Monday, February 19, 2018

MISKIN LITERASI "POLITIK OLAHRAGA POLITIK"

MEMANG ada yang menilai bahwa para politisi kita dan juga penyelenggara Pemerintahan masih mengalami kemiskinan literasi sehingga politik diartikan hanya sebagai kekuasaan, sehingga mencapai kemenangan politik dikira otomatis mengemban kekuasaan, padahal sedemikian banyak literatur yang mengatakan bahwa politik itu intinya adalah menegakkan nilai kebenaran dan keadilan.

Thesis ini sebenarnya sudah lama saya lupakan karena kita sudah mencapai 72 tahun merdeka. Tetapi peristiwa pelarangan Gubernur Anis Baswedan mendampingi Presiden Jokowi ketika akan membagikan hadiyah kepada Persija yang memenangi pertandingan, dan Gubernur DKI Anis Baswedan bergerak ingin mendampingi Presiden layaknya seperti Daerah lain yang bertindak sebagai tuan rumah, melihat peristiwa ini Stadion pun riuh. Syukur dengan cekatan seorang Politisi masa depan PDI yang mengkomandani perhelatan besar ini jecara jantan mengaku salah dan mengaku miskin literasi masalah penyelenggaraan Olahraga.



Seorang teman berkomentar; Ngapain juga politisi ikut ikutan menyelenggarakan olahraga.
Teman lain menjawab ; "Mumpung lagi kuasa"

Benar kata Gus Dur bahwa pemenang Pilkada atau Pemilihan apapun, pemenangnya cenderung bertingkah seperti Raja Raja Jawa tempo dulu, yang merasa berhak mengatur dan menguasai segala galanya. Titahnya adalah hukum "Sabdo Pandito Ratu"  Sebagaimana kita ketahui bahwa Gus Dur adalah Presiden terpilih Penganut Demokrasi, tetapi jabatannya terpaksa ditanggalkan di tengah jalan, tampa pernah diadili di Pengadilan, karena suatu kesalahan. Banyak pihak yang terlibat dalam Pemerintahan cenderung suka suka, Ada yang lebih sadis mengatakan sebagai amatiran.

Apapun memang harus kita terima dengan lapang dada, kita masih dalam proses pembelajaran, yang pada saat jadi Prasiden dahulu dia sendiri yang menyebutnya sebagai Presiden Pembelajaran.  Tetapi peristiwa pelarangan Anis Baswedan oleh Papampres untuk bergabung dengan rombongan Jokowi menjadi hiburan bagi bangsa ini karena menarik dibicarakan pada forum diskusi di segala level, sulit bagi siuapapun untuk tidak ikut mengomentari, biarlah barangkali ini adal;ah proses pembelajaran seperti yang dimaksudkan oleh mendiang Gus Dur.

Tak perlu ricuh, tak perlu rikuh, kita harus sama sama menjaga bagaimana caranya Pemerintahan yang yong dipimpin Rezim Jokowi  dengan Kabinet Kerja Kerja Kerjanya ini bisa menyelesaikan periode ini dengan baik. tampa meninggalkan hutang yang melampawi kemampuan, karena akan menyengsarakan rakyat keseluruhan. Laksanakanlah janji janji itu semampunya, jika ternyata di luar kemampuannya, maka maafkanlah. Yang penting jangan ditambah lagi ada tambahan hutang, rakyat tak mampu memahaminya.

Bila situasi ini terasa nyaman dan tak mengancam masa depan mari kita pilih kembali, tetapi bila menginginkan perubhan maka nanti pilih yang lain atau ganti pasangan, Negara ini milik kita bersama, bukan milik Pemenang pemilu. Perkara kesalahan seperti diakui oleh Pimpinan peneyelenggara karena ketidak pahamannya atau karena ketidak tahuannya, itu sangat dimaklumi karena kita berpolitik dan bahkan bernegara dan mengelola Pemerintahan kita ini masih dalam proses pembelajaran kata si genius Gus Dur yang kni telah tiada itu. Kita tak boleh malu untuk mengakui bahwa ini masalah berat, jangankan mengelola negara, mengelola olahraga saja kita bisa keliru, apalagi masih miskin literasi.


No comments:

Post a Comment