INDONESIA MERDEKA DENGAN PEKIK ALLOHUAKBAR
Sayang seribu sayang ada kelompok yang setiap terbangun dan terbuka matanya, pikirannya tak henti henti ingin memisahkan pekikan itu dari NKRI. Telah berbagai cara ditempuh untuk memisahkan Islam dengan Indonesia, ingin dikesankan bukan NKRI manakala di dadanya masih menyisakan keislaman. Upaya ada yang berat dan ada yang ringan, dan ini kali dicoba dengan menggunakan puisi. Sukmawati Sukarnoputri terpili sebagai aktornya. Tujuannya satu ... melecehkan kalimat Tauhid "Allahuakbar" dan pisahkan antara NKRI dengan Islam dan kalimah tauhidnya.
Kini giliran Sukmawati dengan segala persoalannya berhasil dan bersedia dijadikan corong kebencian kepada Islam. Kalimah Tauhid Allahuakbar dijadikan kalimah yang jauh di bawah kidung para ibu ibu manakala ibu ibu sedang berkumpul. Ini adalah penghinaan yang keterlaluan. Bagi seorang yang beriman maka kalimah Allahuakbar seyogyanya menggetarkan hati bagi yang beriman. Demikian sebaliknya.
Perang dengan fitnah dan hoax marak sejak Pilkada DKI, lalu Pilpres dan Pilkada DKI yang terakhir lebih seru lagi. Kini ada babak baru yaitu perang via puisi. Sekedar ujicoba Sukmawati ditampilkan, tetapi saya meragukan keorsinilan Sukmawati sebagai seniman sastrawan. Nanti pada saatnya benar benar akan muncul siapa pemilik wajah, dan siapa pula yang bakalan menimpalinya. Dan ini bisa ramai.
Dahulu di Makkah pada zaman Jahiliyah yang diterjem,ahkan kebodohan, jangan dikira masyarakat pada saat itu benar benar bodoh. Ketika Ka'bah dikuasai Kafir Kuraisy maka dinding Ka'bah sebenarnya mereka jadikan sebagai media perang penulisan puisi. Dan memang kenyataannya puisi itu adalah sesuatu yang memiliki daya magis, yang mampu memberikan pengaruh psikologis, bagi para pengagumnya.
Secara antropologis memang setiap komunitas memiliki tradisi menyusun kata kata bermakna yang dikenal dengan kata bijak yang pada saatnya berkembang menjadi kearifan lokal setelah memenuhi berbagai persyaratan berdasarkan kesepakatan kepsepakatan, dan dikaitkan dengan sumber pengetahuan yang diyakini. Ini sebenarnya menjadi pembahasan antropolis yang panjang, tetapi yang ingin disampaikan bahwa puisi atau sastra itu memiliki daya magis, lalu dikira sebagai sebuah kebenaran, seperti yang terjadi di Makkah pada saat Zaman Jahiliyah tempo doeloe..
Maka dengan semangat Jahilyah perang puisi bisa saja terjadi dalam upaya memisahkan Islam dari NKRI, terlepas pekik Allahu Akbar pernah menyemangati Lasykar Islam Indonesia dalam upaya merebut Kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah. Pada awalnya upaya itu ditertawakan, karena mereka seolah manusia buta, bisu dan tuli. dan tak tahu malu. Tetapi karena mereka suarakan secara terus menerus. Maka sedikit banyaknya akan mempengaruhi generasi muda. Generasi muda adalah kelompok yang paling mudah tersulut semangatnya dengan menggunakan pusi, musik dan lagu. Itulah sebabnya pula ada mazhab yang kekeh mengharamkannya, terlebih manakala dicampur pula dengan minuman keras dan seks bebas.
Sekali lagi dengan semangat Jahiliyah bisa muncul kelompok yang akan menyerang Islam dan beruapaya memisahkan Islam dengan NKRI, awaknya memang kecil pengaruhnya, tetapi kita harus ingat bahwa puisi itu memiliki daya magis, terlebih bila digahung dengan nyanyian dan musik dan apatah lagi ditambah minuman keras dan seks bebas. Itulah semangat jahili yang tak segan segan memisahkan Islam dengan NKRI. Marilah kita antisipasi agar kita tetap Bangsa yang utuh walaupun beraneka ragam. Semoga.
No comments:
Post a Comment