![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhv68oOO3KxmfxVBq9Ho-fqBkiAiB76mgA21XqWAvUh2jBrAKQOnVXXfjMbt_9FEhyOOlk5C2gDppMDgvSJKLFfvEzjxtr9_3JUweMti9tA4JU1kCG7mDdCQ0zA8LqxKaTuHVXjU1-_0Yo/s320/New+Picture.bmp)
Berapa besar biaya operasional, Pemda tak mampu mengatasi besarnya biaya operasional sejatinya itu semua sudah diketahui sebelumnya, lalu pertanyaan kita mengapa Pemerintah memaksakan diri untuk membangun LRT, apalagi tersebar kabar bahwa LRT yang dibangun di Palembang itu biayanya termadal di dunia. Lalu mengapa memaksakan diri, bila nantinya kita akan mengalami permasalahan besar, bahkan mungkin keretakan di masyarakat, yang sangat tak sebanding dengan manfaatnya karena masih membutuhkan waktu yang begitu panjang.
Terlalu gencarnya pencitraan yang dilakukan oleh rezim penguasa, ujung ujungnya akan dibayar mahal oleh masyarakat. Selain konon kabarnya harga permeter dan tiang tiang dari LRT itu harga di Indonesia Konon melebihi harga di negara negara lain. Atau apapun istilahnya. upaya pemangkasan anggaran demi membelakan infrastruktur adalah ada sesuatu yang akan dirasakan hilang dalam pemggaran yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Wajar saja bila muncul pertanyaan bunyi hasil study lapangan itu seperti apa, yang di studykan itu adalah sesuai kepentingan dan kebutuhan masyarakat atau tidak. Yang paling tepat adalah kita membuat MRT itu hendaknya sebagai kebutuhan masyarakat, jadi LRT sesuai kebutuhan masyarakat, bukan sebaliknya LRT membutuhkan masyarakat. Kecuali bila study lapangan dimaksudkan sebagai peningkatan elektabilitas. Tetapi jika itu yang dipakai maka berarti telah terjadi pembodohan atau pengormbanan masyarakat.
No comments:
Post a Comment