Thursday, September 26, 2019

JANGAN BIASA MENGHUMORKAN AGAMA KARENA AKAN MERUSAK KEIMANAN


MASA KECIL saya dulu tinggal di Pagelaran Kabupaten Pringsewu  Lampung, sudah sangat sering ikut nonton pagelaran wayang, baik Wayang Purwo, wayang kulit ataupun wayang golek, baik wayang Jawa maupun Wayang golek Sunda, walaupun tidak semua kata yang diucap bisa saya pahami benar maknanya. Namun demikian sangat terhibur. Saya ikut tersihir ketika nonton wayasng kulit sehingga saya dengan mudah mengimajinasika wayang wayang tersebut sebagai manusia layaknya. Sebagai orang yang dilahirkan pada keluarga yang tercatat sebagai etnis lain, saya keturunan Lampung Pesisir. Tetapi tak terhalang bagi saya untuk menimati hiburan itu, di desa kami di Pagelaran asimilasi berjalan secara alami, tampa rekayasi, tetapi berjalan cepat. Banyak keturunan keluarga jawa sangat mahir menyanyikan lagu Lampung, tetapi lebih banyak lagi anak keluarga Lampung yang mahir menyanyikan Sampur Sari.

Ketika mendapatkaniriman potongan video tentang Gareng dan doa doanya sejatinya semula saya sangat terhibur, tetapi setelah sering sering saya baca, saya menjadi ragu, jangan jangan tampilan video garing termasuk diantara sesuatu yang terlarang. Karena Agama Islam ternyata melarang membawa agama dan terlebih Allah SWT yang maha suci dimasukkan ke dalam konten lawakan mulai dari Allah, SWT sampai kepada sifat sifatnya dan terlebih qodo dan qodarnya.

Dalam video tersebut menggambarkan betapa seringnya Allah mengalami gagal paham akan doa doa gareng, umpamanya ketika Gareng berdoa meminta agar menjadi manusia yang hanya kipas kipas lalu dapat uang, Lalu Allah bersegera mengabulkannya sebagai tukang jualan sate, ketikagareng meminta agar hidupnya hanya duduk duduk saja tetapi mendapatkan rejeki dalam bentuk uang ternyata Allah  mengijabahnya, dan Gareng menjadi tukang jaga wc umum. Dan seterusnya dan seterusnya.

Keraguan saya muncul ketika saya tahu bahwa haram hukumnya membuat sebuah cerita hayalan dan dalam konten cerita itu dihadirkan Allah hanya sekedar untuk memancing tawa. Allah dihadirkan untuk memancing tawa itu adalah terlarang. Apalagi digambarkan Tuhan seperti gagal paham dengan doa doa si gareng  padahal ajaran agama itu berdasarkan al-Quran dan hadditd. Al-Quran itu ada asbabun nuzulnya. Terkait sebuah pristiwa. Dalam hadits juga ada asbabul khuruj, pristiwa yang menyebabkan munculnya hadits. Jadi ajaran agama itu terkait pristiwa.

Jadi jangan menyiarkan sesuatu hanya bersifat hayalan, apalagi hayalan itu hanya sekedar untuk memancing tawa. Hal itu sudah jelas dilarang oleh agama.

No comments:

Post a Comment