Tuesday, September 24, 2019

KALASENJA PEMBEBASAN BUTA AKSARA


SUATU HARI Prof. Tafsir berceritera kepada kami kami sebagai mahasiswanya, bahwa ada saat Kementerian Pendidikan Nasinal melaporkan kepada DPR bahwa Program Pmberantasan Buta Aksara telah tuntas dengan hasil yang sangat mengagumkan, sehingga tak sia sia Bangsa ini mengeluarkan dana yang demikian banyak, karena hasilnyapun sangat membanggakan, bahwa Indonesia saat itu telah berhasil dari buta aksara, yang selama ini cukup menghawairkan karena banyaknya mereka yang masih mengalami buta aksata sehingga merekapun mengaami kesulitan untuk mengakses hasil hasil pembangunan slama ini dilakukan secara gencar gencaran. Laporan yang disampaikan oleh Tim dari pihak Mendikbud dan beberapa diantaranya dari pihak Kemenag itu tentu saja disambut dengan aplus yang luar biasa meriah kata Prof. Tasir, sambil senyum senyum. Kamipun bertanya tanya di dalam hati apakah arti senyuman Prof. Tafsir itu.



Setelah tepuk tabfab mereda, kata Prof. Tafsir yang empunya ceritera, maka dibukalah sesi tanya jawab. Segala puji pujian dsampaikan dalam porum itu, Tim pun boleh berbangga hati. Tiba tiba seorang mendapatkan giliran bertanya, dan langsung memanfaatkan kerus suara speeker, orang ini sepertinya lupa mengucapkan basa basi rasa terima kasih kepada kerja Tim yang demikian sukses itu. Sedikit yang saya inin tanyakan kata sipenanya. Ternyata si penanya adalah AM Fatwa, termasuk politisi gayek. Am Fatwa mempertanyakan bahwa dalam sedemikian banyaknya dana yang telah terserap itu, apakah sudah termasuk pembiayaan yang diselenggarakan oleh Pesantren. Untuk diketahui bahwa Pesantren itu tidak semuanya merupakan pesantren modern yang menyelenggarakan pembelajaran berjenjang seperti sekolah pada umumnya, ada ibtidaiyah, ada Tsanawiyah dan ada Aliyah. Tetapi diantaranya ada pesantren tradisional yang tidak melakukan pembelajaran berdasarkan kelas, tetapi mereka melaksanakan pembelajaran ngaji kitab, Yang itu banyak diantaranya yang justeru harus diajarkan mulai dari alpabet hijaiyah. Am Fatwa katanya meminta informasi berapa biaya yang di plot untuk program itu, dan itu untuk berapa pesantren, tanya AM Fatwa ingin tahu.

Setelah berbisik bisik antara sesama Tim, Lalu Tim bersepakat memberikan jawaban bahwa dari biaya yang demikian banyak itu tyak sepeserpun untuk membiayai program pesantren tradisional itu. Akibatnya ruangan sedikit menjadi gaduh. Tetapi rupanya pimpinan sudang telah arif sebelumnya. Dan memutuskan bahwa laporan Tim Pembenatasan Buta Aksara ditolak laporannya. Dan dipersilakan untuk membenahi laporan dan juga menyiapkan dana untuk pondok pesantren yang selama ini belum dilibatkan. Perbaikan dan pembenahan diberikan waktu selama dua tahun, Maka sibuklah Kemenag merubah strukturnya. Di lingkungan Kemenag di tambah program Pendidikan Luar Sekolah, yang sasarannya antara lain Pondok Pesantren.

JASA BESAR PESANTREN DALAM PEMBERANTASAN BUTA HURUF.

Ketika dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 99% lebih  rakyat Indonesia itu butahuruf latin. Pada upaya pemberantasan buta huruf, maka muncullah Islam dan Pesantren sebagai pahlawan yang membuat angka melek huruf dalam waktu singkat menunjukkan kemajuan yang luar biasa, lalu pertanyaan kita Apa memang yang dilakukan oleh pesantren dan ummat Islam itu ?. Ternyata  para da'i dan pemimpin Islam telah membuat 50% lebih rakyat Indonesia  telah melek huruf Arab, huruf al-Quran.  Sebelum ada Program Pemberantasan Buta huruf banyak penduduik Indonesia yang menggunakan aksadara daerah  sebagai alat berkomunikasi, para penduduk saling berkirim surat dengan aksara daerah itu. Tetapi yang lebih banyak lagiu justeru hingga ke rakyat jelatapun ternyata telah memiliki kemampuan membaca al-Quran, jumlah mereka yang mampu membaca al_quran telah mencapai 80%an lebih.

Ketahuilah pada saat itu 

No comments:

Post a Comment