Tuesday, March 19, 2019

AGUM GUMELAR HARUS PERTANGGUNGJAWABKAN UCAPANNYA.



AGUM GUMELAR, menjadi Jendral dalam spesial;is kampanye hitam bagi Prabowo, demikian setidaknya karena tokoh satu ini hanya muncul lima tahunan setidaknya dua kali Pilpres yang memunculkan Prabowo sebagai salah satu calon. Keberanian Agum Gumelar.  Kasus pelanggaran HAM berat yang dituduhkan kepada Prabowo oleh Tim yang ditunjuk tak berhasil dibuktikan setelah bekerja sekian lama baru mengumpulkan sejumlah data subjektif, yang sulit dipertnggungjawabkan melalui Pengadilan yang resmi. Yang akhirnya Prabowo diberhentikan dengan hormat dengan segala fasilitas dan gaji yang diberikan sebagaimana laiknya mereka yang telah memasuki purnatugas.

Apakah serangan Agum Gumelar kali ini akan berhasil seperti Pilpres sebelumnya, atau serangan  ini tidak berpengaruh sehingga Prabowo seperti anteng anteng saja dalam menghadapi seragnagn Agum yang memang sudah bisa dikategorikan sebagai kamapnye hitam, tetapi kampanye hitam yang dilakukan oleh Agum Gumelar memang menguntungkan petahana yang dalam hal ini Jokowi, yang pada saat ini sedang sibuk sibuknya kampanye, sekalipun tak mengambil cuti dari kesibukan kepresidenan, sekaligus petahana.

Sebagai rakyat kita sangat mengharapkan agar masalah ini bisa terselsaikan dengan baik, tak ada lagi pihak pihak sekalipun sudah Purnawirawan lalu mengumbar seluas luasnya sesuatu yang semestinya dirahasiakan oleh institusi TNI. Sekalipun sudah Purnawirawan sikap kekeh menyimpan rahasia itu harus dipertahankan, apatah lagi terhadap sesuatu yang belum final karena ada unsur subjektivitas yang ingin memaksa.

Jika memang Agum Gumelar merasa banyak tahu dan tidak memiliki kesanggupan untuyk bicara di sidang resmi, maka Agum harus segera menulis, dan sertakan sekian banyak nama sebagai saksi seperti yang diakuinya, sebagai penguat terhadap bukti yang nampaknya memang tak menghadirkan Gumelar sebagai pelaku atau memiliki keterlibatan secara fisik. Segera Agum melakukan penulisan sehingga semua orang bisa menjadi saksi yang bisa menuduh tulisan Agum itu salah atau benar, atau memang samar samar.

Jika gagal menyelenggarakan pengadilan yang sepresentatip, maka menulislah, walaupun memang menjadi etika setiap penulis, maka dia akan tuliskan, bahwa: " Sebagai manusia maka tulisan ini tidak sempurna, tidak tertutup dari salah dan khilaf, mohon kritik dan saran agar kesalahan ini dapat kami perbaiiki". Tidak ada penulis yang baik serta merta mengakui bahwa Dia bersih dari kesalahan dan kekeliruan. Artinya, ketika Agum bersedia menulis maka dalam waktu yang bersamaan, janganlah sekali kali merasa yang paling mengetrahui dan paling benar, itu bukanlah karakter sebagai penulis yang baiik.  Dilklema Agum Gumelar akan dirasakan sebagai siksaan yang paling menyakitkan nanti di alam akhirat, bila sekecil apapun tersebar fitnah.

No comments:

Post a Comment