Tuesday, October 27, 2020
Thursday, October 15, 2020
Amien Rais: Jokowi Inisiator Omnibus Law, DPR Tukang Stempel
SEBAIKNYA DI SIMAK dengan segala lapang dada apa yang disampaikan Amin Raais ini, pihak asing berfikiran waras saja menyarankan agar tidak mempraktekkan omnicuslau di Indonesia, karena diberbagai negara yang telah lebih hahulu mnerapkannya telah mengalami kehancuran yang besar. Padahal mereka adalah negara kuat yang ekonominya stabil, sementara Indonesia memang telah lama goyah semenjak beberapa tahun perkembangan rkonomi tidak bergerak dari lima prosen.
Wednesday, October 14, 2020
DIKDOANG : PULANG, SETELAH MENUNDUKKAN DUNIA.
\
YA, KITA MENGENAL DIK DOANG adalah sebasgai seniman, dia menyanyi dan juga melukis, gemar mengarang lagu, walaupun belum pernah terdengan menang lomba. Tetapi ternyata di luar liputan mdia dia mengantongi sukses besar/ Dia berhenti bekerja, setelah sukses meundukkan dunia. Dia menekan sejumlah kontrak untuk meliput berbagai even kelas dunia, keahliannya sebagai penulis lagu, pelukis, dan bahkan penyanyi dan presenter kawakan. Tetapi kesuksesan dan kekayaan itu selain kita akan dibuat mabuk dengan berbagai pujian pujian, ternyata sikses dan banyak uang akan membawa seseorang akan terjauh dari Tuhan, Sehingga dia memutuskan untuk bekerja dan mulai mencari sasaran sejumlah anak anak terlantar, pustus sekolah, boroken home dan berbagai kisah tragis lainnya. Dan dia mendirikan sebuah Institut, yang sering disebutnya sebagai rumah jurang, disan dia mengajak anak didiknya untuk sekolah dialam terbuka ini. Atau tepatnya sekolah alam.
Dalam ceramahnya yang disampaikan melalui Zom Meeting DikDoang mengatakan bahwa pada Usia ujung 40=an atau 50 tahun seseorang harus berhenti bekerja. Pada usia 40-an seseorang harus berhasil menundukkan duniam selama sepuluh tahun seseorang menambah tabungannya, sehingga usia 50 tahun berhenti bekerja mencari uang, tetapi memperbanyai ibadah kepada Allah. Pada usia 50 itu maka seseorang sudah cukup waktu untuk kayaraya, kalau memang akan kaya. Dia telah menundukkan dunia, jika memang akan menundukkan dunia. Jika pada usia segitu dia masih asik bekerja mengumpulkan kekayaan, itu artinya Ia akan terjauh dari Tuhan, Kalau masih sibuk mencari sesuap nasi artinya memang sudah gagal. Umur 50 tahun seharusnya penghasilan harian itu berjalan otomatis.
Bila pada usia 50 masih belum juga menyediakan hari hanrinya fokus untuk beraktivitas menegakkan agama Allah, maka akan sulit Ia menambal kekurangannya pada sebelumnya.Usia ummat Muhammad SAW itu sekitar 60 sd 70 tahu. Jadi usia 50 tahun start untuk dakwah sebenarnya start yang keliru,
Sunday, October 11, 2020
SEHARI DI SINGAPURA
Friday, October 9, 2020
OMNIBUSLAW, PENETAPAN HUKUM PALING BRUTAL.
Thursday, October 8, 2020
BERIKAN KEBEBASAN ULAMA BICARA
MUSTAHIL, ulama untuk sementara ini akan mendapatkan kebebasan untuk bicara, karena Kemenag atas nama Negara dan Pemerintah sedang berusaha keras untuk menerbitkan sertivikat ulama, sebagai jaminan bahwa ulama yang bersangkutan benar telah memiliki pengetahuan yang standar, dan yang lebih penting tidak menunjuk indikasi kebencian kepada Bangsa dan Negara. atau entah apa uraian yang pas, tetapi jumlah mereka yang telah lulus dan mengantongi sertivikat terlalu sedikit, namun demikian kita harus bersyukur dengan adanya yang sedkit itu karena ditangan mereka yang sedikit itulah sesungguhnya bangsa ini akan terpelihara. Namun mengingat ummat yang demikian banyak dan tersebar di wilayah yang sangat luas ini maka yang lain, walaupun ilmu mereka di mata Pewmerintah keilmuan serta persaratan lainnya masih dianggap belum memenuhi standar, tetapi kita minta Pemerintah untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang memang sebelumnya telah terbiasa mengelola dan menjadi pembimbing dari sejumlah komunitas jama'ah yang mereka bina selama, biarkanlah mereka melaksanakan tugas mulia mereka.
Prinsip New Normal Dijelaskan Rasulullah 14 Abad Silam
PENGANTAR : Pada hakekatnya masalah virus corona belum lagi selesai, bahkan statistik cenderung naik, tetapi karena kebutuhan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari hari sehingga mereka sulit untuk menghindari berbagai aktivitas dan terjadinya kerumunan. Pemerintrah seperti ada kesulitan untuk merumuskan dan memadukan konsepnya, oleh karenanya dibutuhkan kemampuan belajar mandiri agar jangan terlalu menjadi korban seperti nasib sekolah kita.
Akhir-akhir ini hampir setiap orang membicarakan new normal sebagai fase kelanjutan dari karantina mandiri dan beberapa protokol kesehatan lainnya. New normal secara faktual di lapangan sebagai cara hidup baru di tengah pandemi virus corona. Badan Bahasa sudah memberikan istilah Indonesia-nya, yaitu kenormalan baru. Namun, tampaknya masyarakat lebih senang menggunakan istilah new normal.
Mungkin yang lebih tepat dipakai dalam era new normal itu al-ta’ayusy atau hidup berdampingan (bukan berdamai) dengan Covid-19. Sebab, menurut para ahli epidemi corona akan tetap eksis dalam kehidupan kita, padahal roda perekonomian harus terus berjalan. Umat bergama harus bisa lagi melakukan ibadah di tempat peribadatannya. Para pegawai harus segera masuk kantor lagi. Siswa, santri, dan mahasiswa harus segera kembali ke lingkungan belajarnya. Semua juga orang harus kembali kepada pekerjaan rutinitasnya. Karena itulah, tidak ada jalan lain. Kita harus hidup berdampingan dengan Covid-19 sekalipun tetap bermusuhan.
Inilah yang mendorong kita berkomitmen untuk mempunyai sikap kehati-hatian di semua sektor kehidupan dengan meletakkan protokol kesehatan di atas segalanya. Beberapa waktu terakhir ini, tingkat kesadaran masyarakat akan kesehatan telah meningkat secara signifikan sehingga ada sebagian daerah yang mulai pelonggaran PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Namun, hal ini tidak boleh mengendorkan kita dalam memberlakukan protokol kesehatan.
Terlepas kita setuju atau tidak dengan istilah new normal, Rasulullah SAW 1.400 tahun lalu telah memberi petunjuk sebagai protokol kesehatan dan rujukan dalam kondisi wabah yang sedang menerpa.
1. Petunjuk Nabi SAW yang berhubungan dengan perilaku dan etika pergaulan sehari-hari antara lain sebagai berikut.
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سَعَدْ بْنِ سِنَانِ الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلَّمَ قَالَ : لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ
Dari Abu Sa’id, Sa’ad bin Sinan al-Khudri RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: "Tidak boleh melakukan perbuatan yang bisa membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain." (HR Ibnu Majah, No 2340 dan 2341).
Ada beberapa pendapat tentang pemaknaan dharar dan dhirar. Ada yang memaknai dharar itu perbuatan yang membahayakan diri pribadi, sedangkan dhirar adalah perbuatan yang membahayakan orang lain. Ada lagi yang memaknai dharar adalah perbuatan yang bisa menimbulkan kerusakan kepada orang lain, sedangkan dhirar adalah membalas kerusakan dengan kerusakan lain, baik disengaja maupun tidak.
Al-Khasyani mengartikan dharar itu perbuatan yang menguntungkan diri pribadi, tetapi mencelakakan orang lain, sedangkan dhirar adalah perbuatan yang yang tidak menguntungkan kepada diri pribadi, tetapi bisa membahayakan orang lain. Ibnu ‘Utsaimin mengartikan dharar itu perbuatan yang membahayakan tanpa disengaja, sedangkan dhirar adalah perbuatan yang membahayakan yang direncanakan. Terlepas dari berbagai pemaknaan tersebut, baik dharar ataupun dhirar dilarang oleh ajaran Islam.
Adapun kontekstualitas hadits ini dalam era new normal bahwa kita dianjurkan tetap bekerja, tetapi harus dipikirkan terlebih dahulu apakah pekerjaan itu bisa membahayakan pada diri pribadi dan orang lain atau tidak. Jika bisa membahayakan maka harus dicari caranya supaya tidak membahayakan.
Misalnya, kita bekerja dalam keadaan batuk dan sering bersin. Jelas hal ini bisa membahayakan diri kita ataupun orang lain maka langkah preventif sesuai hadits itu yang bersangkutan tidak usah berangkat kerja ataupun jika harus bekerja dia harus pakai masker dan rajin mencuci tangan.
Namun, sekarang ini ada sebagian orang yang termasuk kelompok OTG (orang tanpa gejala), yaitu orang tanpa keluhan, tetapi yang bersangkutan pernah melakukan kontak dengan klaster yang terindikasi Covid-19 sehingga dia berpotensi menularkan virus corona. Maka, yang bersangkutan supaya tidak mencelakakan orang lain harus memperhatikan protokol kesehatan, paling tidak menggunakan masker, jaga jarak, dan sering cuci tangan. Rasulullah SAW bersabda:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من ضارّ ضار الله به . ومن شاقّ شاق الله عليه
Dari Abi Hurairah RA dia berkata: bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa membahayakan orang lain maka Allah akan membalas bahaya kepadanya dan barang siapa menyusahkan atau menyulitkan orang lain maka Allah akan menyulitkannya." (HR al-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Banyak orang beranggapan bahwa masjid dan tempat ibadah lainnya adalah tempat orang berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga tidak usah diberlakukan protokol kesehatan. Dalam konteks new normal harus ada kesadaran semua lapisan masyarakat, baik yang masuk ke masjid maupun ke pasar atau ke tempat berkerumun orang banyak di mana saja. Mengacu kepada hadits di atas maka protokol kesehatan harus diutamakan sehingga berbagai kemungkinan masuknya virus corona yang membahayakan sebisa mungkin ditolak, sesuai dengan kaidah al-dharār yudfa’u bi qadril imkān (sebisa mungkin kerusakan harus ditolak).
Pada akhirnya masuk pada level al-dharār yuzālu (kerusakan harus dihilangkan). Jika semua masyarakat bisa disiplin berpegang teguh kepada hadits di atas beserta kaidah-kaidah yang diambil darinya, secara pelan tetapi pasti rantai penyebaran virus corona bisa diputus.
Untuk melaksanakan hadits di atas, seyogianya di tempat berkerumun orang banyak disediakan sabun pencuci tangan beserta air yang mengalir. Jika memungkinkan masker juga disediakan sehingga semua orang yang masuk ke masjid, pasar, dan tempat orang berkumpul menggunakan masker.
Sumber : Republika Co.Id dikopy Jum'at 9 April 2020
Pandemi Virus Corona Jadi Buku Seharga Rp 250 K, Ditulis 110 Orang dari Guru Besar Hingga Wartawan.
Resensi Buku.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA-- Persatuan Penulis Indonesia (Satupena) bekerja sama dengan Penerbit Balai Pustaka menerbitkan buku 'Kemanusiaan pada Masa Corona' setebal hampir seribu halaman.
Buku ini menjadi kontribusi nyata 110 penulis anggota Satupena.
Mereka berlatar belakang berbagai disiplin keilmuan serta genre penulisan non-fiksi berupa esai, fiksi berupa cerpen, puisi dalam menyikapi pandemi Covid 19 yang melanda seluruh dunia terutama Indonesia.
Para penulis yang menyumbangkan karyanya merupakan para penulis profesional yg bekerja sebagai ilmuwan, dosen, peneliti, ahli biografi, penulis buku anak, penyair, dan agamawan dari berbagai usia.
Ada profesor ada juga sastrawan dan wartawan.
Karya-karya mereka selama ini dikenal luas dan banyak menerbitkan buku dan menulis di berbagai media dalam rentang waktu yang panjang.
Di antara para penulis buku ini ada nama Arahmaiani, Prof Azyumardi Azra, Nasir Tamara, Hera Supolo Sudoyo, Akmal Nassery, Prof Komaruddin Hidayat, Tommy F. Awuy, dan Mikke Susanto.
Ada juga Asma Nadia, Murti Bunanta, Connie Rakahundini, Ilham Bintang, Putu Setia, Alberthiene Endah, Fanny G. Poyk serta Artie Ahmad.
Ketua Umum Satupena, Dr. Nasir Tamara, menjelaskan gagasan dan proses penerbitan buku 'Kemanusiaan pada Masa Corona'.
Prosesnya telah melewati pembahasan serius dan panjang di kalangan anggota organisasi penulis Indonesia yang didirikan melalui Kongres penulis Indonesia di Solo tahun 2017 ini.
Nasir Tamara didampingi Dirut Balai Pustaka, Achmad Fachrodji, dan Ketua Bidang Humas dan Media, Fakhrunnas MA Jabbar kepada pers
''Terwujudnya buku ini merupakan kerja keras dengan semangat kekompakan dan kebersamaan seluruh anggota penulis Satupena dalam menghimpun ide yang bernas dalam menyikapi wabah Virus Corona ini," katanya.
Semua bekerja suka rela untuk mempersembahkan sesuatu yang berharga di tengah masyarakat Indonesia sedang mengalami kesulitan akkbat wabah Corona,' kata Nasir Tamara yang juga menjadi chief editor dari buku ini.
''Ini seperti mengikuti deadline kerja wartawan saja. Semoga buku ini menjadi warisan dokumentasi berharga, menjadi saksi sejarah dan dikenang generasi anak cucu kita kelak,'' ujar Ilham Bintang.
Satupena sejak berdiri aktif dalam menginisiasi berbagai aktivitas kepenulisan, perbukuan melalui berbagai seminar, diskusi dan pameran buku baik dalam maupun luar negeri.
Buku ini dibanderol dengan harga Rp 250 ribu/eksemplar atau 'Rp 250 K/eksemplar'.
xxx
Sumber : Wartakota, dikutip 8 September 2020
COVID 19. JANGAN MEMBUAT KITA JADI BIADAB.
ASTAGHFIRULLAH.
DIBERITAHUKAN kepada Sang suami bahwa jenazah isterinya telah diberikan pelayanan sebaik baiknya sesuai dengan protokol kesehatan, segala sesuatunya telah berjalan dengan lancar ..., Sang suami yang tadi diusir dari kamar mayat tercenung. Dan ini foto nya sebagai bukti bahwa kami telah laksanakan sebaik mungkin. Suami menerima foto itu langsung menjerit Astaghfirullah dan mengamuk. Dia tak sudi, tubuh isterinya yang telah kaku itu difoto dalam keadaan telanjang bulat, empat peria menjamah mayat itu mereka adalah tenaga profesional di rumah sakit itu, secara kebetulan petugas wanita sedang tak ada, penjelasannya. Biadab, ini praktik biadab. Petugas yang berpenampilan sebagai penguasa mutlak , dan seolah yang paling boleh melakukan apa saja sesuai dengan kemauan mereka dengan dalih protokol kesehatan. Sang Suami tak mau terima. Mayat ustazah Guru Ngaji itu telah dilecehkan secara biadab sudah dimaksukkan ke kotak mayat. Tinggal lagi foto bugilnya bersama empat peria penjamahnya jadi saksi yang menyakitkan hati ummat Islam.
Kalau saja diantara kita sesama masih mau menghormati agama yang dianut oleh orang lain, saya yakin pristiwa itu tak akan pernah terjadi. Gugus tugas tak akan berani melanggar kaidah agama. Karena agama Islam dalam melayani sebuah jenazah sangatlah hormatnya, Apalagi itu jenazah mayat wanita. Semua laki laki menjau, kepengurusannya hanya dilakukan oleh perempuan, dan itupun anak anak dan orang orang terdekat saja, itupun dengan segala hormat mayat masih ditutupi guna menghindari singkapan skecil apapun, selagi jasad mayat masih bisa dibersihkan.
Lelaki mana pula yang rela mayat isterinya dibugili dijamah laki laki lain dan di foto, sebagai bukti. Bisa jadi foto bugil itu adalah fotonya yang terakhir, malang nian niannya. Apalagi para guru kita sejak dahulu memberitahukan bahwa mayat mayat itu masih mengetahui dan mengenali siapa siapa yang mengurusinya ketika telah menjadi jenazah. Jangankan yang mengurusi jenazah, mereka yang ikut mengangkat keranda saja, diminta selai n sebagai keluarga dekatnya, mereka harus terdiri dari orang orang yang ahli ibadah serta bersig dari perbuatan mungkar, dosa yang melekat ditangan pengusung jenazah itu akan menyiksa jenazah itu juga.
Bisa jadi saat ketika jenazah ustadzah ditelanjangi dan dimandikan oleh empat orang peria petugas protokol kesehatan, almarhumah menjerit jerit histeris. Karena sesosok jebazah masih mengetahui siapa yang mewlayaninya dan siapa yang menghantarnya. Sungguh peristiwa keji inio adalah sesuatu yang sangat menyayat poerasaan suami serta putra putrinya, bahkan bagi seluruh ummat Islam.
Mengapa gara gara corona covid 19, kita yang berp[ancasila dan berketuhanan yang maha Esa berubah menjadi berutal dan biadab. Astaghfirullah. Semoga tak teruilang.
Wednesday, October 7, 2020
MARI KITA SELAMATKAN ADIK ADIK KITA.
Tuesday, October 6, 2020
MUHAMMADIYAH, REJIM PENGUASA SEKARANG INI UGAL UALAN.
PEMERINTAH DAN DPR UGAL ULAN, Muhammadiyah tetap menyurati Pemerintah dan DPR, setelah tiga surat terdaulu yang ditembuskan ke berbagai pihak tak digubris oleh Pemerintah dan DPR terkait pengesahan sejumlah aturan yang terkait onibus law, Walaupun Pemerintah dan DPR masih bersikap tutup mata dan telinga, tetapi Muhammadiyah akan tetap menempuh jalur yang elegan dan tak menimbulkan kekisruhan. Muhammadiyah sebelumnya memenag telah membantuk Tim lintas disiplin ilmu dengan cara menghadirkan sejumlah pakar terkait, dan telah melayangkan tiga surat terdahulu., namu Pemerintah menutup maka dan telinga. Mereka menganggap ralyat itu seperti tak ada. Tak ada istilah lain yang digunakan Busro Muqoddas Wakil Ketua Bidang Hukum Muhammadiyah bilang tak ada lain, Pemerintah melakukan pencurian Demokrasi secara ugal ugalan.
NAJWA VERSUS WAKIL RAKYAT UNTUK PARTAI.
KUNJUNGAN PERTAMA ADIK ADIK PII.
TAK TERKIRA rasa riang di hati menerima kun jungan dari empat orang anggota Pelajar Islam Indonesia (PII) terasa agak keren ketika para senir membuat terjemahan dalam bahasa Inggar menjadi IMSA Indonesian Moslem Studen Association. Rasa kanegn dihati luar biasa, diselingi rasa heran dan tandatanya yang memang sore tadi Selasa 6 Oktober 2020 muncul tenggelam walau dilain pihak aku berusaha menghapusnya. Mereka para seniornya sudah lama tak menginjakkan kami di halaman rumahku yang sederhana itu.
Dalam satu pertemuan yang dihadiri oleh Keluarga Besar PII dan aktivis PII yang saya juga hadir dalam pertemuan itu. Keluarga Besar PIi artinya mantan aktivis sepertyi kami kami ini. Pada pertemuan tersebut saya melihat dahulu ada kekakuan dari adik adik PII, pada saat itu memang menjelang Pemilihan Presiden, Jokowi- Yusuf Kalla versus Prabowo Sandiaga Uno. Di kubu Jokowi-JK terlihat beberapa orang eks Aktivis PII. Saya tidak tahu kekakuan mereka itu apakah terkait dengan suasana Pilpres, atau bukan. Tetapi bisa saja begitu adanya.
Bagi saya tidaklah menjadi persoalan, karena saya tahu poersis bagaimana PII bersikap, waktu zaman kami dahulu kami memang umumnya tak suka dipengaruhi politisi, hatta mereka eks aktivis PII. Seorang anggota sebuah partai pernah mengiritik Ketua kami yang menjadikan rumahnya sebagai sekretariat PII Lampung, beliau yang kelahiran Makasar itu mengatakan seandainya kalian membuat Sekretariat PII di kamar tidur Beliau sekalipun saya tidak yakin beliau mampu mempengaruhi kalian, saya tahu bagaimana cara anggota PII bersikap, apatah lagi cuma menempati gudang kosong disamping rumahnya, kata tokoh tadi serius. Kita jaga perasaan umum yang tak pahan PII saja, katanya sambil tertawa. Saya kenal luar dalam sikap angghota PII katanya.
Pada saat mereka datang dan memperkenalkan diri, belum lagi tuntas mereka bicara yang terasa sangat formal itu, pembicaraan sudah saya ambil alih. untuk meceriterakan beberapa kisah dan kasus yang bagi saya menarik karena ada kaitang langsung dengan apa yang saya perbuat selama aktif di PII. Antara lain bahwa kehadiran saya di PII agak aneh, karena saya naru mengikuti Basic Training sepulang saya mengikuti Muktamar PII di Jakarta. pada saat terjadi perpindahan era kepemimpinan dari Periode Yusuf Rahimi ke era Yunani Alautsyah. Tetapi memang sya sebelumnya terlibat sibuk sibuk pencarian dana.
Pelatihan Formal saya tak begitu menarik, karena saya hanya mengikuti pelatihan di Lampung saja, sementara teman teman lain keliling, ikut bergabung di pelatihan yang diselenggarakan di Bandung, Jakarta, Jogjakarta, Solo, Curabaya dan lain lain. Saya hanya sekitar, Pringhsewu, Metro dan Kotabumi serta Bandar Lampung saja.
Terlalu banyak saya bercerita hingga tak terasa waktupun menjelang Azan magrib, saya tanya apa rencana kegiatan kalian.Mau intermedeate Pak jawab mereka serentak. Kasih nomor rekenang kalian nanti kuisi, entah berapapun. Waktunya tak kujanjikan, tapi yang sudah dapat kupastikan jumlahnya tak banyak. Mereka tertawa hambar. Sayang wealaupun nama sudah mereka sebut satu persatu waktu datang, sepulang mereka nama itu langsung lupa. Tapi untuk mengisi rekening mereka insya Allah tak akan lupa.
Monday, October 5, 2020
NAUZUBILLAH, JANGAN SAMPAI UMMAT ISLAM DIANGGAP MEMBANGUN OPINI DENGAN CARA MENUSUK DAN MEMBUNUH ULAMA. SADIS. ...
JANGAN MEMBANGUN OPINI, KATA Tudingan Kavita Ampera sebagai Kader PDI dengan cara menyatakan jangan samapi ada pihak pihak yang mengaitkan dengan PDI dan PKI yang sedang mengganggu ummat Islam. Walaupun tuduhazn itu juga berarti menuduh atau mengeritik Pemertintah. Mibnta ampun Kavita Ampera, dinginjkan dulu kepalamu agar ngomong gak perlu tabrak sana tabrak sini. Atau juka memang belum siap jangan mau maju sebagai juru bicara mewakili PDI dan Pemerintah sebagai Partai Penguasa, serahkan saja kepada kader yang lain.nalnya. Kaviuta Ampera telah gagal memanfaatkan waktu untuk menjelaskan gagasan gagasannya, karena telunjuknya terlalu buru buru ditudingkan kepada ummat Islam, yang memang setiap kali menjelang #0 September akan selalus aja ada yang mengungkitnya, baik dari kalangan Islam maupun dari kalangan PKI melalui putra putri mereka.