SAYA TERINGAT KETIKA REMAJA. sengaja menunggu tengah malam tiba untuk memetik buah mangga yang nampak hampir ranum, buah itu menjulur ke luar pagar, esok hari mungkin siempunya berniat memetiknya, ada tga buah nampak menantang. Kami beriga sahabat merencanakan operasi tengah malam cabai giling dan garam disiapkan oleh seorang dari kami, tak seorangpun selain kami yang tahu. Besok harinya ku dengan anak gadis dan Ibundanya menyumpah serapah, telinga kututup bantal, tetapi sumpoah serapah tetap menembus.
Ketika DPR memutuskan sesuatu yang memang sejak semula dikritisi masyarakat karena lebih memaihak kepada konglomerat tinimbang rakyat jelata. Keputusan ditetapkan di tengah malam, dengan filosofi tak jauh dari operasi nakal di masa remaja. Saya teringat unkapan seorang negarawan dan pakar hukum tatanegara, dia mengatakan bahwa fasal fasal penting yang akan disyahkan dan diusetujui DPR itu sejatinya ada biaya yang disediakan oleh pemesan. Ucapan itu tak pernah diralat.
Najwa telah merespon prilaku DPR yang kini tak lagi mewakili rakyat, mereka mewakili Pimpinan Partai dan mewakili diri mereka sendiri, walau dibayar dengan uang rakyat. Tapi bayaran dari rakyat, tak selezat bayaran konglomerat.
No comments:
Post a Comment