UMMAT ISLAM harus dipisahkan dari politik, dan itu kentara telah diupayakan oleh Penguasa Orde Baru baru, walaupun sempat melunak dipenghujung kekuasaan Orde Baru dan awal Orde Reformasi mungkin karena baru sadar akan kekeliruannya sejama itu yang berusaha membrangus kekuatan politik Islam. Bukan tidak berhasil upaya memberangus politik Islam di Indonesia, karena Parpol Islam di Imdomesia berhasil sukses dikerdilkan. Parpol Islam bukan hanya sekedar jalan ditempat, melainkan berjalan mundur. Parpol Islam mulai disibukkan dengan permasalahan internal yang berkepanjangan, Pemerintah berkuasa nampaknya semakin jelas dan transparan memiliki kepentingan akan kehancuan Parpol Islam dan itu juga terjadi hingga di era Rezim Jokowi. Dalam waktu yang bersamaan aliran Nasionalis sekuler nampaknya mampu mengambil kesempatan, sehingga bangsa Indonesia kecolongan dengan terjadinya beberapa kali dilaksanakannya amandemen UUD 1945. Tersebar berita di medsos bahwa sejatinya pendatang Cina memainkan peran yang sangat penting mulai dari kajatuhan Suahto hingga kini. Itulah politi, yang selalu terjadi zigzag. Tetapi satu yang sangat konsisten, adalah bagaimana mengkerdilkan Parpol Islam dan memisahkan ummat Islam dari agenda politik.
Inilah salah satu resiko atas keberhasilan mengkerdilkan Parpol Islam, yaitu bahwa aspirasi Islam, tak tertampung oleh Parpol. Termasuk Parpol Islam. Sayang Ahok terlampau yakin akan kemenangannya sehingga ucapannya tak lagi terkontrol, Ahok menyerang Kitab Suci Ummat Islam :Al-Quran. Dan ini memancing kemarahan ummat, dan kenyataan ini harus diterima Ahok dan kekuatan besar di belakangnya, yang terkenal dengan istilah naga naga ekonomi, kekuatan uanh yang telah teruji dari waktu kewaktu, dari masalah permasalah. Dalam catatan sejarah baru dalam Pilkada DKI Jakarta yang lalu money politik mengalami kegagalan, bahkan justeru menjadi titik balik salah satu sumber kekalahan telak yang cukup memalukan. Itu semua terjadi di luar konter yang dilakukan pihak lawan pembagian sembako oleh Tim Ahok itu nampaknya mendatangkan kemanfaatan oleh pesaingnya. Masyarakat awam, yang hampir seluruhnya adalah wanita dititipi pesan untuk memilij nomor dua, (kedua) yang semula ditempati Ahok bergeser ke Anis Sandi karena Calon nomor satu tak lagi muncul karena Pemilihan hanya diikuti dua calon, Ahok pertama dan Anis Sandi keda. Pesan pilih yang kedua yang sebenarnya milik Ahok ternyata ditanggapi salah oleh pemilih, karena Anis Sandi adalah menempati gambar kedua.
Baik sengaja atau tidak sengaja protes ummat yang digerakkan ulama dan ditarik ulur oleh petugas hukum (kepolisian) secara tak senagaja menjadi blunder, Sama dengan mendorong ummat bersatu serta memperpanjang panggung protes ummat, Keenggaganan Presiden menemui para pengunjukrasa Kepolisian tak bisa juga disalahkan sepenuhnya, karena Jokowisebagai Presiden juga nampaknya lambat dalam menemukan cara berman cantik. Panggung ualam berdiri di mana mana. Bukan hanya dalam rangka perayaan hari besar Islam tausiyah seminggu sekali pun berkesempatan bagi para ustad dan penceramah lainnya merespon, kekurang elokan Pemerintahj dalam bersikap. Belum lagi sholat jum'at sekali perpekan yang hukumnya wajib diikusi semua laki laki remaja baligh dan dewasa. Maksud hati mengamankan situasi tetapi hasilnya justeriu melancarkan komunikasi kamunikas antar ummat, tak lain karena keberpihakan Pemerintah sangat kentara tidak diberikan kepada kelompok Islam, Tim Cyber Ahoker yang menanamkan kebencian terhadap ulama justeru merekatkan ummat antara satu dengan yang lain.
Berbagai analisis dimunculkan baik oleh dialog dialog yang dilakuklan oleh media TV nampaknya telah membuat masyarakat ummat menjadi kompak, karena atau simpanhgsiurnya analisis yang menjebag itu ummat justeru diarahkan percaya kepada ucpana ulama, Ustadz, Kiyayi dan habaib. Walaupun secara narasi mereka tak sebanding dengan kehebatan narasi dan manipulasi data, tak mampu memporak porandakan kepercayaan mereka kepada pimpinan informal ummat, 'ulama'. .Ummat Islam yang selama ini pikirannya sejatinya diganggu oleh kelompok Jama'ah Islam Liberal (JIL) yang semula dikirakan sebagai pencetus analisis yang kritis, ternyata mereka bisa dimentahkan oleh caloncalon ulama muda,
Analis Jil yang semula sepertiakan mempengaruhi ummat dengan istilah yang semakin berani, seperti semua agama sama, dimentahkan dengan sementah mentahnya justeru oleh para muallaf, yang sebelumnya mereka menjabat selaku konseptor dan pelaku berbagagai kecurangan oleh agama mereka sebelumnya yang mereka anut. Mereka banyak mengungkapkan bahwa mereka dahulu terlibat dalam berbagai kegiatan politis untuk merubah bangsa ini. Politik dengan penjelasan berbagai kecurangan yang dilancarkan, sepertinya membukakan mata betapa tumpulnya analisis mereka yang dikenal sebagai JIL itu. Keberanian kelompok JIL untuk berkesimpulan secara kontroversi tak mampu membendungkelicikan politik pihak lain. melainkan hanya menambah daftar kerugian pihak Islam di segala lini. Demikianbanyaknya bermunculan Ilmuan muda tamatan Timur Tengah memiliki kemampuan menjawab masalah masalah kemasyarakat dengan literatur klasik Timur tengah. Nampaknya mereka juga membaca tulisan tulisan Barat yang ditulis para orientalis.
Banyak tamatan Timur Tengah yang sekalipun tidak memiliki pondo pesantren sehingga belum juga disebut Kiyai, tetapi mereka memiliki daya maca yang tidak kalah dengan para kiyai besar yang kini mulai pudar di makan usia. Terutama mereka yang kurang terampil memanfaatkan peralatan komunikasi.
No comments:
Post a Comment