DENGAN SEMANGAN MENGGEBU Ketua PB PWRI dalam pidatonya mengarahkan kepada Pengurus PWRI baik Provinsi maupun Kabupaten serta berbagai Unit, OPI atau lainnya diminta perkenanya memberikan perhatian ekstra kepada masyarakat desa. Sehingga di desa desa itu selain muncul Badan Usaha Milik Desa, juga akan muncul Badan Usaha Milik Lansia, dengan keyakinan sungguh bahwa PWRI memiliki banyak tenaga yang sarat pengalaman dalam pengelolaan keuangan, sehingga BUML dapat bermitra dengan BUMD dan dalam hal ini mampu memberikan bimbingan kepada BUMD. Sungguh PWRI itu selain memiliki orientasi Kekotaan, juga harus memili8ki Orientasi ke Pedesaan. Di Kota mempelopori terbangunnya Taman Kota serta berbagai fasilitas umum untuk Lansia, di desa mampu membimbimng terbentuknya BUMD.
Dengan semangat "Bahwa Pensiun Bukan Akhir Dari Segalanya" bahwa demi keselamatan dari Lansia itu sendiri maka kesejahteraan Lansia harus terjamin.
Friday, March 29, 2019
Thursday, March 28, 2019
TERNYATA PERANG TOTAL ITU BENARAN ... ?
Add caption |
Akan perang seperti apa, waktiu tinggal dua puluhan hari lagi, apakah akan melakukan penangkapan musuh polituik seperti seperti apa yang dilakukan Pemerintah Kolonial Belanda, masa Orde Lama, ataupun Orde Baru era Suharto, Memang berapa orang yang akan ditangkap daslam waktu singkat.
Memang kita harus bersabar trkait kasus yang satu ini. Apakah ada politisi besar yang akan ditangkap seperti cara yang ditempuh Soekarno dan Suharto. Terus terang kita tak percaya dengan ucapan Presiden Jokowi yang memang suka pencitraan ini. Krena pencitraan ala Jokowi selalu saja memamerkan sesuatu yang dia tak memiliki keterampilan yang memadai. Atau memang bukan dunianya. Jokowi senang sekali melakukan pencitraan dengan cara selfy selfy berpoto yang menggambarkan bukan kesehariannya, sehingga pencitraan itu hambar. Seharusnya pencitraan itu adalah meningkatkan rating, sedikit di atas prestasinya, untuk menggambarkan bahwa prestasinya lebih tinggi Termasuk karta kata melawan.
Dari segi tindakan memang sulit kita akan percaya, tetrapi dri sudut perpecahan, atau semangat untuk saling memburukkan dinatar sesama masyarakat itu diyakini cukup signifikan. Karena beliau pada saat ini tetap sebagai Presiden walaupun kegiatannya kampanye, sehingga seharusnya kata kata melawan itu harus ditindaklanjuti oleh para menteri sebagai pembantunya. Katakanlah Jokowi sebagai Presiden benar benar telah menabuh genderang perang kapeda rakyatnya yang dipimpinnya. Ini adalah kesalahan ketika Presiden tidak dicutikan pada saat berkampanye.
Kebijakan yang tidak mencutikan Presiden ketika berkampanye sebagai calon petahana dalam Pilpres, barangkali semua dimaksudkan untuk memanfaatkan fasilitas Pemerintah justeru sekarang menjadi sebuah blunder yang sangat merugikan Presiden Jokowi, Jokowi menyatakan perang diasaat Ia kehilangan tenaga untuk melakukan sesuatu, karena slama ini, sesuatu itu hanya sebuah pencitraan belaka. Sungguh ini pelajaran bagi kita semua. Sekalipun pahiot bagi Jokowi.
Sunday, March 24, 2019
PRABOWO TAK BERSALAH ?
KATA CAK NUN ada sejumlah kelompok yang ditugaskan unuk menculik sejumlah orang yang
dicurigai akan melakukan kejahatan terhadap Bangsa. Salah satu kelompok yang ditugaskan itu adalah kelompom yang dipimpin oleh Prabowo. Ada kekeliruan yang dilakukan oleh Prabowo karena tidak membunuh mereka yang diculiknya. Sedang kelompok lainnya berhasil menghabisi mereka yang diculik, sehingga kelompok itu tak menuai masalah karena orang kehilangan jejak. Sekarang Prabowo harus menanggung akibat kekeliruan itu. Yaitu ada sejumlah orang yang telah melakukan itu semua akan terancam keamanannya manakala Prabowo menduduki jabatan kekuasaan. Benarkah begiutu .... kita tak tahu tetapi karena masalah ini telah menjadi informasi yang demikian liar, karena ada sejumlah pensiunan jendral yang terpancing membuka kata kata yang seharusnya mereka rahasiakan hingga akhir hayat.
Jika sudah demikian maka ini juga akan menjedai beban pemikiran bagi bangsa kita. Jika saja seandainya Prabowo tidak mencalonkan diri sebagai Calon Presiden, atau dia harus kembali berpasangan dengan Megawati, maka kita bisa diyakinkan bahwa tak akan ada yang mencoba mengungkit ungkitnya. Ceritera buruk tentang Prabowo itu terhembus ketika Prabowo Maju sebagai Capres berpasangan dngan Hattarajasa, Dan terulang kembali ketika Prabowo kembali Nyalojn berpasangan dengan Sandiaga Uno. Terus terang lama ke;amaan, bila Para jendral itu tak mampu mewasiti dirinya sendiri masing masing, maka masalah ini bisa terbuka secara hina.
Sejarah akan mencatat kehinaan mereka bila mereka, dan membukakan kebusukan pihak pihak yang berlaku busuk nantinya manakala diantara mereka sudah tak lagi memangku kekuasaan, maka akan dengan sendirinya akan diungkap segala kekeliruan mereka itu, dan kita akan kasihan dengan anak keturunan mereka yang akan menanggung malu. Oleh karena itu sebaiknya berhentilah mengarang ceritera boihong, agar tidak memperdalam kebencian.
Harapan kita kepada Prabowo, bila seandainya memenangkan Pilpres, maka janganlah kekuasaan yang diembannya dijadikan kesempatan untuk balas dendam, kalau memang masyarakat masih saja menuntut penyelesaian dan penjelasan, maka kita semua berharap, bisa diselesaikan secara bermartabat. Sesdangkan jika Jokowi yang memenangkan Pilpres kali ini, kita tak akan yakin, beliau mampu menyelesaikan. Maka himbawan kita kepada mereka yang bersengketa, hindarilah fitnah dan jangan mau diadudomba. yang akhirnya akan merfugikan mereka yang terlibat dalam persaelisihan ini, agar tak dipermalukan oleh keadaan secara lebih kejam, disaat rakyat telah kehilangan kepercayaan.
dicurigai akan melakukan kejahatan terhadap Bangsa. Salah satu kelompok yang ditugaskan itu adalah kelompom yang dipimpin oleh Prabowo. Ada kekeliruan yang dilakukan oleh Prabowo karena tidak membunuh mereka yang diculiknya. Sedang kelompok lainnya berhasil menghabisi mereka yang diculik, sehingga kelompok itu tak menuai masalah karena orang kehilangan jejak. Sekarang Prabowo harus menanggung akibat kekeliruan itu. Yaitu ada sejumlah orang yang telah melakukan itu semua akan terancam keamanannya manakala Prabowo menduduki jabatan kekuasaan. Benarkah begiutu .... kita tak tahu tetapi karena masalah ini telah menjadi informasi yang demikian liar, karena ada sejumlah pensiunan jendral yang terpancing membuka kata kata yang seharusnya mereka rahasiakan hingga akhir hayat.
Jika sudah demikian maka ini juga akan menjedai beban pemikiran bagi bangsa kita. Jika saja seandainya Prabowo tidak mencalonkan diri sebagai Calon Presiden, atau dia harus kembali berpasangan dengan Megawati, maka kita bisa diyakinkan bahwa tak akan ada yang mencoba mengungkit ungkitnya. Ceritera buruk tentang Prabowo itu terhembus ketika Prabowo Maju sebagai Capres berpasangan dngan Hattarajasa, Dan terulang kembali ketika Prabowo kembali Nyalojn berpasangan dengan Sandiaga Uno. Terus terang lama ke;amaan, bila Para jendral itu tak mampu mewasiti dirinya sendiri masing masing, maka masalah ini bisa terbuka secara hina.
Sejarah akan mencatat kehinaan mereka bila mereka, dan membukakan kebusukan pihak pihak yang berlaku busuk nantinya manakala diantara mereka sudah tak lagi memangku kekuasaan, maka akan dengan sendirinya akan diungkap segala kekeliruan mereka itu, dan kita akan kasihan dengan anak keturunan mereka yang akan menanggung malu. Oleh karena itu sebaiknya berhentilah mengarang ceritera boihong, agar tidak memperdalam kebencian.
Harapan kita kepada Prabowo, bila seandainya memenangkan Pilpres, maka janganlah kekuasaan yang diembannya dijadikan kesempatan untuk balas dendam, kalau memang masyarakat masih saja menuntut penyelesaian dan penjelasan, maka kita semua berharap, bisa diselesaikan secara bermartabat. Sesdangkan jika Jokowi yang memenangkan Pilpres kali ini, kita tak akan yakin, beliau mampu menyelesaikan. Maka himbawan kita kepada mereka yang bersengketa, hindarilah fitnah dan jangan mau diadudomba. yang akhirnya akan merfugikan mereka yang terlibat dalam persaelisihan ini, agar tak dipermalukan oleh keadaan secara lebih kejam, disaat rakyat telah kehilangan kepercayaan.
Saturday, March 23, 2019
DARI GORONG GORONG HINGGA PERANG TOTAL.
DARI ADU KESEDERHANAAN - Hingga Perang Total. Digunakan untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan untuk mmpertauhkan sebuah negeri syurga yang maha luas, sebuah negeri yang kaya raya, tetapi penduduknya, miskin papa. Tampillah seorang Jokowi yang berhasil merebut hati rakyat dengan segala kesederhanaannya, kebersediaannya masuk kedalam got yang minta ampun baunya, justeru membuat namanya demikian harum dan melejit, sehingga tak segan segan rakyat menyerahkan dan mempercayakan kepadanya untuk memanfaatkan kekayaan negara ini seluasnya untuk kesejahteraan rakyatnya yang terbilang kurang beruntung, setelah sekian kali dipimpin Presidennya. Lagu seribu janji dinyanyikan Sang Presiden Jokowi. Sayang beliau seperti telah melupakan segala janji janji itu, beliau dinilai gagal oleh para pesaingnya, padahal segala citra keberhasilan telah disetting untuk kemuliaan bangsa, kini jabatan penting itu mulai terancam akan dirampas oleh rakyat kembali, maka muncullah istilah perang total untuk mempertahankannya.
Sekitar Duapuluhan hari lagi lita akan menyelenggarakan Pilpres, ada dua pilihan, yaitu Jokowidodo sebagai calon petahana, dan Prabowoi selaku penantang atau pesaing. Selaku petahana memang sejak semula elektabilitas Jokowi selaku petahana hanya tipis di atas angka 50%, dari waktu ke waktu melorot dan kini sudah berada di bawah 50%, posisi yang diharamkan bagi seorang petahana, hal ini karena petahana memang sudah melakukan kampanye sejak empat tahun silam, seyogyanya elektabilitas itu berangka ideal mulai 60% ke atas.
Bagi kita sebagai jelata, terserah saja nanti siapa yang terpilih sebagai Presiden, apakah petahana atau penantang, kita akan secepat mungkin muvon, barangkali itulah yang terbaik dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang jelas kita harus yakin Tuhan Maha pengasih lagi maha penyayang. Kalau saja memang Jikowi terpilih kembali, kita harus terima dengan suatu harapan agar kedepan tak lagi melakukan pencitraan palsu, seperti selama ini, pencitraan boleh tetapi dengan maksud meningkatkan kualitas, bukan membodohi rakyat. Tugas residen adalkah mengabdi kpada rakyat, melindungi rakyat, bangsa dan wilayah serta kekayaan kita semesta. Semoga saja Allah menuntunnya ke jalan yang benar, dan tidak dipengaruhi para kelompok pebisnis dan politisi yang fragmatis. Kita harus sadar bahwa Jokowi kurang memiliki wawasan dan kapasitas sebagai Pimpinan Bangsa.
Kalau seandainya Prabowo yang memenangkan pemilihan, kita berharap para kelompok tak trerlalu mengganggunya, karena kita lama lama menyadari bahwa Prabowo memiliki musuh lama yang tak menyukainya, yaitu para pensiunan jendral sepuh. Yang tak menyukai Prabowo menjadi Pimpinan Nasinal. Semoga saja kita mampu bersatu membela Pemimpoin terpilih guna mengalahkan mereka yang dikuasai hawa nafsu. Semoga saja akan muncul tokoh penyelamat yang bisa menyadarkan pihak yang berniat mempersulit Prabowo. sehingga Bangsa ini memiliki kesempatan membangun. Tinggal 20-an hari lagi semoga kita semakin kondusif. Semoga Allah mengirimkan kepada kita Pemimpin yang benar, adil dan mampu bekerja secara profesional.
Sekitar Duapuluhan hari lagi lita akan menyelenggarakan Pilpres, ada dua pilihan, yaitu Jokowidodo sebagai calon petahana, dan Prabowoi selaku penantang atau pesaing. Selaku petahana memang sejak semula elektabilitas Jokowi selaku petahana hanya tipis di atas angka 50%, dari waktu ke waktu melorot dan kini sudah berada di bawah 50%, posisi yang diharamkan bagi seorang petahana, hal ini karena petahana memang sudah melakukan kampanye sejak empat tahun silam, seyogyanya elektabilitas itu berangka ideal mulai 60% ke atas.
Bagi kita sebagai jelata, terserah saja nanti siapa yang terpilih sebagai Presiden, apakah petahana atau penantang, kita akan secepat mungkin muvon, barangkali itulah yang terbaik dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang jelas kita harus yakin Tuhan Maha pengasih lagi maha penyayang. Kalau saja memang Jikowi terpilih kembali, kita harus terima dengan suatu harapan agar kedepan tak lagi melakukan pencitraan palsu, seperti selama ini, pencitraan boleh tetapi dengan maksud meningkatkan kualitas, bukan membodohi rakyat. Tugas residen adalkah mengabdi kpada rakyat, melindungi rakyat, bangsa dan wilayah serta kekayaan kita semesta. Semoga saja Allah menuntunnya ke jalan yang benar, dan tidak dipengaruhi para kelompok pebisnis dan politisi yang fragmatis. Kita harus sadar bahwa Jokowi kurang memiliki wawasan dan kapasitas sebagai Pimpinan Bangsa.
Kalau seandainya Prabowo yang memenangkan pemilihan, kita berharap para kelompok tak trerlalu mengganggunya, karena kita lama lama menyadari bahwa Prabowo memiliki musuh lama yang tak menyukainya, yaitu para pensiunan jendral sepuh. Yang tak menyukai Prabowo menjadi Pimpinan Nasinal. Semoga saja kita mampu bersatu membela Pemimpoin terpilih guna mengalahkan mereka yang dikuasai hawa nafsu. Semoga saja akan muncul tokoh penyelamat yang bisa menyadarkan pihak yang berniat mempersulit Prabowo. sehingga Bangsa ini memiliki kesempatan membangun. Tinggal 20-an hari lagi semoga kita semakin kondusif. Semoga Allah mengirimkan kepada kita Pemimpin yang benar, adil dan mampu bekerja secara profesional.
Tuesday, March 19, 2019
AGUM GUMELAR HARUS PERTANGGUNGJAWABKAN UCAPANNYA.
AGUM GUMELAR, menjadi Jendral dalam spesial;is kampanye hitam bagi Prabowo, demikian setidaknya karena tokoh satu ini hanya muncul lima tahunan setidaknya dua kali Pilpres yang memunculkan Prabowo sebagai salah satu calon. Keberanian Agum Gumelar. Kasus pelanggaran HAM berat yang dituduhkan kepada Prabowo oleh Tim yang ditunjuk tak berhasil dibuktikan setelah bekerja sekian lama baru mengumpulkan sejumlah data subjektif, yang sulit dipertnggungjawabkan melalui Pengadilan yang resmi. Yang akhirnya Prabowo diberhentikan dengan hormat dengan segala fasilitas dan gaji yang diberikan sebagaimana laiknya mereka yang telah memasuki purnatugas.
Apakah serangan Agum Gumelar kali ini akan berhasil seperti Pilpres sebelumnya, atau serangan ini tidak berpengaruh sehingga Prabowo seperti anteng anteng saja dalam menghadapi seragnagn Agum yang memang sudah bisa dikategorikan sebagai kamapnye hitam, tetapi kampanye hitam yang dilakukan oleh Agum Gumelar memang menguntungkan petahana yang dalam hal ini Jokowi, yang pada saat ini sedang sibuk sibuknya kampanye, sekalipun tak mengambil cuti dari kesibukan kepresidenan, sekaligus petahana.
Sebagai rakyat kita sangat mengharapkan agar masalah ini bisa terselsaikan dengan baik, tak ada lagi pihak pihak sekalipun sudah Purnawirawan lalu mengumbar seluas luasnya sesuatu yang semestinya dirahasiakan oleh institusi TNI. Sekalipun sudah Purnawirawan sikap kekeh menyimpan rahasia itu harus dipertahankan, apatah lagi terhadap sesuatu yang belum final karena ada unsur subjektivitas yang ingin memaksa.
Jika memang Agum Gumelar merasa banyak tahu dan tidak memiliki kesanggupan untuyk bicara di sidang resmi, maka Agum harus segera menulis, dan sertakan sekian banyak nama sebagai saksi seperti yang diakuinya, sebagai penguat terhadap bukti yang nampaknya memang tak menghadirkan Gumelar sebagai pelaku atau memiliki keterlibatan secara fisik. Segera Agum melakukan penulisan sehingga semua orang bisa menjadi saksi yang bisa menuduh tulisan Agum itu salah atau benar, atau memang samar samar.
Jika gagal menyelenggarakan pengadilan yang sepresentatip, maka menulislah, walaupun memang menjadi etika setiap penulis, maka dia akan tuliskan, bahwa: " Sebagai manusia maka tulisan ini tidak sempurna, tidak tertutup dari salah dan khilaf, mohon kritik dan saran agar kesalahan ini dapat kami perbaiiki". Tidak ada penulis yang baik serta merta mengakui bahwa Dia bersih dari kesalahan dan kekeliruan. Artinya, ketika Agum bersedia menulis maka dalam waktu yang bersamaan, janganlah sekali kali merasa yang paling mengetrahui dan paling benar, itu bukanlah karakter sebagai penulis yang baiik. Dilklema Agum Gumelar akan dirasakan sebagai siksaan yang paling menyakitkan nanti di alam akhirat, bila sekecil apapun tersebar fitnah.
Wednesday, March 13, 2019
MENGAMBULANKAN AKAL SEHAT.
DUA ORANG PENDEKAR AKAL SEHAT terpaksa diambulankan, keduanya bukan di bawa ke Rumah Sakit terdekat, teta[i justeru di bawa ke Kampus milik Muhammadiyah, juga untuk mengkampanyekan akal sehat. Hal itu sekedar mengantisipasi atas ancaman seorang Caleg setempat yang bernaung di bawah Rzim calon petahana, setelah beberapa hari sebelumnya Ketua Pemanangan calon petahana meniupkan genderang sebagai perang total. Sang Caleg mendatangi Panitia di Kampus sembari mengancam perang sungguhan manakala kedua orang tersebut ternyata masih juga duhadirkan du Kanous itu
Politisi yang juga Caleg setempat dari Partai pendukung itu mengatakan bila Gerung Dan Said Didu masih datang juga ke kamapus itu maka berarti kita akan perang, hardiknya. Yak memang beberapa waktu sebelumnya Ketua Pemenangan Jokowi menyatakan mengingat elektabilitas calon petahana sepertinya mandeg, maka Tim Pemenangan Jokowi Makruf Amin akan melakukan perang total. Tetapi kita tak tahu apakah ancaman si politisi tadi sebagai genderang perangnya.
Ceramah sudah dilaksanakan. kedua narasumber itu sudah pulang ke Jakarta. Tampa ada pristiwa perang seperti yang diancamkan. Kita bersyukur hal tersebut memang tidak terjadi, Tetapi barangkali saja ini memang belum selesai, karena biasanya lalu yang maju adalah sejumlah delik pelanggaran terhadap sejumlah pasal. Walaupun banyak diantara yang diadukan ke Polisi tidak ditindaklanjuti, tetapi ada juga yang diluar dugaan justeru dihadapkan di meja sidang pengaduilan. siapa tau
Sunday, March 10, 2019
HARI CHAN SILALAHI : ISLAM BUKAN ANCAMAN BAGI MINORITAS.
MUNCUL KEMBALI perdebtan tentang Prabowo pada saat menjelang Pilpres 17 April 2019 yang akan datang, tergerak membolak balik tumpukan majalah lama, yang memang ada saat itu saya ajeg membeli majalah kesayanganku Ummat. Yang memang pada saat itu para jendral samar terdengar saling berselisih. Tetapi ada saja kelompok nyinyir bersemangat sekali menghabarkan kejahatan ummat Islam berdasarkan hawa nafsunya saja. Lalu muncur sosok jujur yang masih berpikiran waras, namanya "Hari Chan Silalahi yang lantang mengatakan Islam Bukan Ancaman Bagi Minoritas" Beliau adalah keturunan China, nama Marga Silalahi didapat atas jasa temannya yang juga Silalahi, beragama Katholik. Beliau sempat menjadi Ketua Pergerakan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia (PMKRI) dan sempat juga menjadi pimpinan CSIS, kelompok analisis yang sangat berwibawa itu. Yah, memang begitu, di samping ada ada Muslim yang senang mengkritisi Agama Islam, tetapi ada juga Non Muslim yang tak segan memuji Islam, dan salah satunya adalah Hari Chan Silalahi, yang lantang mengatakan bahwa Islam sama sekali bukan ancaman bagi Minoritaa. (baca majalah Ummat No. 8 th IV/ 31 Agustus 1988).
Sekalipun Dia dilahirkan dari keluarga keturunan minoritas Tionghoa sebagai Sarjana Hukum Alumni UI Iya akan memiliki pemahaman terhadap segala situasi yang terjadi disekitarnya, dia telah belajar metodologi, artinya memiliki kemampuan mencari data yang dibutuhkan dalam upaya mengetahui masalah dan bagaimana cara menganalisa data yang telah terkumpul itu dijadikan premis premis guna mencapai konklusi secara benar dan metodologis, dia telah belajar sosiologi sehingga dia memiliki kemampuan memahami aktivitas kemasyarakatan, dan dia telah belajar psychologie memahami kejiwaan manusia manusia yang terlibat dalam sejumlah pritiwa dalam posisi apapun.
Selaku seseorang yang ketika menjadi Mahasiswa sempat memimpin organisasi mahasiswa Katholik, sesuai dengan agama yag dianutnya, dan bahkan ketika Ia aktif sebagai anggota dan bahkan Pimpinan Organisasi peneliti dan diskusi yang sangat berwibawa itu, mak seyogyanya kita tak meragukan kesimpulan yang ditariknya bahwa Islam Bukan Ancaman Bagi Minoritas di Indonesia, Artinya bahwa memang ada sekelompok orang yang memang didalam otaknya senganja mencari cari dan memanfaatkan segala situasi untuk menyudutkan dan menuduh nuduh Islam.
Siapa yang sebenarnya pada saat itu, sedang berupaya menjatuhkan Presiden Soeharto, siapa sejatinya yang sedang bersaing merebut kekuasaan ketika Suharti jatuh. Orang sekelas Hari Chan Silalahi selaku Pengurus atau Pimpinan CSIS sngat memahami percaturan antar siapa dengan siapa, kelompok mana dengan kelompok mana. Dan memang tercatat dalam sejarah bahwa kelompok Islam masih belum tergerak untuk ikut berebut kekuasaan. Hanya mereka yang culas yang lalu menuduh Isklan secara serampangan, karena Hari Chan Silalahi sedang berfikir waras.
UMMAT ISLAM LEBIH SIAP BERDEMOKRASI
ROH ISLAM SANGAT BERJASA dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, tetapi akhir akhir ini pasca kekalahan Ahok dalam Pilkada DKI yang lalu selalu saja muncul retorika bahwa Islam anti NKRI, anti Pancasila dan anti UUD 1945, saya teringat dengan mendiang Cak Nur atau Doktor Nurcholis Madjid, eorang tokoh intelektual Muslim yang dalam teori dan ijtihad politik tak segan segan sering berseberangan dengn para tokoh Islam lainnya, sehingga nampak mendapat simpati dri pihak non Muslim.
Beliau mengatakan bahwa Ummat Islam di Indonesia jauh labih siap berdemokrasi dibanding kelompok dan komunitas lainnya. Hal ini dikemukakannya pada Majallah Ummat Edisi Khusus 1 Februari 1999 dan itu dimuat menjadi laporan utama majallah itu. Cak Nur mengatakan bahwa dalam kultur politik Bangsa Indonesia ini sejatinya tak dapat dihindarkan ada kelompok Mayoritas dan minoritas, tetapi nampaknya minoritas merasa kurang nyaman dengan sebutan itu, sehingga menjadi tugas kelompok Islam untuk menjaga perasaan minoritas yang seperti itu. Dan tambah Cak Nur dan itu memang sudah dilakukan oleh kelompok Islam untuk membangun demokrasi. Dalam hal ini Ummat Islam memang lebih siap dalam berdemokrasi.
Tentu saja pandangan Can Nur itu bisa dikritik dengan menggunakan anggle tertentu.Tetapi Cak Nur adalah bukan orang yang antikritik, sehingga Can Nur diakui oleh berbagai kalangan sebagai Guru Bangsa, sayang beliau tidak berumur panjang, namun demikian banyak sudah pelajaran penting yang beliau torehkan untuk anak bangsa. Mayoritas harus menjadi pelindung minoritas.
Saya teringat dengan filosofis salam kita : "Assalamu'alaikum Warohmatullah Wabarokaatuuh" yang artinya Saya Siap Menjamin keselamtan anda bahkan kita bersama akan merasakan nikmatnya Rahmat Allah asalkan kita bersama tak melanggar aturannya, Artinya kita sebagai ummat Islam harus menjadi pelindung bagi orang lain selama mampu membangu kesepakatan agar tdak sengaja mewan aturan yang ditetapkan Allah, Wallohua'lam bishowab,
Saturday, March 9, 2019
SEJUMLAH WARGA LAMPUNG PINGSAN, PRESIDEN JOKOWI TELAH MERESMIKAN TOLL SEMENTARA MEREKA MERASA BLUM MENERIMA BAYARAN
SANGAT MENYEDIHKAN sebuah youtube viral menggambarkan seorang wanita merangsek maju ke tepi podium di mana Presiden Jokowi baru saja meresmikan Toll Bakauheni - Terbanggi di Lampung, Presiden Jokowipun seperti terperanjat karena acara ini nampaknya bukan settingan seperti biasanya sebagai pencitraan, lamat lamat terdengar samar ibu itu mengadukan prihal Ia belum menerima bayaran setelah tanahnya dijadikan laham pembangunan Toll. Samar samar Presiden Jokowi berjanji "nanti saya akan selesaikan' demikian kira kira tegas Pak Presiden, seorang berseragam keamanan langsung membopong itu itu seorang diri, agar tak mengganggu acara, tetapi nampaknya tubuh renta ibu itu seperti terkulai, dia pingsan. Acarapun segera diteruskan.
Nampaknya adegan itu sangat natural, atau pengamanan kecolongan sehingga si Ibu lolos maju ke sisi podium. Tetapi adegan selanjuntnya mengambarkan alat berat secara pasti merubuhkan tanam tumbuh dan beberapa bangunan rumah diiringi jerit tangis Emak Emak dan bahkan diantara Emak Emak itu yang ditandu lengkap dengan selang infusnya, dan ada juga yang masih mampu menjerit keras dan mengomel. tetapi posisinya tetap duduk di kursi roda. Dari ucapan itu kita pahami bahwa mereka sedang kebingungan. Mereka menangis menjerit hysteris ketika tak seorangpun mampu memberikan jalan keluar, ketika alat berat mulai beraksi.
Rumah dan penkarangan serta tanam tubuh milik mereka digusur alat berat. Mereka kebingungan untuk tinggal di mana karena mereka belum menerima ganti rugi seperti mungkin orang lainnya yang sepertinya namkan adem ayem, karena memang Presiden mengatakan bahwa Pemerintah tidak membayar ganti rugi, tetapi melunasi smua ganti untung. katanya dalam debat Capres.
Syofyan Jalil yang muncul di Youtube itu sempat mengatakan secepatnya akan melakukan penelitian, prihal belum dibayarnya bangunan dan tanah serta tanam tumbuh milik mereka yang digunakan untuk pembangunan toll yang memang sudah mengalamai beberapa kali peresmian itu. Harapan kita semoga Pemerintah dapat menyelesaikan persoalan ini secara yang seadil adilnya, apalagi Presiden jkowi selalu bicitrakan sebagai sosok sederhana yang sangat memperhatikan rakyat kecil, maka tak mungkin pristiwa ini sebagai setting untuk pencitraan.
Nampaknya adegan itu sangat natural, atau pengamanan kecolongan sehingga si Ibu lolos maju ke sisi podium. Tetapi adegan selanjuntnya mengambarkan alat berat secara pasti merubuhkan tanam tumbuh dan beberapa bangunan rumah diiringi jerit tangis Emak Emak dan bahkan diantara Emak Emak itu yang ditandu lengkap dengan selang infusnya, dan ada juga yang masih mampu menjerit keras dan mengomel. tetapi posisinya tetap duduk di kursi roda. Dari ucapan itu kita pahami bahwa mereka sedang kebingungan. Mereka menangis menjerit hysteris ketika tak seorangpun mampu memberikan jalan keluar, ketika alat berat mulai beraksi.
Rumah dan penkarangan serta tanam tubuh milik mereka digusur alat berat. Mereka kebingungan untuk tinggal di mana karena mereka belum menerima ganti rugi seperti mungkin orang lainnya yang sepertinya namkan adem ayem, karena memang Presiden mengatakan bahwa Pemerintah tidak membayar ganti rugi, tetapi melunasi smua ganti untung. katanya dalam debat Capres.
Syofyan Jalil yang muncul di Youtube itu sempat mengatakan secepatnya akan melakukan penelitian, prihal belum dibayarnya bangunan dan tanah serta tanam tumbuh milik mereka yang digunakan untuk pembangunan toll yang memang sudah mengalamai beberapa kali peresmian itu. Harapan kita semoga Pemerintah dapat menyelesaikan persoalan ini secara yang seadil adilnya, apalagi Presiden jkowi selalu bicitrakan sebagai sosok sederhana yang sangat memperhatikan rakyat kecil, maka tak mungkin pristiwa ini sebagai setting untuk pencitraan.
MENGAMALKAN SURAT SERIBU DINAR
Tulisan ini saya copy dari Surat 1000 dinar@Blogspot.com. beberapa orang bertanya kepada saya tentang ayat tersebut, saya bilang buka saja blog yang menghusukan menulis dan membahas tentang surat 100 Dinar itu, untuk itu saya membantu mengkopykannya, dan saya juga berjanji akan menulis tentang surat itu yang mungkin dengan menggukan anggle yang lain. Terima kasih dan selamat mengkaji.
Cara Mengamalkan Ayat Seribu (1000) Dinar
Ayat Ath-Thalaq : 2-3 atau yang dikenal oleh sebagian umat Islam sebagai ayat 1000 dinar memang terkandung pelajaran mengenai pentingnya takwa kepada Allah. Dimana dalam ayat tersebut tertera janji Allah bahwasanya Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap cobaan, dan janji bahwasanya Allah akan memberikan rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka, kesemuanya itu ditujukan bagi mereka yang bertakwa kepada Allah.
Ayat seribu dinar secara tersurat memang secara terang-terangan menceritakan tentang keterkaitan antara rezeki dan pertolongan Allah dengan takwa. Isi ayat Ath-Thalaq : 2-3 adalah sebagai berikut :
"...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS Ath-Thalaq : 2-3)
Dan diantara sebagian umat Islam tidak sedikit yang menggunakan ayat ini sebagai wasilah untuk membuka atau menarik rezeki dari segala penjuru. Caranya dengan membaca ayat 1000 dinar dengan jumlah bilangan tertentu pada waktu tertentu. Untuk hal yang satu ini ada beberapa ulama yang memberikan cara pengamalan ayat Ath-Thalaq : 2-3 yang biasanya bertujuan untuk memudahkan datangnya rezeki.
Namun oleh karena datangnya cara pengamalan ayat seribu dinar ini dengan cara membaca hingga bilangan tertentu memang tidak pernah diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW, maka hal ini menjadi kontroversi di kalangan umat Islam. Ada beberapa ulama yang mengatakan amalan ayat seribu dinar tersebut adalah bid'ah menurut pemahaman mereka, namun ada beberapa ulama yang membolehkan cara pengamalan tersebut. Perbedaan pandangan ini dikarenakan adanya perbedaan pemahaman mengenai definisi bid'ah itu sendiri.
Kami sendiri tidak tertarik untuk ikut dalam perdebatan tersebut.
Namun kami sendiri berpendapat cara untuk mendapatkan pertolongan Allah dan memperoleh karunia Allah berupa datangnya rezeki yang tiada disangka-sangka adalah dengan mengamalkan kandungan ayat Ath-Thalaq 2-3 (ayat seribu dinar) atau dengan bertakwa kepada Allah dengan sekuat-kuatnya dan sebaik-baiknya. Cara ini telah kami paparkan pada postingan kami yang berjudul : ayat 1000 dinar
Mengenai cara yang berada pada postingan tersebut kami telah membuktikan sendiri, bahwa Allah sering memberi kami pertolongan ketika kami memiliki hajat atau ketika kami sedang diberi cobaan. Dan seringkali datangnya pertolongan memang sesuai dengan ayat Ath-Thalaq : 3. Yaitu datangnya tiada disangka-sangka atau dari arah yang kami sendiri tidak pernah terpikir sebelumnya.
Adapun mengenai cara pengamalan ayat 1000 dinar sebagai amalan pembuka pintu rezeki dengan cara membaca ayat tersebut berulang-ulang hingga jumlah bilangan tertentu seperti yang diajarkan oleh beberapa ulama, kami sendiri belum pernah mengamalkannya. Akan tetapi untuk sekedar berbagi informasi kami akan menuliskan disini beberapa cara pengamalan yang kami temukan dari berbagai sumber, jika ada sebagian umat Islam yang ingin mengamalkannya maka hal tersebut kami kembalikan kepada mereka sesuai pemahaman mereka terhadap bid'ah.
Ayat seribu dinar secara tersurat memang secara terang-terangan menceritakan tentang keterkaitan antara rezeki dan pertolongan Allah dengan takwa. Isi ayat Ath-Thalaq : 2-3 adalah sebagai berikut :
"...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS Ath-Thalaq : 2-3)
Dan diantara sebagian umat Islam tidak sedikit yang menggunakan ayat ini sebagai wasilah untuk membuka atau menarik rezeki dari segala penjuru. Caranya dengan membaca ayat 1000 dinar dengan jumlah bilangan tertentu pada waktu tertentu. Untuk hal yang satu ini ada beberapa ulama yang memberikan cara pengamalan ayat Ath-Thalaq : 2-3 yang biasanya bertujuan untuk memudahkan datangnya rezeki.
Namun oleh karena datangnya cara pengamalan ayat seribu dinar ini dengan cara membaca hingga bilangan tertentu memang tidak pernah diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW, maka hal ini menjadi kontroversi di kalangan umat Islam. Ada beberapa ulama yang mengatakan amalan ayat seribu dinar tersebut adalah bid'ah menurut pemahaman mereka, namun ada beberapa ulama yang membolehkan cara pengamalan tersebut. Perbedaan pandangan ini dikarenakan adanya perbedaan pemahaman mengenai definisi bid'ah itu sendiri.
Kami sendiri tidak tertarik untuk ikut dalam perdebatan tersebut.
Namun kami sendiri berpendapat cara untuk mendapatkan pertolongan Allah dan memperoleh karunia Allah berupa datangnya rezeki yang tiada disangka-sangka adalah dengan mengamalkan kandungan ayat Ath-Thalaq 2-3 (ayat seribu dinar) atau dengan bertakwa kepada Allah dengan sekuat-kuatnya dan sebaik-baiknya. Cara ini telah kami paparkan pada postingan kami yang berjudul : ayat 1000 dinar
Mengenai cara yang berada pada postingan tersebut kami telah membuktikan sendiri, bahwa Allah sering memberi kami pertolongan ketika kami memiliki hajat atau ketika kami sedang diberi cobaan. Dan seringkali datangnya pertolongan memang sesuai dengan ayat Ath-Thalaq : 3. Yaitu datangnya tiada disangka-sangka atau dari arah yang kami sendiri tidak pernah terpikir sebelumnya.
Adapun mengenai cara pengamalan ayat 1000 dinar sebagai amalan pembuka pintu rezeki dengan cara membaca ayat tersebut berulang-ulang hingga jumlah bilangan tertentu seperti yang diajarkan oleh beberapa ulama, kami sendiri belum pernah mengamalkannya. Akan tetapi untuk sekedar berbagi informasi kami akan menuliskan disini beberapa cara pengamalan yang kami temukan dari berbagai sumber, jika ada sebagian umat Islam yang ingin mengamalkannya maka hal tersebut kami kembalikan kepada mereka sesuai pemahaman mereka terhadap bid'ah.
Thursday, March 7, 2019
MENGAPA HAPUS KATA KAFIR DALAM BERPOLITIK. .
Dr. ALAMSYAH, Yang saya kenal sebagai ilmuan Muda NU, beliau juga sekarang dipercaya sebagai Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Bandar Lampung. Terkait dengan keputusan dan gagasan NU untuk tidak lagi menggunakan kata kata Kafir Bagi Non Muslim. Nampaknya Dr. Alamsyah akan memberikan pencerahan. Semoga ini tidak merugikan strategi dalam politik dan tidak menyesatkan dalam aqidah. Hapus Kata Kafit Dalam Kehidupan Berbangsa. Memang selintas kita sudah tahu bahwa judul itu aspek politiknya lebih menonjol dalam gagasan yang ada dalam tulisan itu tetapi aspek akidahnya sangat juga jelas keberadaannya.
Kenyataannya Dalam kehidupan Berbangsa itu adalah dominan politik, memang sejak awal Kemerdekaan Indonesia, ada masalah politik yang menggajal yaitu tentang peran 'Politik Islam' dalam berbangsa dan Bernegara, yang intinya bahwa Non Muslim tidak akhlas bila identitas keislaman hadir dalam kancah politik Indonesia. Hanya saja sayangnya masih terlalu segar dalam ingatan betapa para pemimpin Islam bersama ummat yang dipimpinnya justeru merupakan pihak yang paling gigih memperjuangkan Kemerdekaan, catatan sejara itu masih melekat dalam ingatan, perjuangan merebut kemerdekaan adalah juga dalam kategori politik, bagaimana mungkin setelah merdeka identitasnya harus dilucuti,
Dahulu mendiang Presiden Soekarno sangat yakin akan mempersatukan Nasionalis, Agama dan Komunis, tetapi akhirnya gagal total. Presiden Soeharto awalnya bermesraan dengan Kelompok Islam, lalu renggang, dan akhirnya justeru jatuh karena menujukkan gejala upaya keakraban dengan Islam. Issue untuk menjatuhkan Suhato menggunakan Demokrasi sebagai inti dari Reformasi yang dijadikan issue yang mengemuka.
Ternyata Reformasi yang juga ditandai dengan huru hara tahun 98, ternyata adalah pristiwa yang penuh intrik, persaetruan yang terjadi disekitar pristiwa 98 itu walaupun sedikit demi sedikit terkuak melalui perdebatan panjang antara kelompok Wiranto dan Prabowo mulai dari Pilpres tahun 2014 dan muncul kembali dalam Pilpres tahun 2019. Secara halus gagasan demokrasi mendapatkan perjalanan jalan yang lurus dan mulus dalam bentuk pristiwa demi pristiwa, dan huru hara demi huru hara yang terjadi di internal bangsa kita, yang berujung kepada Amandemen UUD 1945 sebanyak tiga kali dalam waktu singkat. Mungkin pada saatnya kelak bangsa ini akan mampu mengurai latar belakang pristiwa demi pristiwa itu. Sehingga akan semakin jelas kelompok mana yang sesungguhnya culas.
Sejumlah ngara di Timur Tengah justeru berkeping setelah diyakinkan dengan iming iming azimat yang bernama demokrasi itu. Dan gagasan demokrasi itu ternyata belakangan ketahuan mengusung kepentingan eknomis sejumlah bangsa maju, Sebagai Negara Terkaya alamnya maka bukan tidak mungkin Indonesia dilirik oleh para Bangsa Penjajah itu. Kita ingin katakan buru buru Dengan sedikit catatan tersebut di atas, maka ingin saya katakan bahwa usulan untuk menghapus kata kafir dari kamus Islam itu sejatinya juga adalah demi mulusnya perjalanan demokrasi di Indonesia. dan bagaimana perjuangan demokrasi dimanfaatkan sejumlah megara maju tersebut di atas. Ini semua memang harus kita sikapi secermat mungkin, karena memang bangsa kita telah terjebak dengan berbagai ketergantungan yang mereka ciptakan. Sehingga masalahnya tak lagi sederhana.
Kenyataannya Dalam kehidupan Berbangsa itu adalah dominan politik, memang sejak awal Kemerdekaan Indonesia, ada masalah politik yang menggajal yaitu tentang peran 'Politik Islam' dalam berbangsa dan Bernegara, yang intinya bahwa Non Muslim tidak akhlas bila identitas keislaman hadir dalam kancah politik Indonesia. Hanya saja sayangnya masih terlalu segar dalam ingatan betapa para pemimpin Islam bersama ummat yang dipimpinnya justeru merupakan pihak yang paling gigih memperjuangkan Kemerdekaan, catatan sejara itu masih melekat dalam ingatan, perjuangan merebut kemerdekaan adalah juga dalam kategori politik, bagaimana mungkin setelah merdeka identitasnya harus dilucuti,
Dahulu mendiang Presiden Soekarno sangat yakin akan mempersatukan Nasionalis, Agama dan Komunis, tetapi akhirnya gagal total. Presiden Soeharto awalnya bermesraan dengan Kelompok Islam, lalu renggang, dan akhirnya justeru jatuh karena menujukkan gejala upaya keakraban dengan Islam. Issue untuk menjatuhkan Suhato menggunakan Demokrasi sebagai inti dari Reformasi yang dijadikan issue yang mengemuka.
Ternyata Reformasi yang juga ditandai dengan huru hara tahun 98, ternyata adalah pristiwa yang penuh intrik, persaetruan yang terjadi disekitar pristiwa 98 itu walaupun sedikit demi sedikit terkuak melalui perdebatan panjang antara kelompok Wiranto dan Prabowo mulai dari Pilpres tahun 2014 dan muncul kembali dalam Pilpres tahun 2019. Secara halus gagasan demokrasi mendapatkan perjalanan jalan yang lurus dan mulus dalam bentuk pristiwa demi pristiwa, dan huru hara demi huru hara yang terjadi di internal bangsa kita, yang berujung kepada Amandemen UUD 1945 sebanyak tiga kali dalam waktu singkat. Mungkin pada saatnya kelak bangsa ini akan mampu mengurai latar belakang pristiwa demi pristiwa itu. Sehingga akan semakin jelas kelompok mana yang sesungguhnya culas.
Sejumlah ngara di Timur Tengah justeru berkeping setelah diyakinkan dengan iming iming azimat yang bernama demokrasi itu. Dan gagasan demokrasi itu ternyata belakangan ketahuan mengusung kepentingan eknomis sejumlah bangsa maju, Sebagai Negara Terkaya alamnya maka bukan tidak mungkin Indonesia dilirik oleh para Bangsa Penjajah itu. Kita ingin katakan buru buru Dengan sedikit catatan tersebut di atas, maka ingin saya katakan bahwa usulan untuk menghapus kata kafir dari kamus Islam itu sejatinya juga adalah demi mulusnya perjalanan demokrasi di Indonesia. dan bagaimana perjuangan demokrasi dimanfaatkan sejumlah megara maju tersebut di atas. Ini semua memang harus kita sikapi secermat mungkin, karena memang bangsa kita telah terjebak dengan berbagai ketergantungan yang mereka ciptakan. Sehingga masalahnya tak lagi sederhana.
HAPUS KATA KAFIR DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA
Hapus kata "Kafir" dalam kehidupan Berbangsa (1)
Putusan Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2019 untuk tidak menyebut "kafir" kepada sesama warga negara Indonesia yang non muslim memiliki landasan yg kuat, baik naqli maupun aqli, tekstual dan kontekstual (historis dan sosiologis).
Penyebutan kata kafirun - kafirin - kafara - dan ratusan sejenisnya dalam Al Quran lebih banyak dalam wilayah akidah yg saat itu dipenuhi suasana konflik permusuhan, dan bukan dalam keadaan damai. Maka sebutan kafir dalam ayat2 al Quran khusus ditujukan kpd mereka yang menyimpang dan memusuhi Islam (kaum kuffar Makkah dan Ahlul Kitab yang bersekongkol memerangi kaum muslimin).
Oleh karena itu, kpd penyembah api, bintang, atau Yahudi dan Nasrani, yang bersikap baik, bersahabat, atau mengikat perjanjian damai, justru dipanggil dengan santun dan memuliakan, misalnya Ya Ahlal Kitab .. bukan hei kafir ..
Sbg mufassir dan pelaksana titah wahyu, Nabi pun tidak gegabah menyebut kafir dalam ucapan dan tindakannya. Bahkan Nabi mencap orang yang suka meng"kafir2"- phk lain tanpa dasar sbg kafir yg sesungguhnya.
Maka dalam Piagam Madinah (Shahifah al Madinah) tidak ada satu kata kafir pun ditulis untuk ditujukan kpd pihak2 yg ingin hidup harmonis dan mengikatkan diri dalam perjanjian damai, padahal banyak non muslim yg terikat di dalam piagam tsb, seperti Yahudi dan orang musyrik Madinah sendiri. Mereka tidak disebut kafir tapi tetap Yahudi dan musyrik (paganisme).
Memang dalam salah satu baris (sering ditulis sbg pasal ke 14) Perjanjian Madinah tsb ditulis kata "kafir" dua kali :
ولا يقتل مؤمن مؤمنا فى كافر ولا ينصر كافرا على مؤمن.
Terjemahnya : "seorang mukmin tidak boleh membunuh orang mukmin lainnya karena membela seorang kafir. Dan tidak boleh seorang mukmin membantu seorang kafir untuk memusuhi orang mukmin".
Teks ini harus diterjemahkan dgn benar dan dikaitkan dg teks sebelumnya (11, 12, 13) dan sesudahnya (15n 16, 17, 18, 19, 20) yg berbicara ttg persekutuan dan pembelaan.
Jelas sekali konteks kata "kafir" dalam Konstitusi Madinah tsb ditujukan hanya kpd orang2 non muslim yg memusuhi, membunuh, memerangi atau bersekutu dalam memerangi orang yg beriman (mukmin). Sedangkan non muslim yg berdampingan secara damai dg orang mukmin dan terikat dalam aliansi keamanan Piagam Madinah tsb tetap ditulis dan dipanggil sesuai dg nama suku atau agamanya. Mereka ada bani Auf, Jutsam, Harits, Nabit, Aus, Najjar, musyrik, dll. Mereka ini tidak ditulis "kafir" sedikitpun.
Semua mereka yg terikat dalam perjanjian damai Madinah ini, muslim dan non muslim, harus diperlakukan dgn baik (bil makruf), adil tanpa diskriminasi (bil qisth), diberi pertolongan (an nashru), keteladanan yg baik (al uswah), tidak boleh dianiaya (ghair mazhlumin), saling mengingatkan (an nashihat), memberi kebaikan (al birr), tidak menyakiti (al itsm).
Bahkan dalam sistem kehidupan yang diatur dalam Konstitusi Madinah itu ditegaskan bhw orang Yahudi dan orang Islam (mukminin) adalah "satu ummat", saling bahu membahu dan memikul beban (psl 24 - 23).
Jadi tegas sekali dalam piagam perjanjian aliansi keamanan Madinah ini bahwa non muslim yang baik dan tunduk pada aturan perjanjian bersama adalah satu umat yg bersaudara bagi umat Islam, saling melindungi dan mereka tidak disebut kafir.
Jadi tidak semua non muslim bisa dipukul rata dan membabi buta disebut kafir. Hanya non muslim yang ingkar, menolak Islam, mengkhianati keaepakatan dan memusuhi umat Islam sj yg layak dipanggil kafir.
Bagaimana kita ?
NKRI bukan negara agama (khilafah, teokrasi) dan bukan pula negara sekuler tapi negara bangsa yg terbentuk atas dasar kesepakatan para pendiri dari berbagai latar agama. Dalam nation state ini Pancasila juga sudah disepakati sebagai nilai dasar yang mempersatukan dan melindungi. Semua warga negara adalah sama di depan hukum tanpa diskriminasi papaun.
Dalam fikih klasik memang warga negara dibagi menjadi muslim dan kafir (zimmi, musta'man, mu'ahad, dll). Kategori ini wajar saat itu karena memang dibuat sesuai dg eranya, sistem berdasarkan agama tertentu dan feodal. Era moderen jauh berbeda dan banyak perubahan. Maka kategori tsb tidak relevan lg, termasuk di Indonesia.
Persis dg Konstitusi Madinah, dan sejalan dgn prinsip al Quran, maka dasar negara dan konstitusi Indonesia jg merupakan perjanjian kesepakatan bersama untuk tidak membeda2kan semua anak bangsa. Maka dalam kehidupan berbangsa dan beragama tidak perlu lg kita memanggil kafir kpd orang lain beda agama, apalagi yg satu agama tapi beda paham. Lebih rusak parah lg jika ada yg sampai mengusulkan nama Surat Al Kafirun diganti dg nama Surat Non Muslim .. Jadilah orang yg cerdas dan waras ... Salam Waras dan lanjuttt ... !!!
Putusan Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2019 untuk tidak menyebut "kafir" kepada sesama warga negara Indonesia yang non muslim memiliki landasan yg kuat, baik naqli maupun aqli, tekstual dan kontekstual (historis dan sosiologis).
Penyebutan kata kafirun - kafirin - kafara - dan ratusan sejenisnya dalam Al Quran lebih banyak dalam wilayah akidah yg saat itu dipenuhi suasana konflik permusuhan, dan bukan dalam keadaan damai. Maka sebutan kafir dalam ayat2 al Quran khusus ditujukan kpd mereka yang menyimpang dan memusuhi Islam (kaum kuffar Makkah dan Ahlul Kitab yang bersekongkol memerangi kaum muslimin).
Oleh karena itu, kpd penyembah api, bintang, atau Yahudi dan Nasrani, yang bersikap baik, bersahabat, atau mengikat perjanjian damai, justru dipanggil dengan santun dan memuliakan, misalnya Ya Ahlal Kitab .. bukan hei kafir ..
Sbg mufassir dan pelaksana titah wahyu, Nabi pun tidak gegabah menyebut kafir dalam ucapan dan tindakannya. Bahkan Nabi mencap orang yang suka meng"kafir2"- phk lain tanpa dasar sbg kafir yg sesungguhnya.
Maka dalam Piagam Madinah (Shahifah al Madinah) tidak ada satu kata kafir pun ditulis untuk ditujukan kpd pihak2 yg ingin hidup harmonis dan mengikatkan diri dalam perjanjian damai, padahal banyak non muslim yg terikat di dalam piagam tsb, seperti Yahudi dan orang musyrik Madinah sendiri. Mereka tidak disebut kafir tapi tetap Yahudi dan musyrik (paganisme).
Memang dalam salah satu baris (sering ditulis sbg pasal ke 14) Perjanjian Madinah tsb ditulis kata "kafir" dua kali :
ولا يقتل مؤمن مؤمنا فى كافر ولا ينصر كافرا على مؤمن.
Terjemahnya : "seorang mukmin tidak boleh membunuh orang mukmin lainnya karena membela seorang kafir. Dan tidak boleh seorang mukmin membantu seorang kafir untuk memusuhi orang mukmin".
Teks ini harus diterjemahkan dgn benar dan dikaitkan dg teks sebelumnya (11, 12, 13) dan sesudahnya (15n 16, 17, 18, 19, 20) yg berbicara ttg persekutuan dan pembelaan.
Jelas sekali konteks kata "kafir" dalam Konstitusi Madinah tsb ditujukan hanya kpd orang2 non muslim yg memusuhi, membunuh, memerangi atau bersekutu dalam memerangi orang yg beriman (mukmin). Sedangkan non muslim yg berdampingan secara damai dg orang mukmin dan terikat dalam aliansi keamanan Piagam Madinah tsb tetap ditulis dan dipanggil sesuai dg nama suku atau agamanya. Mereka ada bani Auf, Jutsam, Harits, Nabit, Aus, Najjar, musyrik, dll. Mereka ini tidak ditulis "kafir" sedikitpun.
Semua mereka yg terikat dalam perjanjian damai Madinah ini, muslim dan non muslim, harus diperlakukan dgn baik (bil makruf), adil tanpa diskriminasi (bil qisth), diberi pertolongan (an nashru), keteladanan yg baik (al uswah), tidak boleh dianiaya (ghair mazhlumin), saling mengingatkan (an nashihat), memberi kebaikan (al birr), tidak menyakiti (al itsm).
Bahkan dalam sistem kehidupan yang diatur dalam Konstitusi Madinah itu ditegaskan bhw orang Yahudi dan orang Islam (mukminin) adalah "satu ummat", saling bahu membahu dan memikul beban (psl 24 - 23).
Jadi tegas sekali dalam piagam perjanjian aliansi keamanan Madinah ini bahwa non muslim yang baik dan tunduk pada aturan perjanjian bersama adalah satu umat yg bersaudara bagi umat Islam, saling melindungi dan mereka tidak disebut kafir.
Jadi tidak semua non muslim bisa dipukul rata dan membabi buta disebut kafir. Hanya non muslim yang ingkar, menolak Islam, mengkhianati keaepakatan dan memusuhi umat Islam sj yg layak dipanggil kafir.
Bagaimana kita ?
NKRI bukan negara agama (khilafah, teokrasi) dan bukan pula negara sekuler tapi negara bangsa yg terbentuk atas dasar kesepakatan para pendiri dari berbagai latar agama. Dalam nation state ini Pancasila juga sudah disepakati sebagai nilai dasar yang mempersatukan dan melindungi. Semua warga negara adalah sama di depan hukum tanpa diskriminasi papaun.
Dalam fikih klasik memang warga negara dibagi menjadi muslim dan kafir (zimmi, musta'man, mu'ahad, dll). Kategori ini wajar saat itu karena memang dibuat sesuai dg eranya, sistem berdasarkan agama tertentu dan feodal. Era moderen jauh berbeda dan banyak perubahan. Maka kategori tsb tidak relevan lg, termasuk di Indonesia.
Persis dg Konstitusi Madinah, dan sejalan dgn prinsip al Quran, maka dasar negara dan konstitusi Indonesia jg merupakan perjanjian kesepakatan bersama untuk tidak membeda2kan semua anak bangsa. Maka dalam kehidupan berbangsa dan beragama tidak perlu lg kita memanggil kafir kpd orang lain beda agama, apalagi yg satu agama tapi beda paham. Lebih rusak parah lg jika ada yg sampai mengusulkan nama Surat Al Kafirun diganti dg nama Surat Non Muslim .. Jadilah orang yg cerdas dan waras ... Salam Waras dan lanjuttt ... !!!
TEKS PIAGAM MADINAH
صحيفة المدينة
Piagam Madinah (Bahasa Arab: صحیفة المدینه, shahifatul madinah) juga dikenal dengan sebutanKonstitusi Madinah, ialah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang merupakan suatu perjanjian formal antara dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-kaum penting di Yathrib (kemudian bernama Madinah) pada tahun 622. Dokumen tersebut disusun sejelas-jelasnya dengan tujuan utama untuk menghentikan pertentangan sengit antara Bani 'Aus dan Bani Khazraj di Madinah. Untuk itu dokumen tersebut menetapkan sejumlah hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kaum Muslim, kaum Yahudi, dan komunitas-komunitas pagan Madinah; sehingga membuat mereka menjadi suatu kesatuan komunitas, yang dalam bahasa Arab disebut ummah. (http://id.wikipedia.org/wiki/Piagam_Madinah)
Monday, March 4, 2019
KEMBALI KE AL-QURAN , SEBUT YANG TAK BERIMAN KAFIR. ...
SEBUTAN KAFIR adalah gelaran yang diberikan oleh Allah kepada mereka yang mengingkarinya, istilah kafir terdapat dalam al-Quran maupun hadist Nabi Muhammad SAW. sebutan itu jelas masih ada terlepas dari mereka yang tak beriman suka atau tidak dengan sebutan itu, Sampai pada sebuah kelompok orang Muslam yang masih Muslim secara jelas jelasnya menyatakan tidak berlakuknya petunjuk Allah dengan apapun alasannya. Tetapi bisa dimaklumi karena hal tersebut diungkapkan oleh kelompok yang dikenal dengan istilah 'Islam Liberal'
Harapan kita Kelompok Islam Liberal hendaknya diusir dari NU, NU itu organisasi besar dan kebanggaan Islam di Indonesia, NU akan berantakan bila dibiarkan Islam Liberal beraksi dengan pemikirannya yang trerlepas dari ikatan dengan Tuhan Allah, . Ciri ciri pemikiran liberal adalah pemikiran yang bebas dan tak terikat dengan pihak manapun termasuk keterikatan terhadap Tuhan. Itu manakala mereka benar benar menganut liberal. Kalaupun sekarang mereka masih setengah liberal, justeru disitulah letak ketrsesatan ummat. Lebih baik kelomok liberal itu mencanangkan untuk melepaskan diri dari ikatan kepada Tuhan, karena keliberalan dan ikatan kepada Tuhan memang tak dapat dilakukan secara bersama. Jika beragama, maka seseorang harus terikat dengan ajaran agama.
Bila NU masih akan menampung pemikiran libral, maka hampir dapat dipastikan kehancuran akan dialami NU, secara fisik boleh boleh saja NU akan nampak mewah, tetapi sesungguhnya NU akan kehilangan nilai yang selama ini nilaio nilai itu telah berhasil membesarkan NU. Sungguh Fatwa kelompok Liberal yang mengatakan istilah Kafir tak berlaku lagi di Indonesia. Yang jelas pemikiran itu dilatar belakangi pemikiran politis yang fragmatis, bukan berdasarkan otentik dari firman Allah dan Sabda Rasul. Bagaimana mungkin menetapkan fatwa keagaan Islam berdasarkan perasaan penganut agama lain yang keliru. Bagaimana tidak dikatakan keliru bila faham Islam saja tidak, tau tau menolak kata kata kafir, dan itu dijadikan dasar pertimbangan para liberalis.
Harapan kita Kelompok Islam Liberal hendaknya diusir dari NU, NU itu organisasi besar dan kebanggaan Islam di Indonesia, NU akan berantakan bila dibiarkan Islam Liberal beraksi dengan pemikirannya yang trerlepas dari ikatan dengan Tuhan Allah, . Ciri ciri pemikiran liberal adalah pemikiran yang bebas dan tak terikat dengan pihak manapun termasuk keterikatan terhadap Tuhan. Itu manakala mereka benar benar menganut liberal. Kalaupun sekarang mereka masih setengah liberal, justeru disitulah letak ketrsesatan ummat. Lebih baik kelomok liberal itu mencanangkan untuk melepaskan diri dari ikatan kepada Tuhan, karena keliberalan dan ikatan kepada Tuhan memang tak dapat dilakukan secara bersama. Jika beragama, maka seseorang harus terikat dengan ajaran agama.
Bila NU masih akan menampung pemikiran libral, maka hampir dapat dipastikan kehancuran akan dialami NU, secara fisik boleh boleh saja NU akan nampak mewah, tetapi sesungguhnya NU akan kehilangan nilai yang selama ini nilaio nilai itu telah berhasil membesarkan NU. Sungguh Fatwa kelompok Liberal yang mengatakan istilah Kafir tak berlaku lagi di Indonesia. Yang jelas pemikiran itu dilatar belakangi pemikiran politis yang fragmatis, bukan berdasarkan otentik dari firman Allah dan Sabda Rasul. Bagaimana mungkin menetapkan fatwa keagaan Islam berdasarkan perasaan penganut agama lain yang keliru. Bagaimana tidak dikatakan keliru bila faham Islam saja tidak, tau tau menolak kata kata kafir, dan itu dijadikan dasar pertimbangan para liberalis.
Saturday, March 2, 2019
NGERI! La Nyalla: POTONG LEHER Saya Jika Prabowo Menang di Madura
LA NYALLA itu dikenal sebagai Pengurus PSSI, se[akbola Indonesia. Bukan politisi, tetapi belakangan setelah masa baktinya di PSSI yang selama kepemimpinanya pnuh hirukpikuk perselisihan itu beliau dikenal sebagai politisi. Tulisan ini sebenarnya kurang tepat waktu untuk diketngahkan, karena dalam pernyaraan politik perkataan La Nyalla itu kurang kondsisten, tetapi ini sebuah perpolitikan di Indonesia, yang nanti pada suatu saat sangat dibutuhkan bagi anak anak kita penerus generasi ini, semoga saja cara La Nyalla berpolitik iniakan menjadi pelajaran yang berharga. Katakanlah La Nyalla memang masih berbau kencur dalam berpolitik, tetapi bukankah di belakang La Nyalla adalah pemegang kekuasaan. Kita mengharapkan politik Indonesia akan mencapai martabat yang mulia, barangkali saja cara politik La Nyalla merupakan salah satu anak tangga yang harus dipijak. Dan sekali kali mengira mereka yang sekarang sedang duduk di Srnayan mewakili kita lebih mulia dari La Nyalla. Jadi jangan sekali kali hinakan La Nyalla sebagai politisi.
Pelajaran politik apa yang bisa diambil dari kasus Laa Nyalla ?. Saya ingin katakan bahwa sesungguhnya La Nyalla dalam dunia politik hampir tak memilikiperbedaan dengan politisi kawakan sekalipun. Jangankan itu, dalam debat Cawaprespun justeru petahana lebih agresip menyerang persona, ketimbang pesaing.
Tak bedanya degan tim sukses dan tim kampanyenya, yang sering ditampilkan di berbagai TV swasta justeru Tim Sukses petahana nampak lebih berusaha mengusai sebagian besar durasi pembahasan untuk menyerang sng penantang secara demagogi. Kalaupun sejatinya ingin memberikan gambaran buruk bagi lawan debat, tetapi setidaknya jangan berusaha menghabiskan durasi hanya baginya untuk bicara, jika memang ingin mencerdaskan publik yang memirsa, maka sebagiknya diberikan keadilan dalam durasi bicara.
Terus terang bagi rakyatyang mulai melek politik sebenarnya mulai muak dengan pencitraan dan demagog dengan menyerang persona. La Nyalla berhasil memahami bagaimana buruknya cara orang orang senayan berpolitik. Bahkan petahana berusaha melakukan pencitraan atau berbagai kepalsuan, yang lama lama orang akan mengetahui semua setelah petahana seperti tak menggubris segala janji janjinya pada saat kampanye sebelumnya.
Kita harus mendukung kampanye akal sehat, dan itu harus dilakukan terus menerus utamanya setelah selesai Pipres nanti agar kita beramai ramai mengkampanyekan akal sehat, yang sekarang dikampanyekan Rocky Gerung, kita berharap kita dapat saling mendukung, terlepas siapapun yang keluar sebagai pemenang dalam Pilpres nanti. Sehingga orang orang seperti La Nyalla tak keliru dalam mengapresiasi kekuasaan. Politik La Nyalla sementara ini seperti memahami bahwa " Siapa uang berkuasa maka Dia yang benar"
Pelajaran politik apa yang bisa diambil dari kasus Laa Nyalla ?. Saya ingin katakan bahwa sesungguhnya La Nyalla dalam dunia politik hampir tak memilikiperbedaan dengan politisi kawakan sekalipun. Jangankan itu, dalam debat Cawaprespun justeru petahana lebih agresip menyerang persona, ketimbang pesaing.
Tak bedanya degan tim sukses dan tim kampanyenya, yang sering ditampilkan di berbagai TV swasta justeru Tim Sukses petahana nampak lebih berusaha mengusai sebagian besar durasi pembahasan untuk menyerang sng penantang secara demagogi. Kalaupun sejatinya ingin memberikan gambaran buruk bagi lawan debat, tetapi setidaknya jangan berusaha menghabiskan durasi hanya baginya untuk bicara, jika memang ingin mencerdaskan publik yang memirsa, maka sebagiknya diberikan keadilan dalam durasi bicara.
Terus terang bagi rakyatyang mulai melek politik sebenarnya mulai muak dengan pencitraan dan demagog dengan menyerang persona. La Nyalla berhasil memahami bagaimana buruknya cara orang orang senayan berpolitik. Bahkan petahana berusaha melakukan pencitraan atau berbagai kepalsuan, yang lama lama orang akan mengetahui semua setelah petahana seperti tak menggubris segala janji janjinya pada saat kampanye sebelumnya.
Kita harus mendukung kampanye akal sehat, dan itu harus dilakukan terus menerus utamanya setelah selesai Pipres nanti agar kita beramai ramai mengkampanyekan akal sehat, yang sekarang dikampanyekan Rocky Gerung, kita berharap kita dapat saling mendukung, terlepas siapapun yang keluar sebagai pemenang dalam Pilpres nanti. Sehingga orang orang seperti La Nyalla tak keliru dalam mengapresiasi kekuasaan. Politik La Nyalla sementara ini seperti memahami bahwa " Siapa uang berkuasa maka Dia yang benar"
Subscribe to:
Posts (Atom)