki kebiasaan membalut kebenaran dengan susunan kata penyejuk yang ujung ujungna publik merasa disesatkan. Tetapi Tim ini selalu bicara apa adanya secara gamblang, dan akhirnya mereka dihadiahi Kemenag dengan gelaran radikal. bahkan ada sebagian nama mereka tercatat dalam catatan hitam. Dan oleh Pemerintah ditetapkan sebagai tak layak didengarkan, apalagi dituruti,
Tuesday, December 11, 2018
HUKUM FIKIH SYARIAH
TERJUNGKALNYA Presiden Soeharto dari tampuk kekuasaan Orde Baru, sebenarnya upaya Islam untuk meningkatkan keimanan ummat dalam upaya mewujudkan masyarakat yang berartabat. itu telah dilakukan semenjak beberapa orang mampu membimbing Presiden Soeharto mulai beragama secara benar, jasa ini tak terlepas dari kesabaran Kosim Nurseha membimbing Soeharto bersama keluarga menganut agama secara lebih totalitas (kaffah). Sayang hampir bersamaan banyak tokoh yang mulai tak menyukainya, atau sebaliknya, karena beliau merapat ke tokoh Islam maka sahabat sahabat yang semula mendukungnya mulai membuat jarak.
Pada era Orde Baru hanya sebentar ummat Islam dapat bermesraan dengan Pemerintah, selanjutnya Islam dibenturkan dengan ABRI, TNI dan Kepolisian diakibatkan berbagai perbedaan pendapat politik dengan Penguasa.Tetapi di era sekarang ketidakharmonisan antara Jokowi dengan Islam langsung dirasakan secara subjektif oleh ummat Islam. Sementara oleh Jokowi dan pendukungnya justeru sebaliknya. Jika semula itu berdasarkan hasil analisis subjektif, karena sekarang secara terang terangan ada partai yang memusuhi Islam secara jujur, ada Partai yang mengusulkan penghapusan Pendidikan Islam, serta menutup semua sekolah dan Pondok Pesantren. Dan ada juga Partai yang secara terang terangan akan menhapuskan hukum yang berdasarkan syariah.
Sejumlah tokoh Islam beruapaya mengkomunikasikan untuk jumpa Presiden Jokowi, tetapi gagal membuahkan pertemuan yang menghasilkan kesepakatan yang berarti, sejumlah tokoh 212 yang berhasil diterima oleh Presiden Jokowi di istana.
sorry .... belum selesai
Monday, December 10, 2018
ISLAM IN JAPAN
From Wikipedia, the free encyclopedia
The
history of Islam in Japan is
relatively brief in relation to the religion's
longstanding presence in other nearby countries. Islam is one of the smallest
minority faiths in Japan, having more adherents in the country than the Bahá'í faith, but fewer than Christianity. There were isolated occasions of
Muslims in Japan before the 19th century. Today, Muslims are made up of largely
immigrant communities, as well as smaller ethnic Japanese community.[1]
There
are isolated records of contact between Islam and Japan before the opening of
the country in 1853, possibly as early as the 1700s; some Muslims did arrive in
earlier centuries, although these were isolated incidents.
Kashgari's map features an island on the top,
corresponding to the east from China.
The
earliest Muslim records of Japan can be found in the works of the Muslim
cartographer Ibn
Khordadbeh, who has been understood by Michael
Jan de Goeje to mention Japan as the "lands of Waqwaq"
twice: East of China are the lands of Waqwaq, which are so rich in gold
that the inhabitants make the chains for their dogs and the collars for their
monkeys of this metal. They manufacture tunics woven with gold. Excellent ebony
wood is found there.” And: “Gold and ebony are exported from Waqwaq.[3] Mahmud
Kashgari's 11th century atlas indicates the land routes of the Silk Road and Japan in the map's easternmost extent.
Main article: Mongol invasions of Japan
Within
Kublai's court, his most trusted governors and advisers appointed by
meritocracy with the essence of multiculturalism were: Semu, Hui, Koreans and Chinese.[4][5] Because the Wokou extended support to the
crumbling Song
dynasty, Kublai
Khan initiated the Mongol invasions of Japan.
The
court of the Goryeo supplied Korean troops
and an ocean-going naval force for the Mongol campaigns. Despite the opposition
of some of his Confucian-trained advisers, Kublai decided to invade Japan, Burma, Vietnam, and Java, following the suggestions of some of his Mongol
officials. He also attempted to subjugate peripheral lands such as Sakhalin, where its
indigenous people eventually submitted to the Mongols by 1308, after Kublai's
death.
In
the wake of the October
Revolution, several hundred Turko-Tatar Muslim refugees from Central Asia and Russia were given asylum in Japan,
settling in several main cities and formed small communities. Some Japanese
converted to Islam through contact with these Muslims. Historian Caeser E.
Farah documented that in 1909 the Russian-born writer Abdurreshid
Ibrahim (1857–1944), was the first Muslim who successfully
converted the first ethnic Japanese, when Kotaro Yamaoka converted in 1909 in
Bombay after contacting Ibrahim and took the name Omar Yamaoka.[10] Yamaoka became the first Japanese to go on
the Hajj. Yamaoka and
Ibrahim were traveling with the support of nationalistic Japanese groups
like Black
Dragon Society (Kokuryūkai). Yamaoka in fact had been with
the intelligence service in Manchuria since
the Russo-Japanese
war. His official reason for traveling was to seek the Sultan's
approval for building a mosque in Tokyo. This approval was granted in 1910, and
on 12 May 1938, the Tokyo
Mosque, was finally completed, with generous financial support from
the zaibatsu. Its first
imams were Abdul-Rashid Ibrahim and Abdülhay Kurban Ali (Muhammed-Gabdulkhay
Kurbangaliev) (1889–1972). However, Japan’s first mosque, the Kobe Mosque was
built in 1935, with the support of the Turko-Tatar community of traders there.[11] On 12 May 1938, a Mosque was dedicated in Tokyo.[12] Another early Japanese convert was Bunpachiro
Ariga, who about the same time as Yamaoka went to India for trading purposes
and converted to Islam under the influence of local Muslims there, and
subsequently took the name Ahmed Ariga. Yamada Toajiro was for almost 20 years
from 1892 the only resident Japanese trader in Constantinople.[13] During this time he served unofficially as consul. He converted to Islam, and took the name
Abdul Khalil, and made a pilgrimage to Mecca on his way home.
The Ahmadiyya Muslim Community was established in
1935 in Japan.[14]
Shūmei Ōkawa, a nationalistic Pan-Asianwriter
described as the "Japanese Goebbels", completed the first Japanese
translation of the Quran.
In
the late Meiji
period, close relations were forged between Japanese military elites
with an Asianist agenda
and Muslims to find a common cause with those suffering under the yoke of
Western hegemony.[15] In 1906, widespread campaigns were aimed at
Muslim nations with journals reporting that a Congress of religions was to be
held in Japan where the Japanese would seriously consider adopting Islam as the
national religion and that the Emperor was at the point of becoming a Muslim.[16]
Nationalistic
organizations like the Ajia Gikai were instrumental in petitioning the Japanese
government on matters such as officially recognizing Islam, along with Shintoism, Christianity and Buddhism as a
religion in Japan, and in providing funding and training to Muslim resistance
movements in Southeast Asia, such as the Hizbullah, a resistance group funded
by Japan in the Dutch Indies. The Greater Japan Muslim League (大日本回教協会Dai Nihon Kaikyō Kyōkai) founded in 1930, was the first official Islamic
organisation in Japan. It had the support of imperialistic circles during World War II, and
caused an "Islamic Studies Boom".[17] During this period, over 100 books and journals
on Islam were published in Japan. While these organizations had their primary
aim in intellectually equipping Japan's forces and intellectuals with better
knowledge and understanding of the Islamic world, dismissing them as mere
attempts to further Japan's aims for a "Greater Asia" does not reflect the nature
of depth of these studies. Japanese and Muslim academia in their common aims of
defeating Western
colonialism had been forging ties since the early twentieth
century, and with the destruction of the last remaining Muslim power, the
Ottoman Empire, the advent of hostilities in World War II and
the possibility of the same fate awaiting Japan, these academic and political
exchanges and the alliances created reached a head. Therefore, they were
extremely active in forging links with academia and Muslim leaders and revolutionaries,
many of whom were invited to Japan.
Shūmei Ōkawa, by far
the highest-placed and most prominent figure in both Japanese government and
academia in the matter of Japanese-Islamic exchange and studies, managed to
complete his translation of the Qur'an in
prison, while being prosecuted as an alleged class-A
war criminal by the victorious Allied forces for being an
'organ of propaganda'.[18] Charges were dropped for his erratic behaviour
officially; however historians have speculated that the weakness of the charges
against him was more likely the true reason. While Okawa did display unusual
behaviour during the trial such as rapping on the head of Hideki Tōjō, he also
stated that the trial was a farce and unworthy of being called one.[citation needed] He was transferred to a hospital on official
claims of mental instability and then prison, and freed not long thereafter,
dying as Muslim in 1957 after a quiet life where he continued lecturing, on his
return to his home village and his wife, who survived him. He claimed to have
seen visions of Muhammad in
his sleep.[citation needed]
The
Turks have been the biggest Muslim community in Japan until recently.[19] The Japanese invasion of China and South East
Asian regions during the Second World War brought the Japanese in contact with
Muslims. Those who converted to Islam through them returned to Japan and
established in 1953 the first Japanese Muslim organisation, the "Japan
Muslim Association", which was officially granted recognition as a
religious organization by the Japanese government in June 1968.[11] The second president of the association was
the Umar Mita, who was typical of the old generation,
learning Islam in the territories occupied by the Japanese Empire. He
was working for the Manshu Railway Company, which virtually
controlled the Japanese territory in the northeastern province of China at that
time. Through his contacts with Chinese Muslims, he became a Muslim in Peking.
When he returned to Japan after the war, he made the Hajj, the first Japanese
in the post-war period to do so. He also made a Japanese translation of the
Qur'an from a Muslim perspective for the first time. Aljazeera also made
a documentary regarding Islam and Japan called "Road to Hajj –
Japan".[20]
The
economic boom in the country in the 1980s saw an influx of immigrants to Japan,
including from majority Muslim nations. These immigrants and their descendants
form the majority of Muslims in the country. Today, there are Muslim student
associations at some Japanese universities.[11]
In
1941, one of the chief sponsors of the Tokyo Mosque asserted that the number of
Muslims in Japan numbered 600, with just three or four being native Japanese.[12] Some sources state that in 1982 the Muslims
numbered 30,000 (half were natives).[10] Of the ethnically Japanese Muslims, the majority
are thought to be ethnic Japanese women who married immigrant Muslims who
arrived during the economic boom of the 1980s, but there are also a small
number of intellectuals, including university professors, who have converted.[21][11] Most estimates of the Muslim population give a
range around 100,000 total.[10][11][22] Islam remains a minority religion in Japan, and
there is no evidence as to whether its numbers are increasing. Conversion is
more prominent among young ethnic Japanese married women, as claimed by The
Modern Religion as early as the 1990s.[21]The true size of the current Muslim population in
Japan remains a matter of speculation. Japanese scholars such as Hiroshi Kojima
of the National Institute of Population and Social Security Research and Keiko
Sakurai of Waseda University suggest a Muslim population of around 70,000, of
which perhaps 90% are resident foreigners and about 10% native Japanese.[1][11] Of the immigrant communities, in order of
population size, are Indonesians, Indians, Pakistanis, Bangladeshis, and
Iranians.[11] The Pew Research Center estimated that there
were 185,000 Muslims in Japan in 2010.[23]
The Japan Mosque,
the largest in the country, is the only Ahmadiyyamosque in
Japan
According
to japanfocus.org, as of 2009 there were 30 to 40 single-story mosques in
Japan plus another 100 or more apartment rooms set aside for prayers in the
absence of more suitable facilities. 90% of these mosques use the 2nd floor for
religious activities and the first floor as a halal shop (Imported food; mainly
from Indonesia and Malaysia), due to financial problems, as membership is too
low to cover the expenses. Most of these Mosques have only a capacity of 30 to
50 people. [24]
Subscribe to:
Posts (Atom)