Mentok. Ujung ujungnya kembali ke ilmu lama, dahulu dalam ramgka meramaikan sebuah kawasan, untuk dalam rangka membuat geliat perekonomian di suatu daerah segera menyala, maka tak punya alternatif lain selain membuat Pecinan, yantu perkampungan Cina. Sebagai penguasa Pemerintah memiliki kemampuan menciptakanm Kampung Cina yang laziom disebut Pecinan itu dengan mempersiapkan lahan, dan memerintahkan agar masyarakat Cina tinggal di lokasi itu untuk baraktivitas berdagang dan berniaga, hanya dalam hitungan beberapa kejap saja bermunculan berbagai usaha mulai dari kuliner, kebudayaan Cina dan tak lupa juga perjudian terselenggara di perkampungan itu. Masyarakat yang memang terkenal jago rempah rempah dan memiliki etos kerja yang luar biasa sekali lagi hanya membutuhkan waktu beberapa kejap saja mampu menghidupkan kawasan itu mencipta geliat ekonomi yang nyata.
Jokowi itu wajib kita acungi jempol, ibarat kartu tak pernah mati, ada ada saja sumber dana yang mampu diolahnya, kekaguman itu tidak kurang dari seorang Ahok, yang mentakan bahwa beliau itu dalam pemilihan Presiden itu terpilih karena beliau mampu mendapatkan dana yang berasal dari luar APBN, yang jauh lebih besar dari APBN. Kalau hanya mengandalkan APBN dan APBD Jokowi tak akan mampu memenangi Pilpres, kata Jokowi, sedikit sombong. Jokowi di mata para pendukungnya, memang layak dibanggakan, utamanya masalah mengumpulkan dana pembangunan. Walaupun diam diam konon kabarnya hutang luar negeri kita sekarang sudah melampawi batas kemampuan kita untuk membayarnya secara wajar. Tetapi Presiden kita yang berwajah Ndeso ini memiliki kemampuan yang menginternasional. Jangan khawatir ada ada saja nangti cara membayarnya. Dan salah satunya adalah membangun Pecinan tingkat International.
Pecinan Supermodern, adalah Agumg Podomoro Group, pengusaha kelas kakap diantaranya yang merupakan salah satu kontrator di reklamasi Teluk Jakarta. Pengurukan laut besar besaran itu walaupun kawasan itu belum seleai dibangun, tetapi telah ditawarkan kepada masyarakat China, Hingkong dan entah ke mana lagi, luar biasa bahkan tawaran itu telah direspon dan dinyatakan bahwa semua telah terjual sebagai pesanan mereka dari luar. Di situ letak kehebatannya rupanya demikian besar minat orang orang luar negeri utamanya keturunan Cina yangsangat berminat berbisnis di lokasi Pecinan Tingkat International di Indonesia.
Pantas saja pembangunan tol besar besaran didukung oleh modal asing yang seperti tiada habisnya. Namun sayangnya Cina tidak hanya akan memberikan modal untuk membangun dngan segala kepercayaan, tetapi berbagai prasyarat yang berat dan mengancam kedaulatan Indonesia telah disetujui Jokowi, antara lain dalam membangun harus menggunakan produk China. Harus menggunakan kontChina yang mau bekerjasama dengan kontraktor Nasional. Karyawanpun harus dari China. Sangat mencengangkan catatan Pemerintah sangat berbeda dalam masalah ketenagaan, menurut Presiden Jokowi jumlah pekerja China hanya beberapa puluh ribu saja, sementara menurut Transmigrasi sudah mencapai jutaan, berbagai kegiatan bisnis. Pantas saja pembangunan tol besar besaran sangat didukung oleh asing karena asing sangat membutuhkan adanya Tol di seluruh Indonesia, untuk kepentingan kelancaran mereka. Terakhir memang ternyata asing memiliki ppotensi untuk membeli atau mengelola Tol ini.
Tentu ada kaitannya dengan kelancaran transportasi para pekerja asing, dimana jumlahnya menjadi simpangsiur, bukan hanya antara pemerintah dengan lembaga swasta, karena data yangada pada Presiden dengan para pembantunya saja masih sulit untuk disamakan, karena justeru sebagian besar pekerja asal China utamanya jauh lebih banyak yang menjadi pekerja illegal dibanding yang legal dan memenuhi persyaratan. Bila disebut sebagai wisatawan maka jumlah mereka terlampau sedikit, tetapi bila disebut sebagai pekerja jumlah mereka terlampau banyak. Nampaknya banyak pekerja pekerja ini diselundupkan para kontraktor asing, dan lebih celakanya ternyata gajih pekerja China sangat tinggi dibanding gajih para pekerja domestk. Jelas ini akan mendatangkan masalah besar bagi bangsa ini.
Sebenarnya minoritas asal China di Indonesia sudah tiga ratusan tahun tinggal di Indonesia. tetapi memang mereka meletakkan diri di atas pribumi, memang demikian strukturnya pada masa Kekuasaan Kolonial dahulu. Akibatnya etnis minorotas ini mengalami kesulitan untuk melaksanakan asimilasi, Mungkin karena mereka juga menguasai ekonomi.
Walaupun mereka berhasil menwarkan kuliner kepada masyarakat dan sangat diterima, dan mereka mendapatkan mengekspressikan kesenian mereka.
Hubungan dengan etnis minoritas China pernah mengalami pasang surut, ketika terjadi pemberontakan G 30 S PKI, bahwa kedapatan pihak China ikut bermain dengan mendrop senjata ke pihak PKI, walaupun belum sempat mereka gunakan hingga berhasil ditemukan dan dirampas TNI. Akibatnya etnis China harus diawasi kegiatannya, lebih dari itu mereka diharuskan menganut agama yang ada, Kong Hu Chu dianggap bukan agama, tetapi sekedari Adat sitiadat China. Lokasi komunitas etnis China kembali disusun, mereka hanya boleh tinggal di kota Kabupaten/ Kota.
No comments:
Post a Comment