Thursday, February 7, 2019

DUNIA FILSAFAT DAN ROCKY GERUNG.


MEMPERHATIKAN bagaimana Rocky Gerung berurusan dengan polisi karena diakibatkan oleh pelpor sebagai delik pidana atas ucapan " .... kalau fiksi mengembangkan imajinasi maka kitan suci itu juga fiksi ... (karena kitab suci mengembangkan imajinasi seseorang) kalimat yang begitu indah memaksa Gerung berurusan dengan yang berwajib dan sangat mungkin akan akan berujung di balik terlais besi. Gerung menggerutu ... dia berkata bahwa dia telah dilaporkan oleh orang orang yang tidak memiliki literatur yang cukup. Bila ucapan gerung itu diibaratkan sebuah tudingan, bisa jadi telunjuk Rocky Gerung persis ada di wajar saya, hanaya saja saya tak melaporkannya. Terus terang saya termasuk orang yang sulit memahami ucapan Rocky Gerung sehingga saya harus mencarinya di Google, hingga saya terangguk angguk faham.



Kekurang pahaman dipertontonkan oleh Para politisi dan bahkan penasehat hukum yang tampil di Ajang Diskusi ILC di mana pendapat Gerung dijerat dengan delik dengan ancaman yang tidak main main. Satu hari saja Gerung dikurung akan sangat mengganggu agenda acaranya, yang dalam satu bulan bisa mewncapai 35 Hari, artinya tidak ada istilah hari libur dan ada kalanya sehari bisa dua panggung atau lebih dia tampil untuk mengkamapanyekan berpikir sehat. Betapa ruginya bila Gerung dikurung 18 bulan seperti Ahmad Dani umpamanya.

Belajar filsafat itu sangat penting, terlebih politisi dan penasehat hukum. Politisi yang tak faham filsafat politik tak akan banyak hal yang difahaminya tentang apa apa yang harus dikonnstrusikannya kepada bangsanya. Bila seorang penasehat hukum tak memahami filsafat hukum  maka akan sulit dia mencari bahasa dan diksi dalam melakukan pembelaan terhadap pihak yang harus dibela dalam rangka mendapatkan keadilan. Ilmu adalah sebatas apa apa yang bisa dibuktikan secara empiris sedang filsafat mampe merambah hal hal yang tak tertangkap empiris.



Sewaktu aktof bekerja di Kanwil Depdikbud Provinsi Lampung saya dilibatkan oleh atasan dalam kegiatan pelatihan integrasi Imtaq-Iptek. Secara bergantian para guru mata pel;ajaran diundang untuk mengikuti pelatihan mengintegrasikan mata pelajaran yang diampunya masing masing dengan al-Quran. Ini dilakukan bagi guru yang Muslim karena agama lain lebih memilih biayanya digunakan untuk kegiatan sendiri. Jadi yang diundang adalah semuanya muslim.

Ternyata berdasarkan pengamatan saya pribadi dengan segala keterbatasannya dan bahkan keawaman saya tentunya, didapatkan kegagalan program ini, dan masih sulit berharap kepada para guru meningkatkan ketakwaan siswa melalui mata pelajaran yang diampu masing masing guru. Tetapi syaratnya  tentu saja  syaratnya adalah memahami al-Quran itu sendiri dan yang tidak kalah pentingnya adalah para guru harus memahami filsafat masing masing pelajaran yang diampunya. Seorang guru bahasa  harus paham benar dengan filsafat bahasa, Guru matematik faham dengan filsafat matematik. Guru geografi harus paham dengan filsafat geografi. Justeru ini merupakan titik lemah para pengampu mata plajaran itu.

Cara belajar filsafat itu setidaknya ada dua, pertama melalui hystorisnya dan yang kedua melalui sitematikanya, tetapi jangankan sistematikanya, sdangkan hystorisnya saja sampai tak tahu bagaimana mungkin akan bisa mengembangkannya. Rocky Gerung sering menyebut dungu, ketika ada seseorang yang gagal menghubungkan satu premis dengan premis yang lain dalam  menemukan sebuah konklusi. Atau terhadap seseorang mengajukan konklusinya tampa sebuah premispun, padahal dengan sebuah premis seseorang dapat menarik sylogisme. Yah ... sulit akan memahami sistematika filsafat tampa mengenal hystorisnya secara baik. Mengajak kepada ketakwaan itu tak mungkin dengan menggunakan logika fallasi seperti yang banyak dipraktikkan para politisi.

Kenyataan yang paling menyesakkan adalah bahwa para guru yang mngampu mata pelajaran gagal memanfaatkan konten mata pelajarannya mencapai takwa adalah karena kekurangan informasi tentang al-Quran itu sendiri dan tak mengenal hystoris perkembangan falsafah ilmu yang diampunya, apalagi dengan sistematikanya. Perjalanan pembangunan manusia seutuhnya, merupakan jalan terjal yang masih panjang. Ikutilah semua diskusi yang bisa membuat kita pintar. 


No comments:

Post a Comment