Monday, September 23, 2019

JANJI JOKOWI DAN METAFOR HIDUNG PINOKIO


DUNIA KEILMUAN ISLAM pernah mencapai puncak yang menggembirakan yang ditandaiu dengan banyaknya ulama yang menulis kitab dan dicetak serta dijadikan bahan bacaan. Bila ditanyakan apa yang mendukung sehingga puncak tamaddun itu tercapai, maka banyak pihak yang bilang bahwa pada saat itu terjadi kebebasan berfikir di kalangan ummat Islam. Artinya bila para ulama diberikan kebebasan berpikir, maka akan dirasakan manfaatnya bagi dunia pendidikan, dan selanjutnya akan berimbas kemajuan juga bagi peradaban dan perekonomian. Dahulu ketika mendiang Soekarno jadi Presiden dan bahkan direncanakan untuk seumur hidup beliau, perkembangan ekonomi dan peradaban menjadi lambat, Era Soeharto sebenarnya banyak kemajuan tercapai, tetapi beliau juga diktator, sehingga perkembangan peradaban dan perkonomian dikalahkan oleh sejumlah negara tetangga yang sejatinya kita lebih dahulu maju. Kini era Jokowi periode pertema belum memajukan peradaban dan perekonomian, tetapiu nampaknya beliau tak jauh beda dengan Soekarno dan Soeharto dengan berbagai kekurangannya.



Majalah Tempo kabarnya dilaporkan ke Kepolisian dengan tuduhan menghina Presiden karena Tempo menggambarkan bayang bayang Jokowi dengan hidup panjang ala Pinokio, hidung Pinokio itu akan menjadi panjang bila dia berbohong, Hidung Jokowi digambarkan sebagai normal seperti aslinya, lalu kenapa kok bayangannya panjang, dijelaskan oleh  Tempo bahwa hal tersebut hasil dari aktivitas jurnalistik, karena konten berita juga memuat hasil wawancara dengan Jokowi. Maka hasilnya ada bayang bayang hidung tersebut.Sepertinya Tempo ingin mengatakan bahwa sebagian masyarakat pendukung Jokowi merasakan ketidak seriusan Jokowi  melaksanakan janji janjinya. Itulah sebabnya tema cover terbitan tempo di tulis Janji Tinggal Janji. Ini adalah sesuatu yang sangat buruk bagi seorang Presiden yang dipilih karena segala janji janjinya.

Sebagai masyarakat awam tentu saja kita menginginkan Bangsa Kita terjauh dari Seorang Presiden yang begitu dicintai oleh rakyatnya sementara Sang Presiden sendiri ingkar atau tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi janjinya. Bukan hanya Kepolisian yang bergerak untuk menelusuri kebenaraean Tempo, apabila ternyata Tempo bukan bekerja dalam forsi jurnalistik, maka sewajarnya Tempo dijatuhi hukuman sebebarat beratnya dan seadil adilnya. Tetapi demikian juga manakala Jokowi benar tak mau melaksanakan janjinya atau memang tak memiliki kapasitas untuk memenuhi segala janji janjinya, maka tentui saja Bangsa yang besar ini yang harus diselamatkan, Jokowi sebagai Presiden harus menanggung segala resikonya.

Marilah kita tunggu apakah Bangsa ini melalui rezim yang kini sedang berkuasa  sudah cukup dewasa berbangsa dan Bernegara.atau masih bermental anti kritik.Lihat saja nanti. Setelah dikritik apakah berbalikl melawan si pengeritik, dan menghukumnya. Atau bersedia evaluasi diri dan berjanji tak lagi berbohong.  Bangsa yang masih berkembang, kata para negarawan sering menjadikan warganya sebagai musuh yang mengancam kekuasaannya, sedangkan Bansa yang sudah maju justeru bekerja untuk kesejahteraan rakyatnya. Kita sudah tertinggal cukup jauh dari Bangsa tetangga dekat kita yang dahulu mereka ada di belakang kita.

No comments:

Post a Comment