![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhv68oOO3KxmfxVBq9Ho-fqBkiAiB76mgA21XqWAvUh2jBrAKQOnVXXfjMbt_9FEhyOOlk5C2gDppMDgvSJKLFfvEzjxtr9_3JUweMti9tA4JU1kCG7mDdCQ0zA8LqxKaTuHVXjU1-_0Yo/s320/New+Picture.bmp)
BERBEDA HALNYA dengan pasangan Prabowo Sandi ketika memberikan kata penutup, closing statemen, diisi dengan sejumlah janji janji yang nampak sangat memihak kepada rakyat kecil. Lalu ditutup dengan tepuik tangan yang gemuruh.
Sama halnya ketika seorang narasumber, diawal bicara mengatakan bahwa dia tidak pakar dalam apa yang akan dibicarakan, maka kepercayaan audien itu seketika itu juga akan runtuh. Terlepas dari kata kata bermutu yang menyusul kemudian, tetapi lebel awam yang disematkannya sendiri adalah menghilangkan kepercayaan publik dengan apapun yang akan dibicarakannya. Jadi akan naif sekalui manakala seorang petahana dengan penuh semangat menyebut sejumlah kegagalan dan kesulitan yang dihadapinya, walaupun kata kata berikutnya berisikan tip dan trik untuk mencapai keberhasilan, maka itu tak lebih dianggap sebagao omong kosong belaka, di mana kehebatan logikanya meminta kepercayaan yang kedua, dengan alasan kegagalan yang pertama.
Seorang Pemuda ketiuka Pamit pulang dari kencan yang pertama dengan seorang gadis pilihannya, hendaknya menucapkan sejumlah kata pujian, baik terkait sedapnya minuman dan kue yang disajikan serta segarnya tema obrolan yang walaupun hanya dalam waktu dan tempo yang sebentar. Sampaikanlah rasa yang sangat terkesan atas sambutan orang tua si gadis, bahkan suasana sumahpu hendaklah dikatakan sangat terkesan, serta meminta diberikan kesempatan untuk datang lembali.
Janganlah meninggalkan sejumlah kritik dan koreksi pada kedeatangan pertama, lalu meminta kembali untuk diterima pada kunjungan yang kedua, salah salah kita dianggap sebagai tuan rumah adalah seseorang yang tak tahu diri. Menurut saya Jokowi dan Makrum Amin keliru dalam menyusun tema untuk disampaikan pada statemen closing politik.
No comments:
Post a Comment