Monday, October 13, 2014

Kampanye Minus Pendidikan

Berbahaya Bagi Generasi Muda.
Saling tuding Tim Kampanye Capres di media fitnah memberikan pengaruh buruk kepada generasi muda, sungguh pristiwa Pilpres sejatinya adalah malapetaka bagi masa depan bangsa secara keseluruhan, kelak kita semua akan sama sama merasakan pengaruh buruk dari pristiwa ini. Tidak kurang dari para tokoh agama memperingatkan prilaku buruk para politisi ini. Baik yang jelas jelas berbaju politisi maupun para loyalis yang berselimut di jubah pengamat dan profesional. Kini nasi telah menjadi bubur akibatnya akan sama sama kita terima, bukan sekedar menyakitkan tetapi amat sangat memalukan.  



Saling tuding dan saling tuduh itu akan terasa dalam waktu yang sangat lama, mungkin tidak ada persoalan dan secepat itu pula akan dilupakan bagi mereka yang keluar sebagai pemenang dalam lomba yang terbilang nista ini, tetapi tidak bagi yang kalah, dan nanti yang terlebih parah apa yang diderita bangsa, rasa saling benci ini akan demikian membekas dihati generasi muda, memang belum tentu akan mengabadikan rasa benci seperti mereka yang terlibat sebagai pemain, tetapi akan lebih abadi adalah bentukan sikap.
Kelak generasi muda akan memiliki warisan  sikap yang kurang terpuji
dan ini akan terbawa bawa hingga hari tua mereka masing masing. Masa sekarang adalah merupakan akibat dari masa lalu, dan masa yang akan datang adalah akibat dari masa sekarang.Para politisi  yang ditampilkan oelh partai umunya adalah politisi yang tak segan segan  kasar dan memfitnah, maka tidak heran bila ternata senayan mempertontonkan ketidak tertiban ini, dari satu sidang ke sidang yang lain selalu saja prilaku yang mempermalu bangsa ini, dan entah apa lagi nanti ulah mereka yang akan mencoreng moreng muka bangsa yang juga akibatnya nanti akan sangat luas dipercaturan dunia.

Dahulu para guru kita dan bahkan banyak dikutip oleh para tokoh kita dengan pantun  pantun yang menarik "Kalau ada jarum yang patah@ Jangan disimpan di dalam peti@ Kalau ada kata yang salah@ Jangan di simpan di dalam Hati@  mereka demikian khawatir kalau kalau terucap kata yang menyaklitkan karena mereka sadar bahwa Luka apapun dapat diobati, kecuali luka dihati. Oleh karenanya maka melukai hati itu adalah sesuatu yang harus dihindari.

Tetapi tidak bagi para politisi kita yang selanjutnya harus pula kita sapa dengan " .... Yang terhormat"  Mereka justeru mencari kata kata mana yang paling dapoat memalukan lawan, bila perlu lawan harus dibuat ytak berkutik, hilang harga diri, dan masing masing berupaya agar lawan politik menjadi sampah yang tak berharga. Fitnah demikian meraja lela, dan bahkan bila perlu tidak perlu menunggu sore hari untuk mendatangkan petugas untuk meringkusnya. Walaupun hingga saat ini fitnah yang ditebarkan para politisi itu dapat dikatakan belum ada yang terbukti.

Seperti permainan game yang digemari anak anak diera sekarang ini, mempecundangi musuh itu adalah kebahagiaan tersendiri, kebahagian ini akan menjadi segalanya manakala musuh yang telah kalah  memberikan ucapan selamat kepada yang menang, dan tidak hanya sampai disitu, sikalah harus menghamba hamba kepada yang menang, inilah tontonan buruk kegeramaran generasi remaja sekarang, dan tontonan ini nampaknya disempurnakan secara apik oleh para politisi kita.

Ada dua kubu para politisi kita, yaitu kubu Indonesia Hebat dan Kubu Merah Putih, belum ada kepatutan untuk memberikan ponten bagi keduanya mana yang lebih baik, karena permainan belum selesai da waktu lima tahun kita diberikan waktu untuk menilai. Ada lima tahun waktu tersedia bagi keduanya untuk memperlihatkan kepada bangsa yang sangat pemaaf dan pelupa ini, kita akan hancur atau makmur seperti yang kita harapkan, ditengah kerusakan bagi generasi muda yang kadung menjadi beban bangsa secara keseluruhan.  Apa boleh buat.

No comments:

Post a Comment