Wednesday, September 11, 2019

HABIEBIE TELAH TIADA

INNA LILLAHI WAINNA ILAIHI ROJI'UN,  Habibie telah tiada. tadi sebelum Isya. demikian cerita seorang jama'ah seusai sholat Isya tadi malam di Musholla al-Jihad Perum Korpri Bandar Lampung. Lalu suasana senyap ... kulirik teman disebelah komat kamit, hingga bergoyang janggutnya. Saya meyakini beliau membaca Al-Fatihah. Semoga husnuil Khootimah.

Kita kehilangan sosok orang tua yang cerdas, gumam seorang jama'ah yang duduk disudut sana. Saya paling senang bila di Habibie diwawancarai di TV jawaban jawabannya sangat menginspirasi  kata seorang jama'ah lainnya, yang dari tadi diam membisu. Kami sepertinya tak mampu berbicara panjang lebar tentang beliau, tetapi kami semua nampaknya sepakat merasakan kehilangan orang tua ilmuan, yang cerdas dan bijak. Kita telah kehilangan kesempatan dengan menyia nyiakan kesempatan untuk memanfaatkan kecerdasan Habiebie untuk kepentingan Bangsa Indonesia, dan hingga kini kitapun belum mendapatkan ganti beliau, akan wawasan keilmuannya, kecerdasannya dan terlebih kebijakannya.

Habibie yang pulang ke Indonesia atas permintaan Presiden Soeharto itu, semula sangat diterima kehadirannya oleh semua pihak. Tetapi sayang beliau bersedia menjadi Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), yang memang sejak rencana pembentukan organisasi itu, selalu diwarnai dengan penolakan oleh pihak yang tak suka politik Islam, dan sejumlah Tokoh yang merasakan akan gangguan kepentingan politiknya dengan munculnya seorang Habiebie. Yang intinya orang Tak suka bila Habiebie akan menjadi Presiden, tetapi kekuasaan Soeharto memang tak dapat ditunda lagi harus berakhir. Konon Yahudi dan China memang bersepakat untuk mengakhiri kekuasaan Presiden Soeharto yang pada saat terakhir  mulai Pro Islam. Tetapi jangan sampai Habiebie yang nyata keislamannya munculk sebagai pengganti. Kedekatan Habibie dengan Islam merupakan cacat cela di mata para politisi yang ingin berkuasa itu.

Kedekatan Habiebie ke kelompok Muslim memang bukan sesuiatu yang dirahasikannya, itulah sebabnya beliau ditolak oleh Politisi Anti Islam. Kekuasaan Habiebie sebagai Presiden yang hanya sekitar lima ratusan hari itu, sehari harinya tak sunyi dari demo demo. Namun aneh justeru periode kekuasaan beliau yang sangat itu justeru tercatat sebagai periode yang paling banyak melahirkan Peraturan dan Perundang Undangan sebagai regulasi Pemerintah. Sehingga hampir setiap kehidupan bernegara sejak saat itu mulai memadati kehadiran "aturannya" .

Tentu aturan itu menurunkan petunjuk pelaksanaannya, serta aturan pembagian tugas serta ukuran keberhasilan dan kegagalannya sebagai petunjuk evaluasi. Fungsi DPR sebagai patner Pemerintah sangat dirasakan, pada periode itu mendatangkan kebanggaan tersendiri bagi para Anggota DPR yang dahulu sebelumnya dituduh sebagai Pemegang Stempel setuju belaka.

Yang Paling Mengesankan bagi saya, adalah upaya Rejim Habiebie untuk mengintegrasikan antara IPTEK danh IMTAK, bagi Habiebie meningkatkan ketakwaan setiap seseorang adalah prioritas. Untuk Program ini Pamerintah membiayai para pakar masing masing agama untuk menyusun Pengintegrasian antara Imtak dan Iptek berdasarkan ajaran masing masing agama. Sayang tak sepakat agama agama yang ada dengan program ini, Kecuali Islam, maka masing masing agama meminta biaya yang disediakan, dan mereka berjanji meningkat Imtak-Iptek bedasarkan cara masing masing. Programpun tak berhasil, bila tak suka disebut gagal. Sayang gagasan bagus itu terlewatkan secara sia sia.

No comments:

Post a Comment