Monday, May 5, 2014

Pendidikan Budi Pekerti dan Karakter Bangsa Dengan Otak Kanan

JUGA DALAM RANGKA MENGAKAMPANYEKAN HIDUP BERNIAGA
Pendidikan budipekerti dan Karakter bangsa selama ini seperti membicarakan sesuatu yang utopisnya, sehingga para siswapun cenderung menganggap angin lalu saja. Bagaimana tidak, melaksanakan pendidikan budipoekerti dan karakter bangsa seperti membicarakan sesuatu yang sangat asing di lingkungan sehari hari. Karena para peserta didikpun tidak melihat apa yabng diajarkan itu nampak disekitar mereka. Untuk tidak mengatakan bahwa justeru yang nampak adalah kebalikannya. Hal yang bersamaan adalah bawa selama ini sekolah cenderung hanya menghidupkan otak kiri yang isinya adalah kritis dan intelegensia belaka.
Maka sejak sekarang diharapkan kita akan mencoba mengajarkan pendidikan budipekerti dan Karakter bangsa dengan domunasi menggunakan otak kanan, karena pada otak kanan itu terdapat intuisi, karena dengan intuisi itu juga seorang peserta didik akan memiliki kemampuan untuk menerima sesuatu yang belum pernah dikenalnya sekalipun. Dalam waktu bersamaan kita juga membicarakan masalah dunia berniaga karena memang otak kanan dengan intuisinya itu sangat dibutuhkan dalam dunia perniagaan. Berdasarkan penelitian hampir semua orang sukses berniaga di dunia memiliki ketajaman intuisi yang luar biasa.

Dengan demikian ada empat variabel yang akan dilatihkan oleh Group Diskusi Ikatan pensiunan Pendidik Provinsi lampung, yaitu (1) Pendidikan budipekerti, (2) Pendidikan Karakter bansa, (3) Menghidupkan Intuisi dan (4) Mengkampanyekan hidup berniaga. Mengingat keterbatasan waktu dan banyaknya variabel itu maka para narasumber yang sebagaian besar adalah pensiunan  yang tergabung dalam pensiunan pendidikan Provinsi lampung hendaknya mendalami terlebih dahulu materi materi yang tercakup dalam keempat variabel itu, sehingga dalam penyajiannya nanti akan lebih  sophisticated dan tidak terjadio kontroversi antara satu dengan yang lain, walaupun nantinya gagasan akan dimunculkan dari beberapa narasumber yang tentu saja memiliki pemikiran dan wawasan yang sangat mungkin berbeda. Yang diakibatkan oleh beda pengalaman dan kecenderungan.
Oleh karenanya maka para narasumber diminta untuk dapat saling menyesuaikan diri antara satu dengan yang lain,  kesamaan itu hendaknya dimulai dari kesamaan masing masing sebagai narasumber untuk sama sama bertindak sebagai motivator, dengan logika yang sangat sederhana dan mudah difahami yaitu : (1) Bertekad untuk menempuh hidup berniaga, tidak berpuas diri sebagai karyawan, atau orang yang digaji, tetapi bertekadlah untuk menjadi orang yang menggaji karyawan. (2) Jadilah orang terbaik minimal di lingkungan masing masing, (3) Perkecil tingkat kesalahan dalam hidup, orang sukses itu jarang membuat kesalahan, apalagi kesalahan yang fatal (4) Untuk sukses niaga dibutuhkan hubungan baik istimewa dengan oranmg tua dan keluarga, serta hubungan baik dengan pelangga.(5) Untuk berniaga dibutuhkan memiliki intuisi yang tajam.  Itulah garis pokok yang setidaknya dapat dipegang para narasumber dalam melontarkan gagasan dan issue dalam pelatihan ini.

Pelatihan yang terdiri dari tiga sekolah tingkat SD/MI dan tiga sekolah Tingkat SMP/MTs dinilai cukup ideal dengan masing masing didampingi oleh oleh guru bidang study agama dan olahraga, sementara dari MI dan MTs yang dimaksud guru agama adalah guru mata pelajaran tauhid dan akhlak. yang pada level MI dipegang oleh guru kelas. dari unsur SMP / MTs diharapkan siswa kelas 7, sedang dari unsur SD/MI diharapkanadalah siswa kelas 5. Dengan harapan kedua unsur itu masih bisa berkomunikasi dan saling menyesuaikan. Bila masing masing sekolah mengirim lima siswa maka peserta akan terdiri dari siswa sebanyak 30 anak sementara para guru terdiri dari 12 oraang guru.

No comments:

Post a Comment