Monday, August 26, 2019

LOKALISASI POLITIK NU VS ISLAM NUSANTARA


SEMULA ISLAM NUSANTARA saya kira akan memiliki kemampuan mengenyahkan Islam yang selama ini kita kenal. Islam Nusantara adalah Islam ORI sedang Islam yang selama ini kita kenal ternyata Islam abal abal di mata Islam Nusantara. Lalu nantinya berhasilkan Islam ORI ini benar benar menguasai dunia Islam. Saya kira tidak karena terakhir Islam ORI ini ternyata belakangan melakukan lokalisasi, terutama ketika NU memfatwakan penghapusan penghapusan istilah kafir bukan apa yang tertulis dalam Al-Quran atau Hadits, tetapi hanya untuk diberlakukan di Indonesia saja, yang luasnya lebih kecil dari Nusantara, Nusantara itu juga meliputi Singapur, Malaysia, Brunai bahkan Thailand. Hilang sudah kegagahan Islam Nusantara. Berbalik posisi Islam Timur Tengah yang semula dianggap abal abal, justeru sekarang Islam Nusantara lebih pantas mene,mpati posisi itu.

Apalagi Islam Nusantara itu bukanlah fatwa agama, melainkan hanya fatwa politik belaka. tentu saja fatwa politik itu diterbitkan karena ada harapan untuk mendapatkan keuntungan politik, dan itupun kita masih tanda tanya apakah mereka lebih mengutamakan politik jangka panjang, atau hanya jangka pendek belaka.Apakah untuk Islam secara keseluruhan, atau hanya demi NU semata, Apakah untuk NU secara keseluruhan atau hanya sebatas sejumlah person belaka. Jawaban ini membutuhkan waktu panjang, sejarah yang akan menjawab.



Sejarah telah mencatat ijtihad Politik NU gagal total setelah berkorban dengan cara bergandengan tangan seerat eratnya dengan Presiden Soekarno yang mulai menampakkan kebrutalannya, bersama kelompok Marhenis dan Nasionalis untuk menjadikan Nasakom sebagaiu Proyek politik raksasa, hasilnya Soekarno semakin tak bisa menerima saran dan PKI berhianat. dan NU menjadi kurban terbesar di kalangan rakyat.

Jika sekarang ijtihad Islam Nusantara adalah merupakan hasil ijtihad terakhir NU, yaitu Islam Nusantara sebagai Islam ORI, bukan abal abal. Yang semakin lama semakin kentara bahwa itu semua adalah meruapan upaya meratakan jalan menuju istana. Untuk jangka pendek bisa kita lihat nantinya, sejauh mana NU mampu mempengaruhi pemikiran Istana, Dan jangan sampai nilai tukar yang harus dibayar NU terlampau mahal dengan kerugian besar bagi ummat Islam, ketika pada era Nasakom Masyumi dan sejumlah Ulama besar menjadi kurban, Dan jangan sampai pada era Islam Nusantara  yang sudah mengurbankan HKTI dan sejumlah Ulama berhasil dipersulit perjuangan dakwahnya.  Dan ada kecendrungan untuk memutilasi ajaran Islam, diawali dengan istilah kafir.

Kalaupun NU menang  belum tentu  Islam akan menjadi lega, karena sejarahnya NU sering gagal melindungi Islam, tetapi, tetapi bila NU gagal memainkan politiknya seperti ketika era Nasakom, maka sudah dapat dipastikan Islam akan ikut menanggung beban nya secara politis seperti yang sudah sudah.  

No comments:

Post a Comment