ENTAH apa yang dimaksudkan oleh Sukmawaty Sukarnoputri yang menyimpulkan dalam puisinya bahwa Kidung lebih merdu dibanding suara Adzan. Ada rasa penasaran, setelah dicari di Youtube diketemukan ada Kidung Tantri, dan alangkah mengejutkan, ternyata kidung itu namapaknya bacaan ritual yang dugaan kita adalah Ritual Hindu Bali. Lalu hati ini bertanya lagi apa gerangan maksud membandingkan dan menyimpulkan bahka kidung itu jauh lebih merdu dibanding suara adzan.
Saya tak paham apa itu kidung Tantri dan apa status dan fungsinya adalam pribadatan Agama Hindu Bali bila benar dugaan saya bahwa itu bacaan ritual Agama Hindu Bali.
Yang jelas kita tak boleh membanding bandingkannya mana yang lebih merdu antara Kidung dengan Bacaan Adzan, Bagi pengut Hindu Bali wajar bila mengatakan bahwa Kidung Tantri jauh lebih merdu dibanding suara Adzan. Tetapi penganut agama Islam sudah dapat dipastikan bahwa suara adzan lebih Merdu, bisa saja ada perbedaan subjektif. Itulah sebabnya tak elok membandingkan keduanya karena terkait dengan keyakinan dan kepercayaan terhadap masing masing agama yang dianut.
Yang saya ketahui bahwa bahwa bacaan adzan itu akan mengalun beruntun sambung menyampung mulai dari Subuh ke Dzuhur dan selanjutnya Ashar, Magrib dan Isya sesuia perjalanan waktu, sehingga bazaan itu tak henti henti dari Subuh hinga Isya. Diujung Barat Baru dikumandangkan Azan Subuh di ujung Timur sudah mulai mengumandangkan Adzan Dzuhur dan seterusnya. Ada sedikit jeda, pada saat itu memang waktunya sholatul lail, sholat malam. Dipotret dari atas maka akan nampak suara adzan nan merdu ini menggerakkan banyak orang untuk meninggalkan segala aktivitas, untuk bersujud kepada Allah.
Lalu untuk apa Sukmawati membanding bandingkan bacaan adzan yang sangat mempengaruhi gerak manusia itu dengan keyakinan orang lain. Apoakah dia ingin akan muncul keributan dan ketagangan, sungguh tak dapat dipahami.
No comments:
Post a Comment