Tuesday, February 26, 2019

BUTUH WASIT YANG BENAR

FORUM DISKUSI yang mungkin paling bermartabat yang sering mengunjungi pemirsa di rumah adalah ILC, yang tadi malam memngangkat tema Perang Total yang dihadap hadapkan dengan Perang badar. Perang totsl diucapkan oleh Muldoko Pensiunan Jendral berhadapan dengan Nenok Warisman yng tubuhnya relatif kecil. Hanya akibat kata kata maka bayamngan kita adalah sebuah peperangan. Perang total diucapkan oleh Muldoko selaku Ketua Tim Suksesnya Jokowi sedang yang mengucapkan Perang Badar adalah tidak jelas siapa sebenarnya karena kata kata itu juga tak pernah diucapkan oleh Nenok Warisman. Hanya para netizen mungkin yang menyebut Perang Badar, Gayung bersambut, politik jadi rame. Nenok Warisman anggap saja sebagai salah satu dari kubu yang diperangkan telkah memuntahkan segala amunisinya, dan tak lebih dari sebuah puisi. Sedang kubu yang lain Tim Jokowi nampak belum mmuntahkan amunisinya. Maka jadilah kita semua menjadi politisi kampungan, persis dikampung kita tanding sepak bola dalam rangka 17-an.



Saya sepakat  untuk mengatakan bahwa ancaman perang total dari Muldoko adalah salah ucap,  karena kemiskinan kata kata untuk tidak dikatakan keterbatasan literatur dan jangan dibandingkan dengan Fadlizon, politisi yang S3, apalagi dibanding Salim Said, Profesor politik Kemiliteran sekaligus pengamat budaya dan penulis sastra. Sebagai anggota TNI Muldoko sangat konsen dalam bidang peperangan. Tolong jangan dianggap dia serius. Selesai.

Lalu bagaimana dengan Puisi Munajat Nenok Warisman, nenok warisman selain ibu rumah tangga dia juga sebagai artis, doa munajat dalam bentk puisi yang disampaikannya dalam bentuk puisi pada acara yang diselenggarakan alumni 212. Itu yang nampaknya lebih sedap untuk digoreng garing

Sunday, February 24, 2019

JANGAN SAMAPAI KEHILANGAN RASA HORMAT KEPADA PEMIMPIN KITA..

RASANYA SUNGGuH KETERLALUAN para netizen pada era sekarang ini yang cenderung mengata ngatai Presiden seenaknya saja, karena seyogyanya Presiden adalah Putra terbaik Bangsa yang terpilih dengan segala keteladanannya. Presiden itu seharusnya menjadi kebanggan kita semua karena berhasil menjadi plindung kita semua, selain pelindung setiap jengkal wilayah tanah air, juga sebagai pelindung guna mewujudkan kesejahteraan sekaligus kebanggan sebagai Warga Negara. Ingin rasanya kita mengusulkan hukuman yang setimpal bagi siappun yang mengeritik dan bahKan meledek Presiden, walaupun bukan sebagai Lambang Negara, tetapi hendknya tetap dijaga kehormatannya sehingga sedikitpun tak ada cacat dan celanya di mata rakyatnya.






Seyogyanya di lain pihak Sang Presiden juga harus menghindari kesalahan sekecil apapun selaku pimpinan demi menjaga kenyamanan dan kebanggan yang dipimpin. Untuk itu barangkali kita boleh menganjurkan agar menghindari kebohongan sekecil apapun, apalagi acara acara kepresidenan itu selayaknya telah dibuatkan dokumennya, dan besar kemungkinan dokumen itu telah pula disebarkan, sehingga sebaiknya bicaralah apa adanya, jangan dibuat buat sebagai pencitraan, karena bila kepalsuan itu terbongkar aslinya maka bukan hanya yang bersangkutan, tetapi justeru yakyat yang dipimpin juga sangat menyesalkan kejadian yang tak mungkin ditutup tutupi itu.

Jika dahulu kala Abu Bakar Siddiq  dan Umar Bin Khattab banyak melaukan sendiri ketika memberikan bantuan kepada ummat yang dipimpinnya. Karena mereka berdua terbiasa menyambangi ummat secara diam diam di tengah malam untuk memastikan apakah ummatnya bisa tidur dalam keadaan perut kenyang. Lalu tak segan segan Khalifah mengangkat sendiri gandum untuk diberikan kepada mereka yang kurang baik nasibnya, utamanya para janda.

Tetapi semua orang tahu bahwa Presiden tak mungkin melakukan itu persis seperti yang dilakukan oleh Umar Bin Khottob, karena kemanapun Presiden apalagi di tengah malam buta seperti yang diakuinya, berjalan hanya berdua dengan supir untuk memastikan keadaan para nelayan dalam melaut. Paspampres akan dipersalahkan atau bahkan mungkin teguran dan hukuman manakala ketahuan membiarkan Presiden berjalan sendiri didampingi supir, sekalipun Presiden memiliki keberanian untuk itu, karena perjalanan Presiden memiliki SOP dalam melaksanakan kegiatan Ke[presidenannya.

Lupakan saja puji pujian staf yang menyamakan Presiden dengan Umar Bin Khattab, karena sistem Pemerintahan kita sekarang berbeda dengan sistem yang dianut dahulu pada era Kekhalifahan. Terlepas dari sistem kekhalifahan ataupun sistem demokrasi republik, tetap saja tuigas pemimpin itu setidaknya adalah (1). Sebagai pemimpin maka lindungilah semua pengikut, (2) tugas berikutnya cerdaskan dan sejahterakan para pengikutmnya, (3) Bangunlah pemikiran dan kepercayaan pengikut. Oleh karenanya hindarilah kebohongan sekecil apapun, karena akibat dari kebohongan yang dilakukan pemimpin itu adalah hilangnya kepercayaan dan itu adalah kehilangan segala galanya, bahkan kehancuran sedang menanti.

Thursday, February 21, 2019

POLITIK ... ? SONTOLOYO.

TIBA TIBA saja Jokowi mempertanyakan perihal kepemilikana atau tepatnya penguasaan Prabowo terhadap ratusan ribu hektar tanah, dan setengah berteriak beliau mengatakan bahwa di masanya Iya tak akan membagi bagikan tanah seluas itu, pemirsa menjadi tersentak, lalu apakah Prabowo telah melakukan keslahan atau pelanggaran hukum dengan penguasaan tanah yang tidak sedikit itu. Dialog itu sangat singkat, dan katakanlah dalam dialog itu Jokowi sukses memberikan imej buruk kepada Prabowo, karena masyarakat luas mulai mencibir Prabowo Sang Penantang dalam Pilpres ini. Apalagi hari berikutnya Tim Sukses Jokowi berhasil menguasai durasi dialog yang mempertemukan dua narasumber, imej buruk Prabowo semakin luas, dan konon elektabilitas Prabowo menurut beberapa survey dinyatakan melorot.
Keesokan harinya justeru Wapres JK lah ytang nampak berusaha meluruskan prihal penguasaan tanah oleh Prabowo, yang terjadi pada era SBY, yang pada saat itu ada beberapa lokasi tanah milik negara yang tidak lagi diurus oleh Perusahaan yang menyewanya dan ini diminati oleh sejumlah Pengusaha asing, tetapi Pemerintah pada saat itu tak ingin itu dikuasai asing, lalu Pemerintah menawarkan kepada Prabowo untuk menyewa tanah tersebut dan setelah bersaing ketat dengan Pengusaha asing itu akhirnya Prabowo memenangkannya. Lalu apa apanya yang disalahkan kepada Prabowo, tanya JK.



Karni Ilyas yang memeiliki kekayaan referensi kata bijak yang pernah dilontarkan oleh para tokoh International  bersegera mengutip kata bijak yang pernah diungkapkan oleh Matgaret Teacher bahwa kepanikan seseorang bisa mendorong yang berasangkuta berbuat brutal, apakah ini kebrutalan Politik Yang Dilakuakan oleh Jokowi karena kepanikannya.

Kalupun sendainya memang benar Jokowi pada saat itu mngalami kepanikan seperti wajah yang dipertontonkannya kepada publik, maka kiat semua menjamin itu kini tak terjadi lagi artinya yang bersangkutan telah tenang dan muveon. Dalam satu kesempatan Jokowi sendiri yang mengatakan bahwa Prabowo tak bersalah dalam penguasaan tanah itum karna sesumua sudah dibayar kes dan sesuai peraturan dan perudangundangan yang ada."Saya tak mengatakan Prabowo bersalah, saya cuma ingin bertanya saja" kata Jokowi dengan wajah yang ceria.

Ternyata itu hanya taktik dan strategi Jokwi untuk menjatuhkan Prabowo. Tetapi kita belum tahu siapa sebenarnya yang dalam hal ini diuntungkan, Karena dengan munculnya dialog ini justru terkuak bahwa Prabowo telah mengeluarkan uang banyak atas permintaan Pemerintah kepadanya untuk menghindari penguasaan asing yang berminat dan memiliki modal besar itu, Tidak sia sia Prabowo mengeluarkan uang yang tidak sedikit itu, karena sebagian tanah itu diberikan kepada masyarakat dengan catatan tidak menebang pohon dihutan, serta bersedia menanamkan tanaman yang baru, dan segera mengembalikan kepada Pemerintah manakala Pemerintah hutan itu manakala Pemerintah membutuhkannya.

Seorang teman yang merasa terkecoh dengan wajah menahan geli, dia mengatakan " Ah ... Ruapanya cumah melancarkan Politik Sontoloyo ... "

Tuesday, February 19, 2019

BUKAN LRT UNTUK RAKYAT, TETAPI RAKYAT UNTUK LRTI

DARI DEBAT Capres yang kedua, terkuak berdasarkan keterangan dari Jokowi ini membutuhkan waktu hingga 20 tahun untuk memfungsikan LRT yang di Palembang, seperti yang kita ketahui LRT dalam operasionalnya membutuhkan dana 10 milyar rupiah, sedang dana tersedia sekitar satu milyar rupiah, sehingga harus nombok sebesat sembilan milyar rupiah, semula ini dimintakan Pemda setempat yang mengatasi, tetapi belakangan diketahui bahwa Pemda keberatan untuk membayar kekurangan biaya operasional LRT yng semula ingin dijadikan kebanggaan daerah itu. Pada debat Capres dua hari lalu terungkap bahwa untuk menanamkan pentingnya memanfaatkan LRT itu dibutuhkan waktu sekitar 20 tahunan atau sekitar empat periode @ 5 tahun untuk meruibah sikap masyarakat untuk memanfaatkan kendaraan fasilitas umum semisal LRT. Tuduhan penantang bahwa itu akibat tidak dilakukan penelitian kelayakan lapangan secara cermat terlebih dahulu ditolak keras oleh calon petahana, Dia mengatakan bahwa kesemuanya telah diawali dengan penelitiuan yang cermat. sedetilnya, tentunya.




Berapa besar biaya operasional, Pemda tak mampu mengatasi besarnya biaya operasional sejatinya itu semua sudah diketahui sebelumnya, lalu pertanyaan kita mengapa Pemerintah memaksakan diri untuk membangun LRT, apalagi tersebar kabar bahwa LRT yang dibangun di Palembang itu biayanya termadal di dunia. Lalu mengapa memaksakan diri, bila nantinya kita akan mengalami permasalahan besar, bahkan mungkin keretakan di masyarakat, yang sangat tak sebanding dengan manfaatnya karena masih membutuhkan waktu yang begitu panjang.

Terlalu gencarnya pencitraan yang dilakukan oleh rezim penguasa, ujung ujungnya akan dibayar mahal oleh masyarakat.  Selain konon kabarnya harga permeter dan tiang tiang dari LRT itu harga di Indonesia Konon melebihi harga di negara negara lain. Atau apapun istilahnya. upaya pemangkasan anggaran demi membelakan infrastruktur adalah ada sesuatu yang akan dirasakan hilang dalam pemggaran yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Wajar saja bila muncul pertanyaan bunyi hasil study lapangan itu seperti apa, yang di studykan itu adalah sesuai kepentingan dan kebutuhan masyarakat atau tidak. Yang paling tepat adalah kita membuat MRT itu hendaknya sebagai kebutuhan masyarakat, jadi LRT sesuai kebutuhan masyarakat, bukan sebaliknya LRT membutuhkan masyarakat. Kecuali bila study lapangan dimaksudkan sebagai peningkatan elektabilitas. Tetapi jika itu yang dipakai maka berarti telah terjadi pembodohan atau pengormbanan masyarakat.

Sunday, February 17, 2019

PERIHAL KEMAMPUAN KOMUNIKASI CALON PRESIDEN


Tak ada larangan Capres menyampaikan Visi missi nya dalam debat dengan cara membaca,  tetapi ada pihak mengkritik sebaiknya jangan membaca sehingga apa yang disampaikan benar benar keluar dari pemikiran sang calon, dan nantinya manakala sudah duduk pada jabatan yang diamanahkan yang bersangkutan tak lupa.  Memang nampak kedua Calon Presiden tidak lagi membaca, tetapi baru beberapa menit berakhir debat tadi malam di Grup WA sudah muncul bhwa  Calon petahana menggunakan alat komunikasi yang canggih, Presiden Jokowi menggunakan alat komunikasi yang modern itu dan para netizen berhasil menangkap dengan kameranya beberapa foto. yang menggambarkan posisi badan yang lazim dilakukan ketika seseorang sedang menggunakan alat komunikasi itu




Gerakan memegang perut diperkirakan menghidupkan dan mematikan alat, sedang gerakan memegang telinga hanya upaya agar memiliki fokus konsentrasi pendengaran saja, hadirin sering bersuara baik teriakan maupun tepuk tangan, nampaknya hal ini cukup mengganggu dalam berkomunikasi. Semestinya KPU bisa memberikan aturan agar tidak menimbulkan kegaduhan, sehingga komunikasi dengan tim bisa berjalan lancar. Karena Tim membutuhkan kaerjasama secara cermat dan cepat.

Memang sebaiknya itiu semu muncul dari prmikiran sndiri, jangan seperti pidatonya tahun 2014 yang lalu yang seolah olah dilupakan saja. Sbagian besar janji jani Jokoi memang tak disinggung singgung dalam pidato beliau ketika telah mnduduki jabatan. Pada era digiyal dan Non GBHN ini ada pihak yang bnar benar mencermati janji kampanye, apalagi tidak ad lagi GBHN yang disusun dan disyahkan dalam sidang MPR seperti dahulu, sehingga ketika calon yang bersangkutan sudah menduduki jabatan itu  yang bersangkutan memang dituntut untuk berulangkali menjelaskan perihal arah pembangunan serta  penjelasan yahap yahap pelaksanaannya, serta evaluasi keberhasilan sementara.

Yah memang Presiden Jokowi kurang terampil dalam pidato sehingga komunikasi tak akan mencapai maksimal. Karena komunikasi tidak maksimal, akan sulit mencapai kesamaan persepsi, baik dengan para pembantu pembantunya dan apalagi pihak opposisi. Kegagalan dalam berkomunikasi bisa dipastikan kegagalan demi kegagalan akan ditemui, dan karena kesulitan berkomunikasi itu pula maka kitra semua selalu terncam perpechab dari waktu ke waktu.

Kalaupun seandainya nanti Jokowi memenangkan kembali Pemilihan ini sebaiknya masalah komunikasi ini bisa diatasi secara bersama sama, karena faktor komunikasi adalah sangat mempengaruhi tercapainya tujuan profram.




DUNGU MASSAL

TERLALU LAMA MENCARI pengertian kata Dungu lantaran sudah lama sekali Rocky Gerung menggunakan kata kata itu sebagai gelaran bagi lawan diskusinya sehingga tidak sedikit para politisi yang tampil di ILC sebagai forum diskusi yang sangat terkenal dan berwibawa itu justeru menjadi ajang penyematan kata dungu bagi para anggota yang seharusnya terhormat itu. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia online kata dungu berarti sangat tumpul otaknya, tidak cerdas, bebal dan bodoh. Tetapi heran pada era orang orang pintar memainkan delik aduan ini, ternyata tak satupun para politisi itu yang mempolisikan Rocky Gerung. Setelah gelar dungu tersematkan padanya.

Saya berterima kasih sekali kepada sahabat Grup WA yang memposting tulisan tampa nama penulisnya yang menggambarkan makna dungu dalam praktek sehari hari, dengan membaca tulisan itu sayapun menjadi tersenyum sendiri manakala ingat kata dungu memang pantas diberikan kepada orang yang sok pinter. Bagaimana uraiannya, silakan baca naskah di bawah ini.


Diceriterakan :

RELA MENJADI DUNGU DEMI KEHORMATAN DAN KEBAHAGIAAN SESAAT
(dari cerita ABU NAWAS) 

Suatu hari Abu Nawas berjalan di tengah pasar sambil menengadah melihat ke dalam topinya. Orang banyak perhatikan ulah Abu Nawas itu dengan wajah heran.
Apakah Abu Nawas telah gila? Apalagi dia melihat ke dalam topinya sambil tersenyum dan penuh bahagia.
Salah seorang datang menghampiri Abu nawas, "Wahai saudaraku, apa yang sedang kamu lihat di dalam topi itu?"
"Aku sedang melihat surga lengkap dengan barisan bidadari," kata Abu Nawas dengan wajah cerah dan senyum puas.

"Coba aku lihat!"

"Saya tidak yakin engkau bisa melihat seperti yang aku lihat".

"Mengapa?"

"Karena hanya orang yang beriman dan sholeh saja yang bisa lihat surga di topi ini," tegas Abu Nawas meyakinkan.

"Coba aku lihat," kejar si penanya penasaran.

"Silahkan!"

Orang itu melihat kedalam topi itu dan sejenak kemudian dia melihat ke arah Abu Nawas, "benar kamu, aku melihat surga di topi ini dan juga bidadari. Subhanallah, Allahu Akbar," kata orang itu berteriak dan didengar orang banyak.
Abu Nawas tersenyum. Sementara orang banyak yang menyaksikan ulah Abu Nawas ingin pula membuktikan apakah benar ada surga di dalam topi itu.

Abu Nawas mengingatkan kepada mereka semua, "ingat, hanya orang beriman dan sholeh yang bisa melihat surga didalam ini. Yang tidak beriman tidak akan bisa melihat apapun".
Satu demi satu orang melihat kedalam topi Abu Nawas itu. Ada yang dengan tegas menyatakan melihat surga dan ada juga yang mengatakan Abu Nawas bohong. Abu Nawas tetap tenang saja sambil menebar senyum.
Akhirnya, mereka yang tidak melihat surga di dalam topi itu melaporkan kepada Raja dengan tuduhan Abu Nawas telah menebarkan kebohongan kepada orang banyak.
Raja memanggil Abu Nawas menghadap raja. "Abu Nawas!" seru raja, "benarkah kamu bilang di dalam topimu bisa nampak surga dengan sederet bidadari cantik?"

"Benar Tuan Raja, tapi yang bisa melihatnya hanya orang beriman dan sholeh. Bagi yang tidak bisa melhat itu artinya dia tidak beriman dan kafir".

"Oh begitu. Coba saya buktikan apakah benar cerita kamu itu," sanggah Raja, yang segera melihat ke dalam topi Abu nawas dari sudut kiri dan kanan, atas dan bawah.
Akhirnya raja terdiam dan berpikir, "benar tidak nampak surga di dalam topi ini. Tapi andaikan aku bilang tidak ada surga, maka orang banyak akan tahu aku termasuk tidak beriman dan termasuk kafir. Tentu akan hancur reputasiku".
Demikian kira kira yang dipikirkan sang Raja. Akhirnya Raja mengatakan, "Benar! Saya sebagai saksi bahwa di dalam topi Abu Nawas, kita bisa melihat surga dengan sederetan bidadari," ia setengah berteriak.
Orang banyak akhirnya menerima cerita Abu Nawas karena kawatir berbeda dengan Raja.
Ibrah yang bisa kita petik dari kisah ini adalah betapa kita masih sering "latah" dan "kagetan" dalam menyikapi sebuah berita. Tidak tua tidak muda, kita masih suka panik dalam menyikapi berita terutama yang berbalut agama.

Takut tidak dianggap islam jika tidak ikut-ikutan. Takut tidak dianggap beragama jika tidak menerima ajakan mereka. Tidak tahu, karena kita masih miskin ilmu.

Hal ini yang dimanfaatkan oleh para pengadu domba, penyebar fitnah, pembuat rusuh untuk memecah belah bangsa kita.
(http://biartua.blogspot.com/2017/05/gara-gara-hoax-topi-abu-nawas-membuat.html?m=1)

Membaca naskah edit ulang dari Cerita Abu Nawas ini maka kitapun akan paham manakala seseorang terpaksa menerima gelar dungu adalah demi kesenangan dan kehormatan sesaat. Bila Gerung mengatakan bahwa seseorang akan menjadi dungu manakala tak memahami premis premis dalam pengambilan konklusi yang sangat realistis sekalipun atau tak memahmi cara sylogisme dalam merumuskan konklusi, dan mereka berpura pura sekalipun sebenarnya mereka lebih dari paham akan kebnaran apa yang disampaikan dengan melalui kaidah berfikir secara filofis.

Contoh yang paling gamblang adalah pada cerita Abu Nawas, mulai dari Raja sampai Rakyat jelara mereka harus menerima gelar dungu, demi gengsi. Mereka sepakat menyuimpan sebuah kebenaran secara massal, sebenarnya mereka sadar dan saling tahu, tetaoi demi sesuatu mereka memilih dungu. 

Marilah kita dukung gerakan akal sehat yang didengungkan oleh Gerung dan kawan kawan, karena dengan akal sehat kita tak lagi akan menghamba kepada cerita cerita hoak. Yakinlah bahwa dunia politik kita masih biosa kita perbaiki, manakala dimulai dari Pimpinan Nasional, Pimpinan Partai, Pimpinan Organisasi dan seterusnya. Sebelum semuanya terlambat.




Saturday, February 16, 2019

TERLALU BANYAK HOAK, MEMBUAT DUNGU.

TERLALU BANYAK HOAX itu ysng dislsmi publik rakyat Indonesia tetapi masalahnya sekarang bagi kita semua adalah definisi hoax itu yang benar adalah seperti apa, karena setidaknya dibingungkan oleh pendapat yang mengatakan bahwa yang paling smpurna mengeluarkan hoax justeru Pemerintah, karena Pemerintah memiliki kelengkapan alat untuk menyebarkan hoax, lalu yang lebih sadis lagi adalah yang mengatakan bahwa rencana Pemerintah membebaskan Abu Bakar Baasyir berdasarkan kemanusiaan adalah termasuk hoax.

Be;um lagi selesai satu berita besar kini muncul lagi berita yang sangat sensitif yaitu rencana menggantikan Prof. Ma'ruf Amin dengan Ahok dan langkeh berikutnya Jokowi akan mundur sehingga Ahok akan maju menjadi Presiden, sedang wakilnya akan ditunjuk Tanoe Sibyo, sehingga finalnya Ahok Presiden dan Tanoe Wakil.



Berita diatas disiarkan oleh media maInstream, sehingga banyak pihak menganggap berita ini bukan main main, dan bukan medsos yang tak jelas juntrungannya. Tetapi ini melalui media resmi yang memiliki aturan yang jelas dalam pentahapannya hingga keluar sebagai berita Tak urung hal ini menjadi pengganggu ketenangan publik. Lagi lagi mana yang benar.

Penjelasan Prof. Machfud MD selaku Pakar Hukum cukup memberikan penjelasan dan penegasan bahwa itu tak mungkin dilakukan pada masa sebelim Pilpres, sedang paska Pilpres, tentunya banyak hal yang bisa didiskusikan tentang kemungkinannya Ahok - Tanoe sebagai pasangan yang akan memimpin Bangsa ini, setidaknya sebagai politisi mereka berdua bersedia, apalagi Ahok menginginkan beliau menduduki jabatan Presiden itu bahkan sebelum beberapa orang yang dianggal mencuranginya belum pensiun, sehingga sempat merasakan balasannya. Keinginan mereka berdua untuk menjadi penguasa adalah lumrah dan itu sudah mreka rintis sejak lama. Tinggal lagi kenyataannya dan keberhasilannya, itu sedang diperjuangkan keduanya. Tang namanya politik adalah tak ada yang tak mungkin.

Kedepan para elit dan palitisi hendaknya benar benar mampu memberikan pendidikan kepada rakyat, jangan justeru berlomba membuat rakyat menjadi bingung dan bodoh dan dipaksa menerima saja apa yang disampaikan orang orang dungu yang sebenarnya apa yang disampaikan itu keliru dan akan membuat rakyat menjadi bodoh, itu yang dimaksudkan dengan kata dungu, yaitu orang orang yang mengatakan sesuatu seolah benar, padahal  semua dan  jelas salah, maksudnya adalah agar rakyat terkecoh, dan tetap bodoh. Sementara dilain pihak,  mereka sedang berbagi rejeki dan kekuasaan. Sementara kita saling memperlebar persetruan diantara sesama.

Friday, February 15, 2019

POLITIK . "SIAPA PETAHANA"

PEMAHAMAN MASYARAKAT bahwa dalam Pilpres kali ini diikuti oleh dua orang yaitu Jokowi - Makruf Amin dan Prabowo Sandi, Jokowi adalah calon Petahana. Biasanya petahana memamerkan keberhasilannya, sementara penantangnya berusaha mengkritisi petahana, dan dalam hal ini boleh melakukan negatif kampane, yang tak boleh adalah melakukan kampanye hitam atau black kampanye. Tetapi kali ini kita disodori dengan drama yang berbeda dengan skenario. Karena publik sedang terancam tidak mendapatkan data yang sebenarnya bila petahana berusaha mengkritisi penantang ketimbang memamerkankeberhasilan. Sementara pihak penantang sepertinya memang penantang dipersulit untuk memperkenalkan visi missinya. Manakala petahana tak menjelaskan keberhasilannya, dan penangtang tak sempat menyampaikan visi missinya dan bahkan diserang habis habisan oleh petahana, itu namanya pemerkosaan terhadap rakyat/ publik.




Tak begitu penting Visi Missi bagi petahana, karena sudah diperkenalkan sejal empat tahun lalu. Visi missin sebalinya penting bagi penantang, untuk diperkenalkan tampa gangguan. Bila penantang yang memang belum berbuat apa apa harus dikritisi maka yang dikritisi itu adalah persona. Maka sama sekali tak ,emdidik bila jusateru petahana yang sibuk mengkritisi penntang. Karena dibutuhkan adalah wawasan kebangsaan penantang, bukan aib pribadi.  Mengritisi petahana juga tak boleh mengeritik pesona, tetapi kritiklah sisi  kebangsaannya. Bila masyarakat gagal mendapatkan informasi seluas luasnya maka itu merupakan dosa besar para politisi. Politik cara lama adalah mengusahakan agar rakyat tetap bodoh dan buta politik.

Thursday, February 7, 2019

DUNIA FILSAFAT DAN ROCKY GERUNG.


MEMPERHATIKAN bagaimana Rocky Gerung berurusan dengan polisi karena diakibatkan oleh pelpor sebagai delik pidana atas ucapan " .... kalau fiksi mengembangkan imajinasi maka kitan suci itu juga fiksi ... (karena kitab suci mengembangkan imajinasi seseorang) kalimat yang begitu indah memaksa Gerung berurusan dengan yang berwajib dan sangat mungkin akan akan berujung di balik terlais besi. Gerung menggerutu ... dia berkata bahwa dia telah dilaporkan oleh orang orang yang tidak memiliki literatur yang cukup. Bila ucapan gerung itu diibaratkan sebuah tudingan, bisa jadi telunjuk Rocky Gerung persis ada di wajar saya, hanaya saja saya tak melaporkannya. Terus terang saya termasuk orang yang sulit memahami ucapan Rocky Gerung sehingga saya harus mencarinya di Google, hingga saya terangguk angguk faham.



Kekurang pahaman dipertontonkan oleh Para politisi dan bahkan penasehat hukum yang tampil di Ajang Diskusi ILC di mana pendapat Gerung dijerat dengan delik dengan ancaman yang tidak main main. Satu hari saja Gerung dikurung akan sangat mengganggu agenda acaranya, yang dalam satu bulan bisa mewncapai 35 Hari, artinya tidak ada istilah hari libur dan ada kalanya sehari bisa dua panggung atau lebih dia tampil untuk mengkamapanyekan berpikir sehat. Betapa ruginya bila Gerung dikurung 18 bulan seperti Ahmad Dani umpamanya.

Belajar filsafat itu sangat penting, terlebih politisi dan penasehat hukum. Politisi yang tak faham filsafat politik tak akan banyak hal yang difahaminya tentang apa apa yang harus dikonnstrusikannya kepada bangsanya. Bila seorang penasehat hukum tak memahami filsafat hukum  maka akan sulit dia mencari bahasa dan diksi dalam melakukan pembelaan terhadap pihak yang harus dibela dalam rangka mendapatkan keadilan. Ilmu adalah sebatas apa apa yang bisa dibuktikan secara empiris sedang filsafat mampe merambah hal hal yang tak tertangkap empiris.

Sunday, February 3, 2019

PENSIUNAN HARUS PAHAM PENGGUNAAN HP ANDROID


WALAUPUN KITA SUDAH PENSIUN tetapi ternyata kita tak boleh berhenti belajar, HP kitapun harus kita ganti yang andriud karena HP android memiliki kemampuan mendownload aplikasi yang dikeluarkan oleh PT Taspen. Untuk diketahui bahwa PT Taspen telah mengeluarkan aplikasi otentikasi yang bisa digunakan untuk membuka blokir gaji para pensiun PNS. Jika kita tak mendownload aplikasi ini ke dalam HP kita, nanti kita bakalan mendapatkan kesulitan atau minimal diomeli orang karena menghambat kelancaran orang lain dalam meneria atau mengambil gaji. Aplikasi otentikasi yang dikeluarkan oleh Taspen untuk pertama baru menyangkuta kemudahan dalam menerima gaji. Dengan aplikasi ini kita bisa membuka blokir, tak tertutup kemungkinan akan ada fasilitas baru lagi untuk kemudahan bagi para pensiunan.



Oleh karenanya dianjurkan agar setiap kali muncul fasilitas baru yang dipereuntukkan bagi para pensiun, maka bersegeralah memiliki dan memahami penggunaannya, karena besar kemungkinan akan muncuil fasilitas baru lagi, yang dapat dimanfaatkan oleh para pensiunan, dalam rangkah memudahkan proses untuk memenuhoi kebutuhan sehari hari.

Setidaknya kita memiliki sebuah nomor HP milik kita, lalu hendaknya kita memiliki sebuah acun yang bisa kita gunakan untuk memanfaatkan fasilitas komunikasi. Setelah kita memiliki aplikasi otentifikasi yang dikeluarkan oleh PT Taspen, maka seharusnya Bank mitra bayar segera menyiapkan ATM bagi para pensiunan, sehingga para pensiunan tidak haruis bersusah payah ngantri di bank. Kita mengaplikasi otentifikasi agar kita membuka blokir melalui HP masig masing, itu akan memudahkan bank mitra bayar melakukan pembayaran.




Padahal itu maksudnya agar para pensiunan secara mandiri memiliki kemampuan membuka blokir gaji pensiunan, dan sekarang para pensiunan telah difasilitasi cara membuka blokir, maka seharusnya Bank menyiapkan kartu ATM bagi para pensiunan, dan akan lebih praktis lagi manakala kartu pensiun itu segera difungsikan sebagai kartu ATM bagi pemegangnya. Selanjutnya diharapkan akan susul menyusul  fasilitas para lansia memang harus diselelngarakan.

Jangan dibiarkan para lansia ini akan harus mengantri berlama lama sekedar mengambil haknya, wajar bila diberikan kepada mereka sejumlah kemudahan sesuai dengan kelansiaan mereka. Jangan samakan mereka dengan mereka yang masih, yang memiliki fisik prima, yang masih memili8ki keterampilan merespoan segala informasi, dan memiliki kemampuan dan keterampilan mengakses fasilitas umum.

Jika sekarang PT Taspen mengeluarkan aplikasi otentikasi untuk membuka membuka blokir gaji pensiun secara mandiri. Maka akan terbuka kartu anggota pensiunan itu akan berfungsi sebagai ATM untuk mengambil gaji pensiun tampa antrian di bank. Mengapa tidak kartu layanan kesehatan juga gabung di kartu anggota pensiunan itu, sehingga kartu pensiunan itu memiliki  multifungsi guna mengakses berbagai kemudahan yang terfasilitasi dengan baik oleh Pemerintah. Layaknya demikian layanan bagi pensiunan dan para lansia lainnya. .

Saturday, February 2, 2019

DEMAGOG INTELEKTUAL MENCERDASKAN AWAM

KALAU MERUJUK kepada UU Pemilu, maka negatif kamapne itu syah adanya, tidak melanggar aturan, maka bila dikait kaitkan aturan dalam Pilpres, dan apa yang disampaikan oleh Rocky Gerung tak akan ada delik yang dapat dikaitkan. Hanya saja kita akan paham sepaham pahamnya bila dirinjau dari segi materi penyampaian dari Gerung maka wajar manakala calon Petahana dalam Pilpres kali dirugikan serugi ruginya. Dan diluar perhitungan awal manakala Gerung akan menjadi batusandung bagi calon petahana dalam Pilpres kali ini. Dan memang konon  alaktabilitras calon petahana akhir akhir ini sedang mengalami terjun bebas.




Berkali kali Gerung menyatakan bahwa dia bukan Tim sukses Prabowo  dan bukan untuk kemenangan Prabowo, selain itu bukan tak ingin memujikan Jokowi sebagai Capres Petahana, tetapi dia belum menemukan bahan untuk memujikannya. Terkait hal ini maka yang kita ingiunkan adalah keseimbangan antara kedua belah pihak dalam penggunaan pisau analisa yang seimbang. Hingga saat ini Gerung masih belum menemukan lawan seimbang dari pihak petahana. Kedunguan seperti tak tak terelakkan, karena sering yang ditampilkan sepertinya kesulitan memahami dan apatah lagi menghubungkan sejumlah premis untuk ditampilkan untuk memahami dan atau menampilkan kongklusi. Jangankan itu silogismepun seperti tak tak dipahani ketika berhadapan dengan Gerung.

Sementara Gerung berhasi memberikan kemewahan metafore bgi audien dan dengan bahasanya yang indah  audirn mampu mengembangkan imajinasinya, sehingga walaupun hanya satu premis dan dengan sylogisme Ia mampu membangun imajinasi yang demikian luasnya. Sementara dari pihak lawan sepertinya lebih berusaha merebut durasi sebanyak banyaknya yang dikelabuhi denga  teriakan teriakan keras, seolah kerasnya teriakan dapat dijadikan ukuran ketinggian kebenaran.  Kita berharap Gerung menemukan  lawan yang tangguh, sehingga dapat membantu kita sebagai penikmat bisa mengalami kenaikan kelas.

Kita berharap agar "Demagog Intellektual" yang indah ini tak buru buru dikounter dengan bentuk kekuasaan dengan mempersenjatai diri dengan sejumlah delik. Demagog berasal dari demos agogos yang artinya kira kira demos adalah masyarakat agogos adalah pengaruh buruk,  tetapi keburukan ini adalah buruk bagi petahana sedangkan bagi masyarakat luas bermakna positif, sehingga kalaupun akan diambil buruknya, ini maksimal adalah negatif kamapanye bukan black campanye, jadi semoga saja tak dipaksakan deliknya, demi akal sehat masyarakat. Itu kira kira yang diinginkan gerung.

MENGINGATKAN MASA MELETUSNYA G 30 S PKI

MESJID JOGOKARYAN DISERANG, JAMA'AH PENGAJIAN KUCAR KACIR.


YANG DEMIKIAN sangat biasa terjadi pada saat saat menjelang meletusnyanya penghianatan G 30 S PKI tahun 1965 lalu, hujan batu terlampau sering dialami oleh jama'ah pengajian, kali ini pelemparan batu terjadi lagi seperti zaman tahun 65-an kira kira. Sasaran penyerangan kali ini adalah Masjid Jogokariyan Jogjakarta. Yang pada saat sedang diselenggarakan acara pengajian di masjid. Oleh sejumlah orang yang berkendaraan motor dan diantaranya ada yang memakai seragam PDIP, alasan mereka adalah sedang mengejar seekor anjing yang lari masuk ke lingkungan masjid. Nampaknya lemparan batu tak berhenti hanya dengan teriakan, baru setelah melakukan lemparan balasan gerombolan pelempar melarikan diri setelah sebelumnya sempat ditankap kamera amatir, lalu difiralkan.





Massa PDIP

Friday, February 1, 2019

DARI GUS DUR HINGGA ROCKY GERUNG



ALLAH SWT, Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan tidak akan meninggalkan ummatnya Allah akan mengirimkan orang cerdas dan melalui orang cerdas itu memiliki kemampuan menyampaikan sesuatuyang sesungguhnya sangat berharga pada zaman itu. Tetapi sayang masyarakat di zaman itu terkadang kurang berkesempatan menangkap kebenaran itu, bahkan tidak jarang kebenaran itu direspon sebaliknya, dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya, para orang cerdas sering berseberangan dengan sebuah kekuasaan, dalam sejarah ada orang cerdas yang berakhir di tiang gantungan, mereka dihukum oleh kkuasaan dengan hukum yang dogunakan oleh pemegang kekuasaan. 




Pada era sekarang ini setidaknya setidaknya ada dua orang yang berdasarkan pemikiran lurus secara umum kita telah didatangkan dua orang cerdas setidaknya ada Gus Dur dan kini ada Rocky Gerung, mungkin setidaknya ada persamaan persamaan yang dimiliki oleh kedua orang ini, tentu saja perbedaannya juga ada. Tetapi keduanya berada di atas rata rata, dan secara kasat maka kita akan menangkap bahwa keduanya memiliki pengaruh yang sangat kuat. Keduanya memposisikan sebagai opposisi. Bedanya Gus Dur dari Komunitas mayoritas tetapi berpihak kepada minoritas, sedang Gerung dari kelom[pok minoritas yang memiliki keberpihakan kepada mayotitas.