Thursday, September 13, 2018

MENGAPA KITA TAK BERGABUNG DI ALIANSI ANTI TERORO ISLAM



ARAB SAUDI akhirnuya mendirikan Aliansi Anti Teror yang anggotanya terdiri dari negara negara Islam, diberitakan bahwa aliamsi itu gunamya untuk membentuk persatuan guna membangun ketahanan bagi negara negara Islam. Bagi negara negara Islam yang mendapatkan gangguan teroris dan tergabung dalam aliansi ini dapat meminta bantuan baik berupa dana maupun pelatihan teknis. Yang menjadi pertanyaan besar adalah mengapa Indonesia bersaama Iran tak bersedia bergabung bersama Aliansi yang beranggotakan 40 Negara Islam itu. Hal ini menjadi pertanyaan besar bagi ummat Islam indonesia.

Ada sekitar 40 negara Islam tergabung dalam aliansi ini antara lain adalah 1. Arab Saudi  2. Jordan   3. Uni Emirate Arab   4. Pakistan   5. Bahrain  6. Turki   7. Republik Benin 8. Bangladesh  9. Chad  10. Togo   11. Tunisia    12. Djibouti  13. Senegal   14. Sudan   15. Sierra Leone  16. Somalia   17. Gabon  18. Guinea  19. Palestina   20. Komoro   21. Qatar   22. Pantai Gading   23. Kuwait   24. Lebanon    25. Libya   26. Maladewa   27. Mali   28. Malaysia    29. Mesir
30. Maroko   31. Mauritania    32. Nigeria   33. Niger  34. Yaman

Ada sebagian kecil dari Negara Negara Islam yang tak bergabung dalam aliasi ini termasuk diantaranya Indonesia dan Iran. Jika di satu pihak Arab Saudi berdiri pada kelompok yang jelas sebagai Anti Teror, lalu bagaimana dengan Indonesia yang tidak berdiri dalam barisan itu, kita tak ingin berdiri berseberangan dengan  mereka. Sebagai rakyat tentunya kita ingin berada pada posisi terhormat.

Bukan hanya satu dua pejabat, bahkan tak terhiutung jumlahnya yang mengatakan bahwa Indonesia adalah anti teror. Oleh karenannya dibutuhkan penjelasan yang sejelas jelasnya atas ketidak bersediaan Indonesia untuk bergabung dengan Arab saudi dan kawan kawan sebagai negara Islam. yang tertulis ada 34 negara dari 40 yang diberitakan. Tentu Pemerintah memiliki pertimbangan tersendiri mengapa tak berkenan bergabung dengan Negara Negara Islam itu, atau kita sudah terlanjur gabung dibarisan yang lain, lalu negara mana sajakah yang kita ada di dalamnya. Tentu saja kita berharap kelompok yang kita masuki itu tidak mengambil posisi berseberangan atau bermusuhan dengan Negara Negara Islam.

Jangan sampai masalah ini justeru mengundang banyak spikulasi dengan adanya spikulasi yang viral tak beraturan itu maka Rakyat Indonesia yang akan dirugikan. memang pada saat ini sepertinya ada pihak yang  ingin memisahkan Arab Saudi secara politik, agama dan negara serta budaya. Bila ada pihak yang memiliki kemampuan untuk menjelaskan itu semua secara jernih adalah alhamdulillah, bisa mencerdaskan. Tetapi dengan munculnya narasi "Silakan Beraga Islam Tetapi tak harus menjadi Arab" atau ke Arab Araban atau kata kata lain yang intinya ingin memisahkan sesuatu yang berbau Arab dengan Islam, sementara Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab dan berkembang dengan dukungan budayanya, sedikit banyaknya budaya Arab menjadi alat untuyk memudahkan pemahaman terhadap Al-Quran dan Islam. Maka ketika justeru ada yang gigih untuk memisahkan antara Islam dengan Arab adalah sesuatu memunculkan kerugian besar bagi ummat Islam dunia.

Dalam waktu bersamaan muncul narasi Islam Nusantara, dengan tambahan kata Islam Nusantara adalah Islam yang murni sedangkan Islam di Arab adalah Islam abal abal atau KW dan semacamnya, maka selain akan menyulitkan ummat memahami Islam justeru akan membuat kita dikucilkan dari pergaulan dan persahabatan dengan saudara saudara kita ummat Islam yang ada di Arab. Lalu, apakah ini sebagai realisasi nya. Sungguh ummat membutuhkan keterangan secara jernih, bukan politis, apalagi fragmatis.

No comments:

Post a Comment