TAK TERKIRA rasa riang di hati menerima kun jungan dari empat orang anggota Pelajar Islam Indonesia (PII) terasa agak keren ketika para senir membuat terjemahan dalam bahasa Inggar menjadi IMSA Indonesian Moslem Studen Association. Rasa kanegn dihati luar biasa, diselingi rasa heran dan tandatanya yang memang sore tadi Selasa 6 Oktober 2020 muncul tenggelam walau dilain pihak aku berusaha menghapusnya. Mereka para seniornya sudah lama tak menginjakkan kami di halaman rumahku yang sederhana itu.
Dalam satu pertemuan yang dihadiri oleh Keluarga Besar PII dan aktivis PII yang saya juga hadir dalam pertemuan itu. Keluarga Besar PIi artinya mantan aktivis sepertyi kami kami ini. Pada pertemuan tersebut saya melihat dahulu ada kekakuan dari adik adik PII, pada saat itu memang menjelang Pemilihan Presiden, Jokowi- Yusuf Kalla versus Prabowo Sandiaga Uno. Di kubu Jokowi-JK terlihat beberapa orang eks Aktivis PII. Saya tidak tahu kekakuan mereka itu apakah terkait dengan suasana Pilpres, atau bukan. Tetapi bisa saja begitu adanya.
Bagi saya tidaklah menjadi persoalan, karena saya tahu poersis bagaimana PII bersikap, waktu zaman kami dahulu kami memang umumnya tak suka dipengaruhi politisi, hatta mereka eks aktivis PII. Seorang anggota sebuah partai pernah mengiritik Ketua kami yang menjadikan rumahnya sebagai sekretariat PII Lampung, beliau yang kelahiran Makasar itu mengatakan seandainya kalian membuat Sekretariat PII di kamar tidur Beliau sekalipun saya tidak yakin beliau mampu mempengaruhi kalian, saya tahu bagaimana cara anggota PII bersikap, apatah lagi cuma menempati gudang kosong disamping rumahnya, kata tokoh tadi serius. Kita jaga perasaan umum yang tak pahan PII saja, katanya sambil tertawa. Saya kenal luar dalam sikap angghota PII katanya.
Pada saat mereka datang dan memperkenalkan diri, belum lagi tuntas mereka bicara yang terasa sangat formal itu, pembicaraan sudah saya ambil alih. untuk meceriterakan beberapa kisah dan kasus yang bagi saya menarik karena ada kaitang langsung dengan apa yang saya perbuat selama aktif di PII. Antara lain bahwa kehadiran saya di PII agak aneh, karena saya naru mengikuti Basic Training sepulang saya mengikuti Muktamar PII di Jakarta. pada saat terjadi perpindahan era kepemimpinan dari Periode Yusuf Rahimi ke era Yunani Alautsyah. Tetapi memang sya sebelumnya terlibat sibuk sibuk pencarian dana.
Pelatihan Formal saya tak begitu menarik, karena saya hanya mengikuti pelatihan di Lampung saja, sementara teman teman lain keliling, ikut bergabung di pelatihan yang diselenggarakan di Bandung, Jakarta, Jogjakarta, Solo, Curabaya dan lain lain. Saya hanya sekitar, Pringhsewu, Metro dan Kotabumi serta Bandar Lampung saja.
Terlalu banyak saya bercerita hingga tak terasa waktupun menjelang Azan magrib, saya tanya apa rencana kegiatan kalian.Mau intermedeate Pak jawab mereka serentak. Kasih nomor rekenang kalian nanti kuisi, entah berapapun. Waktunya tak kujanjikan, tapi yang sudah dapat kupastikan jumlahnya tak banyak. Mereka tertawa hambar. Sayang wealaupun nama sudah mereka sebut satu persatu waktu datang, sepulang mereka nama itu langsung lupa. Tapi untuk mengisi rekening mereka insya Allah tak akan lupa.
No comments:
Post a Comment