KAJIAN PAGI TADI DI MUSHOLLA AL-JIHAD
Paling tidak seorang Menteri Agama viral dimedsos pernyataannya yang sungguh menyedihkan " Jika tidak setuju dengan LGBT, silakan keluar dari Indonesia " seolah resmi kita diusir untuk memberikan tempat senyaman nyamannya kepada penganut LGBT. Sedikitpun nampaknya tak terbesit di hati ada keberpihakan Pemerintah kepada hatinurani mayoritas anak bangsa kita yang sedang mencoba untuk mematuhii dan menjalankan syaru'at agama Islam yang kita anut, karena agama Islam adalah agama yang melarang LGBT, dan setidaknya kaum nabi Luth telah dijadikan contoh betapa nantginya kaum penganut LGBT akan mendatangkan kehancuran bagi kita semua. Kaum Luth mereka terendam banjir besar, yang hanya menyisakan sedikit orang. Tetapi nampaknya keyakinan itu sama sekali tidaklah menjadi pertimbangan Pemerintahan Jokwi dan rejimnya dalam menetapkan kebijaksanan. Bahkan rejim Jokowi mempersilakan mereka yang menerima kehadiran LGBT dipersilakan keluar dari Indonesia, Na'uzubillah, benar benar rejim te;ah menjelma menjadi rejim yang sesat dan akan membawa bencana besar bagi rakyat yang dipimpinnya. .
Sebenarnya bukan hanya Kaum Nabi Luth, sebab di Indonesia juga pernah terjadi ada komunitas yang menganut LGBT, mereka tinggal di sebuah Dukuh kecil, Dukuh Legetang Dieng Desa Pangkasiran Batur, Banjarnegara Jawa Tengah pada tahun 1955 pernah mengalami musibah besar. Konon sebagian besar komunitas di Dukuh itu memperaktekkan LGBT, jelas sudah banyak nasehat disampaikan dan bahkan mungkin larangan, tetapi mereka yak mengindahkannya, karena memang merasa itu adalah hak azasi mereka, dan mereka bebas untuk memilih, tampa seorangpun yang berhak melarang mereka, hingga saatnya Tuhan menurunkan azabnya, sekitar 350-an orang hilang dalam semalam. Lalu apakah Indonesia akan dibuat seperti itu, dengan cara melegalkan LGBT dan kampanhye besar besaran bagi anak anak kita melalui berbagai cara. Bukan hanya itu justeru kita dianjurkan untuk enayh dari Tanah Air kita karena negeri ini akan ditempati penganut LGBT. Kita menjadi berfikir keras sebenarnya Rejim ini sekarang bekerja untuk siapa, untuk kepentingan politik asing atau mereka mengabdi kepada rakyat yang telah memilih merekadikenal sebagai penduduk luar dukuh. . Kajian ini belum kita tuntaskan kata Ust. Bukhori yang berjani akan membahasnya lagi di kesempatan mendatang.
Dukuh Legetang Dieng yang terletak di kaki Gunung termasuk wiayah Banjarnegara Jawa Tengah berbentuk kawah itu sejatinya adalah Dukuh yang subur makmur, tetapi penduduknya bukannya mensyukuri segala nikmat yang didapat dari Tuhan. Tetapi masyarakatnya justeru senang maksiat, judi dan minuman keras adalah kegemaran mereka, setiap malam mereka menyelenggarakan pentas seni nyanyi sambil mabuk mabuk yangberakhir dengan berbagai bentuk perzinahan. Penduduk dukuh ini pada saat itu digambarkan seperti mirip dengan kaum Sodom Gomorah Tepatnya pada tanggal 17 April 1955 azzab Allah Turun menimpa semua penduduk yang hanya menyisakan dua orang perempuan sebagai saksi hidup yang mampu menceriterakan kepada publik. Sayang petistiwa yang memakan kurban sebanyak 351 orang dari jumlah itu terdapat 19 Telah dibangun sebuah tugu peringatan akan peristiwa dahsyat yang kurang diminati untuk untuk dipublikasikan itu. Entah apamaksudnya orang mendiamkan berita penting itu, semenatara banyak pristiwa kecil yang dibolowup besar besaran walaupun kurban jauh lebih kecil.
Seharusnya Rejim Jokowi berkenan mengambil pristiwa ini sebagai pembelajaranm. Tetapi nampaknya Rejim ini bisa diatur oleh kelompok yang berkeinginan akan kehancuran bangsa Indonesia secara keseluruhan. Mereka menginginkan agar generasi muda Indonesia ini hancur sehancurnya. Besar sekali dana yang disediakan untuk mengkampanyekan LGBT itu.
No comments:
Post a Comment