Monday, February 12, 2018

MEMBACAKAN PANCASILA DISAAT TAWAF ATAU SYA'I

TERSEBAR sebuah video viral di Facebook seseorang yang sepertinya memimpin sebuah rombongan yang sedang melakukan tawaf atau mungkin sya'i dengan bacaan doa, tetapi setelah itu sang pemimpin membaca Pancasila yang juga diikuti oleh para jama'ah yang dipimpinnya, sungguh ini membuat sejumlah nettizen terkejut dan mempertanyakannya. Tetapi tulisan bukan untuk membahas status hukum pembacaan Pancasila ataupun lengkap dengan butur butirnya  dari kacamata fiqih, saya tek memiliki kompetensi untuk menulis tentang itu. Tetapi sebagai anggota masyarakat komunitas Muslim Indonesia yang sangat merindukan persatuan para ulama yang diikuti oleh para ummatnya, selalu menginginkan dan menyeru kepada para pihak untuk menghindari segal sesuatu yang membuka peluang perpecahan.

Sebagai bandingan ingin saya menampilkan kembali cerita alm Dr. Nurcholis Majid yang menceriterakan tentang pengalaman almarhum Subchan ZE ketika sedang memimpin ppara jama'ahnya melaksanakan tawaf dan sya'i.  Ceritera ini jika tidak salah mengingat adalah isi ceramah Cask Nur di Masjid Toko Gunung Agung Jakarta, yang saya lupa tanggalnya, karena saya hanya mendengar ceramah beliau melalui rekaman yang dijual oleh Pengurus Masjid dimaksud.

Diceriterakan bahwa Subhan ZE pernah berurusan dengan pihak yang ditugaskan oleh Pemerintah Arab Saudi untuk mengawasi dan mengemankan kelancaran pelaksanaan ibadah tawaf ataupun sya'i, hal ini dikarenakan Subchan ZE dan kawan kawan membaca Sholawat Badar ketika sedang melaksanakan tawaf ataupun sya'i. Intinya petugas melarang jama'ah itu membaca Sholawat Badar ketika tawaf dan sya'i. Walaupun sebetulnya selawat badar itu adalah  selawat yang tak asing lagi bagi Islam Indonesia. Selawat Badar antara lain berbunyi :


Ada semacam perbedaan yang agak ekstrim antara Islam Indonesia pada umunya dengan Saudara kita yang ada di Arab Saudi, antara lain masalah tawassul, jika kita agak terbiasa bertawassuk dengan mereka yang memiliki kelebihan sebagai abid (ali ibnadan) maupun yang 'aalim (ahli ilmu) orang yang abiid dan 'aaliim itu bagi masyarakat kita dapat dijadikan atau tawassdul, dajn yang paling banyak disebutkan di Indonesia adalah bahwa kita bertawassul, atau tak berkeberatan, manakala bertawasssul kepada tokoh il,mu maupun ibadah, antara lain kepada ahli atau mereka yang terlinbat dalam, ilmu maupun ibada. Dan banyak dianatara kita sering bertawassul atau bperantara kepada para pengiukut peserta perang Badar.  Seperti dalam teks disebutkan sebagai " Tawassalna bibismillah, biahlil Badsi Ya Allah.

No comments:

Post a Comment