TIDAK BERLEBIHAN Jika dikatakan bahwa politik ekonomi ala Jokowi ini membuat Bangsa ini menjadi Bangsa Pecundang. Beliau seperti membiarkan Bangsa ini untuk menanggung hutang besar besaran pada saat kemampuan daya beli rakyat sedang terjun bebas. Justeru dia bermain mata dengan Cina, padahal di zaman Orde Baru dahulu yang sangat dihinakan, kita sudah melaksanakan politik eknomi imbal beli. Tetapi politik ekonomi yang dibangun bersama China justeru mengancam dan memberian peluang kepada China untuk menjajah Bangsa kita tercinta.
Bukti Sejarah, menunjukkan bahwa China sekarang memiliki semangat infasi yang tak kalah tinggi dengan Yahud i- Amerika serta beberapa Negara Eropa maka gagasan Jokowi untuk merapat ke Yuan setelah mata uang rupiah hancur di mata dolar, jelas tidak begitu saja bisa diterima dengan lapang dada sebab di zaman Now China dengan kekuatan ekonominya selalu saja berusaha untuk menguasai negeri lain,yang diawali memberikan bantuan secara jor-joran, tetapi belakangan disodorkan tagihan yang membengkak, apalagi persyaratan bantuan selalu saja, harus mengekspor teknologi dan juga tenaga kerja dari China, sngat jelas ada upaya China untuk menguasai negara negara yang semula dibantunya.
Ada sejumlah negara yang akhirnya berantakan setelah mengikuti bujuk rayu China untuk mendapatkan bantuan dengan persyaratan seperti tersebut di atas. Terlebih proyek yang didukung China itutak memiliki hubungan secara langsung untuk meningkatkan daya beli masrakat takyat Negara yang dibandu. Sekalipiun sarana dan prasarana yang dibangun dengan bantuan China, tetapi itu tidak secara otomatis meningkatkan kesejahteraan rakyat negara yang bersangkutan.
Selain terlilit hutang yang semakin membengkak, mereka juga menga;lami kejatuhan yang hebat seusai mengikuti permainan ala China. Adan diantara negara nbegara itu yang terpaksa untuk sementara Hasil Pembangunan dengan bantuan dari China iti harus dikelola oleh China hingga hutang piutang terselesaikan, Ada juga yang dengan harapan dapat lebih mengontrol kesiapan penyelenggaraan pembayaran, diberlakukan pengalihan untuk memberlakukan uang Yuan China didalam negerinya. Dan itu semua berdampak sangat buruk bagi Negara dan Bangsa yang bersangkutan, Manakala ini tidak segera diantisipasi dengan berbagai cara maka kita juga akan menjadi Negara yang menyusul beberapa negara yang terlanjur menggunakan bantuan China.
Bukankah pada era Habibie telah di rintis politik eknonomi yang setara, yaitu politik imbal beli dalam segala kerjasama. Dahulu telah dimulai beberapa negara yang membeli prtoduk Indonesia di satu pihak dengan perjanjian Indonesia membeli produk mereka. Contuhnya adalah mereka membeli produk Nurtonioa, pesawat yang diproduksi Indonesia di satu pihak, dan dipihak lain Indonesia yang secara kebetulan memerlukan ketan untuk kebutuhan dalam negeri membeli dari negara itu.
Tetapi sayangnta mulut nyinyior sebagian mereka yang tak setuju, mengejek bahwa pesawat Indonesia karena tak laku maka ditukar dengan beras ketan, Demikian berita hoax disebar luaskan oleh mereka yang memiliki keinginan lain tentang masa depan Indonesia. Sampai akhirnya IMF memaksa Pemerintah untuk mengumumkan Dirgantara Indonesia dalam keadaan pailit, walaupun dalam waktu yang hampir bersamaan permintaan berbagai negara sahabat memesan pesawat produk Indonesia, tetapi tak mungkin bisa dipenuhi, karena para ahli telah di PHK dan bekerja diberbagai negara tetangga. Itu karena kepentingan politik di atas kepentingan kesejahteraan bangsa. Dan akhirnya kita seperti sedang meilih sebagai penganut politik pecundang.
No comments:
Post a Comment