Walaupun Beliau sering disebut Pekerja Partai, walaupun beliau sendiri mengatakan bahwa beliau menjadi Presiden hanya untuk Bekerja Bekerja dan Bekerja. Walalupun saya dahulu tidak memilih beliau hanya lantaran Pidato Pidatonya tak cukup menarik buat saya, Tetapi beliau adalah Presiden RI, Presiden saya yang harus saya hormati, walaupun tetap sering mengkritik, karena hal itu dibenarkan pada era Demokrasi dan HAM ini, tetapi jika ada seorang Komikus dari Jepang berani menyindir, atau siapapun yang melecehkan Presiden kita, apalagi dia orang asing. Oman Hiroshi yang menyindir secara hina kepada Presiden kita, maka saya kecewa. marah.
Beliau memang kurang pandai berdiplomasi, beliau memang kurang pandai bicara, Tapi jangan hendaknya Beliau dilecehkan.
Baru Baru ini seorang Komikus Jepang mengeluarkan komiknya yang menggambarkan Presiden kita merengek rengek meminta Jepang melanjutkan Pekerjaan Kreta cepat Jakarta Bandung, karena sepertinya China akan mangkir dari pekarjaan ini, dan Kreta Cepat Presiden Jokowi yang memancing banyak kontriversi nampaknya terancam mangkrak.
Dahulu memang Jepanglah yang melakukan study lapangan lalu datanya diserahkan kepada Pemerintah dan taksiran biaya di cantumkan. Tapi tak lama kemudian Justeru Presiden menyerahkan data itu keopada China, lalu China tertarik dan menawar pekerjaan tersebut hanya separo dari harga Jepang, tentu saja Presiden memilih harga yang lebih murah. Walaupun jelas dengan segala resikonya. Dan ketika pekerjaan ini menunjukkan gejala akan terhenti di tengah jalan, lalu Preiden Jokowi kembali kepada Jepang yang dahulu dikecewakan itu, jelas saja komikus kesohor itu menyindir dengan memfiralkan sejumlah gambar yang intinya adalah menyindir Presiden kita.
Tetapi bagi saya, maka saya akan tersinggung bila Presiden saya di lecehkan walaupun hanya kamik yang mungkin dunia sana itu maslah biasa saja, karena mereka menganut demokrasi dan HAM. Mungkin dunia lain Presidennya di buat gambar seperti apapun gak akan marah, beda dengan kita yang memiliki nilai nilai luhur dan budaya yang sangat mengutamakan rasa hormat kepada mereka yang disepakati sebagai pimpinan, baik pimpinan formal di Pemerintahan, maupun pimpinan non formal di masyarakat.
Bangsa Indonesia sangat menghormati Pemimpin, walaupun dalam struktur umat Islam tokoh yang paling dihormati iti adalah Ulama, karena Ulama itu adalah pewaris Nabi, dan Nabi adalah jabatan tertinggi di lingkungan manusia, itu dalam Islam. Demiian juga para ulama sangat menghormati Para Pemipin formal dan petugas Negara, Aparat Pemerintah, sepanjang tidak menampakkan kebencian dan permusuhan kepada ulama, maka ulama akan hormat dan ummatpun hormat kepada Pemimpin Formal.
Kita sangat menyesalkan manakala terjadi disharmonis antara ulama dan Umaro atau Pimpinan Pemerintahan, aparat. Ulama adalah pihak yang telah terlalu puas dibenturkan dengan pihak keamanan. Pada waktu kekuasan Orde Baru, ulama dibenturkan dengan TNI (khususnya Angkatan Darat. Hubungan antar ulama dengan Angkatan Darat mencair ketika LB Murdani memperkenalkan strateginya untuk merebut kekuasaan. Kini Ummat Islam bersama sejumlah ulama dibenturkan oleh Penguasa kepada Kepolisian.
Ketika ummat Islam dibenturkan oleh Penguasa Orde Baru lebih disebabkan oleh upaya Penguasa untuk mempertahankan Kekuasaan dan sejumlah rekomendasi pihak asing untuk mewaspadai dan bahkan melupuhkan ulama tertentu. Lalu bagaimana dengan sekarang, rasanya tak jauh berbeda, artinya demi kekuasaan maka sejumlah Ulama dimusuhi, dan Ummat Islampun tercekam, tetapi kini labih berat dibanding pada era Orde Baru dahulu.
Tetapi sebagaimanapun kecewa kita kepada Presiden kita yang nampaknya tak ada rasa keberpihakannya kepada ummat Islam yang pada saat ini real sebagai mayoritas. Tetapi manakala beliau dilecehkan oleh orang asing, maka hati ini tak rela. Saya tak suka Presiden saya dilecehkan.
No comments:
Post a Comment