Profesi saya yang sesungguhnya adalah sebagai PNS, selepas PNS saya bekerja sebagai Konsultan Pendidikan, bekerjasama dengan Asian Development Bank (ADB) dalam program Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di daerah Sumatera Selatan. Jadi saya bukan peniaga, walaupun pada saat saya masig SD saya sempat berjualan cemilan atau buah buahan, dan sekarang semenjak meninggalkan pekerjaan sebagai konsultan, saya kembali berniaga kecil kecilan, tetapi ingin saya mewariskan kepada siapa saja yang membutuhkan sedikit pengalaman bahwa dalam berniaga kita lebih sering berusaha menghadirkan Allah dalam beraktivitas berniaga, dan dalam berniaga kehadiran Allah memang lebih cepat kita rasakan atau kita sadari dibanding kita bekerja sebagai karyawan, dengan kontrak uraian tugas dan tanggungjawab serta penghasilan yang serba jelas.
Berbeda dengan dunia perniagaan, masih banyak hal dan aspek yang sesungguhnya menjadi kurang jelas bagi kita, sehingga dalam hal ini langsung kepada Tuhan Allah Swt kita berharap akan kehadiranNya. untuk meluruskan segalanya sehingga kelancaran subjektif dalam dunia perniagaan itu juga kepada Tuhan kita harapkan kehadirannya. Itulah sebabnya diakhir tulisan nanti saya menyarankan kepada banyak pihak untuk lebih banyak yang terjun ke dunia perniagaan.
Belum genap seminggu saya didatangi oleh seorang penjual atau pengecer beras yang memiliki pengalaman, wawasan dan permodalam jauh di atas saya, dan beliau mengatakan sedang mencari beras karena tokonya memngalami kekurangan stok beras karena dia sedang sakit hati kepada beberapa vabrik beras asalan yang sekarang menaikkan harga berasnya hingga hampir menyamai harga beras Premium, dan kalaupun dibeli, pihak pabrik hanya memberi jatah sedikit, dengan alasan sudah dipesan oleh penggan lainnya, sehingga akhirnya beliau
mengatakan tertarik untuk menjual beras seperti yang tersedia di warung saya, sebanyak dua ton, atau satu ton dalam setiap jenis dari dua yang diminatinya.
Karena saya hanya seorang pengecer belaka, di mana pembeli saya banyak membeli kiloan, walaupun saya menyiapkan karungan isi lima, kilogram, sepuluh dan duapuluh lima kilo gram, hanya sedikit diantaranya yang membeli dalam jumlah banyak kecuali beberapa, yaitu mereka yang akan menyumbang ke panti asuhan, pengusaha katering dan beberapa diantaranya yang sesekali membeli banyak. Maka saya kurang tertarik menyiapkan stok yang demikian banyak seperti yang dimina. tetapi dua hari kemudian yang bersangkutan menghubungi saya dan kembali meminta dengan melampirkan gambar karung, walaupin tak lagi menyebut ton tonan, melainkan berapa ada adanya.
Akhirnya saya iseng iseng menyiapkan 700 kg dalam dua merk dari ukuran 10 kg dan 25 kg, luar biasa, kesokan harinya 500 kg beras diangkut ke tokonya, pembayaran lancar, dan melalui WA dia meminta lagi. katanya. Walaupun sedikit bimbang akhirnya saya siapkan 1350 kg beras dari tiga jenis pilihan, sudah saatnya saya harus naik kelas,untuk mampu menyediakan satu ton dalam zetiap itemnya untuk kebutuhan yang bersangkutan. Tetapi apa hendak dikata berbagai komplin terhadap beras yang saya siapkan, sehingga kesimpulannya tidak jadi. Saya pasrah. Di harga beras yang sekarang sedang gila gilaan. Saya hanya berharapbahwa jumlah beras yang sudah over itu bisa habis sebelum beras megalami kerusakan.
Di luar dughaan saya ternyata seorang pemilik warung makan mendatangi warung saya dan tidak banyak basa basi setelah mencoba meneliti keadaan beras yang ada di warung, beberapa detik meneliti dengan mengamati secermat mungkin, nampak pandangan seperti jauh dimana, kembali Ia menanyakan harga beras dan meminta agar harga diturunkan, setelah terjadi kesepakatan yang semula kami mengira akan membeli satu karung isi 25 kg ternyata meminta diantar ketempat sebanyak dua puluh karung ukuran 25 kg. Jelas ini semua di luar dugaan dan diluar strategikami.
Walaupun semula kami sedikit kecewa ketika langganan sebelumnya menyatakan urung mengambil beras yang sedianya telah dipesannya dengan segala yang meyakinkan, Silih berganti para pelanggan datang dan angka angka menunjukkan grafik naik yang menggembirakan. Memang ketika pelanggan yang memesan hingga mencapai 2 ton dan berkali kali diucapkannya itu menyatakan tidak jadi beras saya, saya tak menampakkan rasa kecewa. Bahkan sebaliknya saya berjanji akan mendatangi tokonya untruk mencari beras walaupin bukan kualitas premium, tetapi akan lebih akrab dengan dayabeli sebagian besar pelanggan. Ucapan itu tarnyata sangat disambut oleh sahabat tadi, dan dia mengajak barter, dia akan membeli sebagian stik saya dengan catatan saya mengambil stok yang dimilikinya, dengan saling menunjukkan nota pembelian sehingga membagi peluang mencapai keuntungan secara fair. Say dipersilakan datang ke tokonya dan membawa sebagian stok yang saya miliki sehingga memungkinkan kami berimbal beli.
Secara diam dian saya menemukan strategi baru dalam penjualan beras, seperti yang banyak dianjurkan oleh para pakar dalam berniaga harus lebih menggunakan otak kanan ketimbang otak kiri, otak kiri. Otak kiri terletak intelektualitas dan kritis, sementara otak kanan berisian intuisi. Dalam dunia perniagaan intuisi lebih diutamakan daripada daya kritis. dengan daya kritis, tentu kita tak akan menerima perlakuan yang tidak konsisten seperti ceritera di atas, tetapi bila menggunakan otak kanan yang terletak pada intuisi, maka dengan intuisi kita harus mencari pada situasi seperti ini, celah yang bisa dimanfaatkan itu yangh mana. Ditengah tengah situasi buruk sebenarnya ada terbentuk keuntungan di sana.
Maka dalam mencari situasi yang menguntungkan itulah yang diharuskan menggunakan otak kanan, para ahli mengatakan bahwa otak kanan akan bekerja seribu kali lebih cepat dan lebih tepat dibanding otak kiri yang padanya terletak, intelektualitas dan kritiks. Memang tidak mudah menggunakan otak kanan karena selam di sekolah formal kita selalu diajarkan untuk kritis, daya kritis seseorang bahkan menjadi ukuran keberhasilan pendidikan. Barangkali itu merupakan salah satu kekeliruan sistem pendidikan kita selama ini. Tentu kita semua harus berusaha terutama untuk anak anak kita, generasi muda kita, untuk ita upayakan agar otak kanannya dapat diaktifkan. Ada berbagai cara untuk menghidupkan otak kanan,
Dari berbagai cara itu maka cara cara spiriyual keagamaan adalah cara yang sangat ampuh dalam upaya menghidupkan otak kanan. Dalam berniaga otak kanan lharus lebih dikedepankan ketimbang otak kiri yang isinya adalah intelegensia dan kritis. Ketika itu saya hadapi saya berusaha setidaknya tidak mengedepankan cara berfikir yang kritis.Bukan mencari cari kesalahan atau kelemahan orang lain, melainkan mencara celah kebenaran, sekecil apapun. Peluang dicari tetapi tidak membiarkan ditipu orang lain. Bedakan antara membiarkan diri ditipu atau dikerjai, dengan mencari caricelah keuntungan atau kebenaran sekecil apapun untuk dikembangkan, bila dengan bahasa bisnis, adalah mencari celah yang saling menguntungkan. Yitu dengan otak kanan.
Sekelumit pengalaman dalam berniaga, tetapi ingin saya rekomendasikan bahwa, bagi siapa saja mereka yang sudah masuk usia pensiun sekalipun, bila memiliki simpanan uang dan ada peluang untuk berniaga kecil kecuilan, maka harus dicoba berniaga, insya Allah akan mendapatkan imbalan keuntungan yang tidak sedikit, gunakanlah kaidah kaidah dan tip membuka usaha baru, yang lebih penting bagi kita yang erusia tua ini adalah mendapatkan sejumlah keunytungan, dan keuntungan itu dapat digunakan untuk ikut berjuang dalam bidang dakwah dan sesekali bisa juga kita memberikan sedekah kepada mereka yang butuhkannya, sekalipun sedikit. Tak akan terasa, karena kita mengeluarkan sebagian dari keuntungan. Sementara anak anak kita kita dorong untuk berniaga,dalam rangka merebut dunia perniagaan dari pihak asing yang menguasai Indonesia pada saat ini, Dalam waktu bersamaan berniaga akan memaksa kita untuk menghadirkan Allah dalam berbagai situasi. Itu rekomendasi saya.
sorry terpuitus ..... tunggu sambungannya