Monday, February 5, 2018

ISLAM VERSUS BARAT, LALU BAGAIMANA NASIB ANAK ANAK KITA

Ada thesis yang megatakan bahwa setelah jatuhnya komunis maka China dan Islam menjadi ancaman bagi dunia Barat, tetapi belakangan, setidaknya dalam kasus Indonesia kenyataannya Barat yang berintikan Yahudi telah salin bersinerji meningkirkan Islam di Indonesia, mengusir keduanya sepertinya naris tak mungkin, karena keduanya telah mengurat mengakar di bumi Indonesia, dan bahkan telah sangat menguasainya. Maka pertahanan satu satunya kita berlindung, di balik Kekuasaan Pemerintah kita, tetapi ketika Pemerintah kita dipimpin oleh rezim yang lemah, maka sejatinya kita sendiri yang harus memnpertahankan diri. Yang harus kita pertahankan adalah kebebasan kita melakukan Ibadah, Dakwah dan Pendidikkkan Islam serta kita diperbolehkan melaksanakan Syareat Islam yang kita yakini kebenarannya.

Tulisan ini tidak muluk muluk karena diujung tulisan akan diupayakan untuk sedikit membahas tentang apa yang bisa dilakukan di sekitar sebuah Musholla yang diangun di dekat rumah saya, Musholla Al jihad namanya. Jadi bila akan dibuatkan skup pembhasan, maka pembahasan ini sangat tidak akan memiliki makna apa apa, semisal hanya sebesar upil yang masih bisa kita tekan menjadi sekecil kecilnya, walaupun sedikit membatu, yang pasti sirna bila dilemparkan ketumpukan masalah yang demikian besar, yang dihadapi oleh ummat Islam sekarang ini.

Dengan kekuatan keuangan pihak luar ternyata mampu mendikte Bangsa ini untuk merubahUUD 1945 yang semula memiliki nafas spiriyual keagamaan khususnya Islam sebagai agama yang dianut oleh mayoritas penduduk. Ketika terjadi reformasi yang ditandai dengan tumbangnya Rejim Soeharto yang dituduh diktator itu. Sebenarnya telah terjadi perang konsep antara Islam  dengan Barat dan China, sayang kelompok Islam sejatinya ketinggalan start, dan kelak akan mengalami kekalahan telak karena ketiadaan dana. Sehingga apa yang dilakukan oleh kelompok Islam semakin hari semakin kehilangan gemanya. Kelompok Muslim sangat tergantung kepada APBN dan APBD, sementara dana dari luar memiliki kekuatan yang nampaknya tak terbatas.

Seingat saya dari kelopok Muslim berusaha melakukan integrasi Imtak dan Iptek yang muali dilancarkan semenjak Soeharto melirik Islam dengan mendirikasn Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia  (ICMI) dan ini berhadapan dengan kelompok Nasionalis Skulair yang memasarkan Demokrasi dan Hak Azasi Manusia (HAM) dan karena pihak non Muslim memiliki celah untuk lebih berkiprah melalui Demokrasi dan HAM maka tentu saja mereka mendukungnya.

Belakangan akan semakin nampak bahwa sesungguhnya konsep Demokrasi dan HAM Barat itu adalah merupakan gerakan anti Islam, atau setidaknya tidak sejalan dengan Islam. Setidaknya Budayawan Ainun Najib mengatakan demikian, tentu dengan pendekatan budaya yang sangat dipahaminya.  

No comments:

Post a Comment