Wednesday, October 10, 2018

FALSAFAH TIONGKOK : RAMPOKLAH TETANGGA YANG KEBAKARAN

Tiga Puluh Enam Strategi Perang  (Hanzi: 三十六计) Falsafah Tiongkok dalam berperang dari 36 startegi itu maka strategi yang kelima menyebutkan "Rampoklah Tetangga Yang Sedang Kebakaran", kalaupun kebakaran belum juga terjadi maka ciptakanlah kebakaran itu sehingga aksi perampokan dilaksanakan, demikian falasafah Tiongkok itu dituangkan dalam alur cerita yang menarik ceritera itu bagaikan bacaan wajib bahkan falsafah ini diceriterakan dari mulut ke mulut oleh para orang tua kepada putera puterinya, bisa di baca pada Wikipedia Ensiklopedia bebas. Falsafah kuno Tiongkok mampu bertahan hingga ratusan tahun dan digambarkan baik dalam melalui cerita roman atau novel maupun kisal silat Cina yang sangat produktif itu. Novel novel China terbit bersusun susun, dan produksi filmpun berseri seri takkan habisnya.

Itulah sebabnya China atau Tiongkok itu keberadaannya sangat kokoh, China menjadi sebuah Bangsa yang memiliki kemampuan hidup dan eksis, karena mereka kekeh mempertahankan dan melaksanakan falsafah falsafah China. Falsafah China itu selevel dasn mungkin lebih tinggi kepenganutannya dari Falsafah India, tetapi kedua Negara itu adalah terteua dan terkemuka di Asia. Walaupun sebagian besar mengenalnya lewat novel dan film seri. Tetapi nampaknya pembelajaran lewat film jauh lebih efektif dan effisien, karena justeru imajinasi mereka akan lebih hidup. Seolah mereka sedang hadiri pada alur ceritera itu. Jangn heran bila anak anak mereka walaupun perantau di negeri asing nun jauh di sama, tetapi falsafah falsafah kuno Tiongkok leluhur mereka selain mereka hayati, juga mereka kagumi dan pelihara, dan buktinya adalah Negara asal mereka maju dan mampu mengusai ekonomi dan juga teknologi, dengan bermodaklan falsafah dari leluhur mereka.

Sejenak marilah kita bandingkan dengan Falsafah jawa : Digdoyo Tampo Aji, Nglurug Tampo Bolo, Menang Tampo Ngasorake. Untuk sekedar internal Indonesia memang falsafah Jawa ini cukup jitu, banyak orang Jawa yang diterima kehadorannya di seantero Nusantara. Karena mereka Digdoyo tampo aji artinya tidak boleh memamerkan kekayaan, kepintaran dan kelebihan lainnya. Nglurug Tampo Bolo atau tidak boleh pamer kekuatan (massa), dan Menang Tampo Ngasorake, tidak pernah membuat malu pecundang, atau yang dipecundangi.

Ratusan tahun terjajah akan memaksakan kita memiliki kemampuan bertahan secara baik, kita benar benar di kuasai penjajah asing, mau tidak mau kini kita harus berhadapan dengan Pemerintahan dan Rakyat China yang sejatinya mereka memang memiliki naluri menjajah. Bayangkan ada 36 item filsafat Tiuongkok yang isinya Perang dan menjajah. Sejumlah negara satu persatu bertekuk lutut kepada Pemerintahan China, mungkin yang pertama Tibet, dan mudah mudahan yang terakhir Angola yang konon terpaksa menggunakan Uang Yoan di negeri mereka sendiri. Kalaupun Indonesia konon akan menjadi sasaran untuk dikuasai China, mudah mudahan Rakyat Indonesia memiliki ketahanan yang kokoh. Kita gunakan falsafah Jawa dan juga falsafah daerah lainnya, yang bisa lebih tegas. Apalagi mengingat tidak gampang orang akan menguasai rakyat Jawa demikian pendapat Cak Nun (Ainun Najib) dalam ceramahnya dibeberapa tempat.

Sebetulnya masing masing daerah memiliki falsafah sendiri sendiri, yang itu semua dimunculkan pada saat mengkampanyekan Pariwisata dan ekonomi kreatif kemudian. Pada saat mengkampanyekan Pariwisata dahulu selain menciptakan jargon juga mengutip falsafah daerah, yang diharapkan dipahami sebagai kearifan lokal, sayang jargon dan kearifal lokal itu tak disosialisasikan dan bahkan nyaris dianggap kata asing, artinya tak dipahami maknanya.

Membiarkan masyarakat tak memahami makna jargon dan kalimat pada kearifan lokal itu adalah suatu kekeliruan besar, yang sangat sulit kita pahami. Belakangan kita semua ketahui jargon budaya dan kearifan lokal itu kini hanyut dibawa oleh derasnya arus globalisasi yang memang menginginkan bahwa masyarakat dunia adalah suatu masyarakat yang satu. Dan ini diperjuangkan oleh budaya Baraty sambil memasarkan faham skularisme dan liberalisme, sementara Cina dipihak lain memperkuat diri dengan kearifan lokal yang mereka miliki dengan kesiapan bersaing, baik secara ekonomi maupun teknologi produksi maupun teknologi alat perang sekaligus. Kini mereka tampil
manis dipermukaan, kendapun sejatinya juga sedang perang dingin, dengan masing masing Barat dalam cover Yahudi (Israel) dan Chin dengan cover komunis. Mari kita simak peperangan ini dengan segala kewaspadaan serta memperkokoh kebudayaan sebagai modal dasar pertahanan kita sebagai Bangsa yang bermartabat.



No comments:

Post a Comment