![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPvpNXoqs47cIe10A0bHeFoYY0ex-V8RUlUhWvoKy5L9bTrsulkUR3NtyCR0Zh_zHTcjBxFHQCTF-S74T-h_if3huM-_pUlpdvZst5Y_PG9u6xUjAxHuKpB-hlz7sL7BqmVqHGPmbEthA/s320/IMG_20151214_051444-1.jpg)
Di manapun kita berada, terkait dengan Krisis Natuna maka kita harus mempersiapkan diri untuk berpartisipasi walaupun itu pilihan yang paling buruk bagi Bangsa, namun harus kita lakukan mengingat sikap curang Bangsa Cina yang sudah diperlihatkannya sejak zaman Tentara Kubilai Khan mendatangi Jawa bahkan jauh sebelumnya, mereka memang berminat untuk menguasai wilayah kita.
Konon kabarnya Cina sudah menguasai tanah tanah sekitar pantai diseantero Indonesia, maka berarti terlalu banyak pintu tempat mereka akan masuk manakala memang benar benar Cina bersikeras tak mau menarik Kapal Perang mereka meninggalkan wilayah Natuna dan Wilayah Indonesia lainnya. Bila memang itu yang terjadi dan itu merupakan keinginan dan tekat Bangsa Cina, maka apa boleh buat sejak saat itu kita merapat kepada kepasda kepemimpinan ulama. Ketahuilah bahwa benteng terakhir Bangsa Indonesia ini adalah ummat Islam. Bukan hanya asal bicara, tetapi kita buktikan pada saat Perang kemerdekaan yang bermodalkan Bambu Runcing itu. Tentara musuh menjadi kucar kacir melihat keberanian masyarakat sivil yang dimotivasi ulama dengan pekikan Allahu Akbar dan Merdeka. Memang tak terhitung banyaknya masyarakat yang gugur secara syuhada, Tetapi mereka yang tersisa tak putus asa, mereka menunggu sdaat saat tentara musuh itu lengah, bambu runcing menyalak persis diulu hati tentara musuh yang bersenjata lewngkap itu.
Kita memiliki segudang pengalaman dalam perang gerilya, dinatara mereka masih juga ada yang bisa bicara dan bercerita. Tidak salah bila Rasulullah mengajarkan agar kita melatih anak anak kita untuk bisa berenang, memanah dan menunggang kuda. Bila Cina berkuasa, maka nasib kita tak akan bedanya dengan Muslim Uighur. Tanamkan kepada saudara saudara kita, bahwa ada dua pilihan, yaitu hidup mulya ... mati secara syahid. Allahuakbar.
No comments:
Post a Comment