Thursday, December 12, 2019

GELAR "GUS" BUKAN UKURAN ... ?


TIDAK GAMPANG mendapatkan titel GUS bagi seorang santri, mereka mendapatkan titel itu adalah karena memiliki hapalan yang mulai beranjak mendekati hapalan para untadz mereka. Para Ustadz memang sering berpura pura lupa dengan matan hadis ataupun firman, lalu tampil santri penghapal ini untuk melengkapiunya, santri yang demikian itu mendapatkan titel GUS, Prosesnya sangat idak mudah, itulah sebabnya tidak setiap tahun pesantren itu melahirkan Gus Baru. Bagi kita kita yang terbilang awam dan memiliki hapalan super minus ini jangan coba coba berdebat dengan para Gus, bila tak ingin dilalpnya.Banyak mereka yang lebih bangga dengan titel Gus dibanding dengan gelar S3 yang juga sudah mereka raih melalui bangku kuliah di Perguruan Tinggi, Apalagi gelar Gus memang sudah sangat akrab ditelinga ummat Islam atau mereka yang pernah tahu tentang kehidupan Pesantren. Walaupun gelar Gus tak semua pesantren menyaringnya. Pesaantren di Jawa Barat nampaknya tak mengembangkan itu. Dan memang tak semua Gus memiliki pemikiran yang bijaksana. Terlebih mereka yang ingin berfikir kritis. Cara berfikir kritis itu adalah tradisi Perguruan yang digagas Barat. Banyak para Gus itu yang memilih menjadi kelompok liberal, Islam liberal. Banyak Gus yang sulit dipahami jalan pikirannya ktika mereka akrab dengan politik.




Sikap liberalis mereka umunya membingungkan ummat tinimbang mendorong ummat mendapatkan solusi dengan cara yang mandiri.Kelompok Islam Liberal adalah sikap yang tanggung, karena tidak mungkin seseorang itu akan mampu bersikap liberal bila masih meganut agama Islam. Salah satu haruis dikorbankan, Menjadi Islam yang baik dengan pura pura liberal atau sebalilknya lebih liberal dan dalam waktu bersamaan pura pura menganut agama Islam, karena kareja keduanya tak mungkin dalam waktu bersamaan.

Di mana posisi Gur Muwafiq. hanya dia yag tahu. Tetapi yang sudah pasti beliau berhasil membuat ummat bingung. Ini terutama ketika beliau sudah menunjukkan sikap kritisnya kepada Rasulullah SAW. Alasan bersikap pertama karena selalu mendapatkan pertanyaan dari mereka yang berusia millenial. Dia banyak dipousingkan oleh pertanyaan pertanyaan millenial itu. Lalu beliau mngambil jalan pintas untuk memangkas sesuatu yang mengundang pertanyaan. Terkait dengan keintimewaan Rasulullah sebelum menjadi Rasul. Dia katakan bahwa Muhammad itu adalah anak yang biasa biasa saja. Dengan harapan para milenial berhenti bertanya.

Disaat yang lain Gus Muwafiq berhasil bersama sama hadirin mentertawakan Muhammad Rasulullah SAW  dlam usia 50 tahun menuikahi Siti Aisyah yang baru berusioa 9 tahun. Saya gak habis fikir bagaimana mungkin anak usia 9 tahun merasa hepy menikah dengan peria berusia 50 tahun. Otak saya tak mampu memahami hal ini aku Gus Muwafik, dan kalau itu sampai terjadi di sini maka dipastikan gadis itu akan bunuh diri. Demikian ungkap Gus Muwafiq yang lebih percaya kepada kemampuan otaknya, ketimbang kebenaran rekaya Allah.

Kita berterima kasih kepada Ustadz  Adi Hidayat, dia mengantongi tiga buah Ijazah S3 dan  disamping itu dua Perguruan Tinggi satu di Turki dan satu lagi  Afrika menyanpaikan undangan beliau untuk menyampaikan pidato ilmiah dan akan dianugerahi gelar kehormatan akademik sebagai Doktor Honoris Kausa. Jadi ada lima iujazah Doctor dia kantongoi, dan itu berarti Proffesor.

Maka sangat layak berdiri sebagai orang yang menasehati Gus Muwafiq, bila kita simak  youtube bagimana konten nasehat Ustad Adi Hidayat kepada Gus Muwafiq, maka akan kita komentari bahwa ternyata masih mentah dan tentu saja bukan ukuran untuk memahami kebenaran Tuhan. Bagaimana Tuhan menunjukkan kemampuan perempuan yang baik merekam, menimpan dan mengungkap sebuah kebenaran yang pernah dikatui dan pernah diterimanya,  itulah peran seorang Siti Aisyah dalam perjuangan yang diemban seorang Muhammad sebagai Rasulullah SAW.  memang pada zaman Jahiliyah (sebelum Islam) ada tradisi tokoh mengawini anak usia 6 tahun. Muhammad Rasulullah mendapatkan perintah menikahi gadis yang berusia 9 tahun, tetapi baru menggaulinya setelah mengalai haid, Sitiu Aisyah memiliki peran penting dalam terselamatkannya sejumlah kisah untuk menjadi hadis yang sahih, Itu skenario Allah yang sulit untuk dipahami Gus Muwafiq,  Wallohu a'lam bishowab.

No comments:

Post a Comment