Wednesday, October 14, 2020

DIKDOANG : PULANG, SETELAH MENUNDUKKAN DUNIA.

\


YA, KITA MENGENAL DIK DOANG  adalah sebasgai seniman, dia menyanyi dan juga melukis, gemar mengarang lagu, walaupun belum pernah terdengan menang lomba. Tetapi ternyata di luar liputan mdia dia mengantongi sukses besar/ Dia berhenti bekerja, setelah sukses meundukkan dunia. Dia menekan sejumlah kontrak untuk meliput berbagai even kelas dunia, keahliannya sebagai penulis lagu, pelukis, dan bahkan penyanyi dan presenter kawakan. Tetapi kesuksesan dan kekayaan itu selain kita akan dibuat mabuk dengan berbagai pujian pujian, ternyata sikses dan banyak uang akan membawa seseorang akan terjauh dari Tuhan, Sehingga dia memutuskan untuk bekerja dan mulai mencari sasaran sejumlah anak anak terlantar, pustus sekolah, boroken home dan berbagai kisah tragis lainnya. Dan dia mendirikan sebuah Institut, yang sering disebutnya sebagai rumah jurang, disan dia mengajak anak didiknya untuk sekolah dialam terbuka ini.  Atau tepatnya sekolah alam.

Dalam ceramahnya yang disampaikan melalui Zom Meeting DikDoang mengatakan bahwa pada Usia ujung  40=an atau 50 tahun seseorang harus berhenti bekerja. Pada usia 40-an seseorang harus berhasil menundukkan duniam selama sepuluh tahun seseorang menambah tabungannya, sehingga usia 50 tahun berhenti bekerja mencari uang, tetapi memperbanyai ibadah kepada Allah. Pada usia 50 itu maka seseorang sudah cukup waktu untuk kayaraya, kalau memang akan kaya. Dia telah menundukkan dunia, jika memang akan menundukkan dunia. Jika pada usia segitu dia masih asik bekerja mengumpulkan kekayaan, itu artinya Ia akan terjauh dari Tuhan, Kalau masih sibuk mencari sesuap nasi artinya memang sudah gagal. Umur 50 tahun seharusnya penghasilan harian itu berjalan otomatis. 

Bila pada usia 50 masih belum juga menyediakan hari hanrinya fokus untuk beraktivitas menegakkan agama Allah, maka akan sulit Ia menambal kekurangannya pada  sebelumnya.Usia ummat Muhammad  SAW itu sekitar 60 sd 70 tahu. Jadi usia 50 tahun start untuk dakwah sebenarnya  start yang keliru,

No comments:

Post a Comment