Thursday, October 10, 2019

GAK PERLU MENDENGARKAN UJARAN ARMANDOTENTANG AGAMA, DIA BUKAN AHLINYA


AL-QURAN ITU SESUATU menjadi rukun iman, artinya setiap seseorang wajib mengimaninya dan mempercayainya. tak boleh kita meragukannya sedikitpun, jangankan sedikit satu hurufpun tak boleh diragukan, bahkan satu titikpun jangan sekali meragukannya. Harus kita muliakan, Bersyukurlah bila kita mampu membacanya, terlebih membaca pula terjemahannya, terlebih membaca tafsirnya beserta ilmu al-Quran ('Ulumul Quran). Terlebih memahaminya dan mampu menghapalnya, saya tak mempersoalkan apakah paham dahulu baru hapal, atau hapal dahulu baru paham, no prpblem bagi saya. Semua baiki. Saya tak inin mendengarkan kicawan Dedi Armando, selain dia bukan orang yang ahli Al-Quran juga dia memang diberbagai pernyataannya sering menyuarakan ketidaksukaan kepada Islam, jadi untuk apa memperetimbangkannya.



INTINYA Dedy Armando itu menyatakan ktidak sukaannya bilaada Perguruan Tinggi memberikan ruang keada penghapal Al-Quran untuk kuliah, dengan alasan bahwa itu diskriminatif, tetapi Dedi Armando bicara lebih luas lagi, beliau mengkritik bahwa menghapal Al-Quran itu pekerjaan sia sia, arena tidak merupakan jaminan yang bersangkutan memiliki prestasi akademis yang baik, dan juga tidak menjadi jaminan yang bersangkutan berprilaku baik, Kalaupun Dedi Armando dikenal sebagai penganut agama Islam, saya menjadi yakin seyakinnya bahwa dia bicara tidak dalam posisi memihakl atau bersimpati kepada Islam, dia berpihak kepada pihak yang tindak menyukai Islam, sekali lagi saya tidak merasa perlu mempertimbangkannya.

Al-Quran itu rukun iman, sehingga harus kita tanamkan ke otak kita dan ke dalam hati kita sehingga  mewarnai sikap, pikiran, dan sekaligus perbuatan atau tindakan atau perbuatan atau aktivitas kita. Kehapalan atas isi Alquran justeru seyogyanya kita berlakukan sejak kecil hingga hari tua kita tinggal memelihara. Dengasn batin yang teriris pedih kita berusaha mencoba terus agar bisa menghapal Al-Quran di hari tua, dan rasa sulitnya luar biasa, tetapi sejalan dengan ketuaan usia kita kita tetap berusaha menghapalnya, sehingga kita ketiuka menghadap ke haribaan Allah maka Al-Quran ada di otak kita dan hati kita. Bukan tersimpan di gogle, atau dalam file laptop atau PC kita, atau ada dalam flashdisk yang ada dalam saku kita. Seperti yang disarankan oleh Ade Armando.

Belajasr Al-Quran bagi Islam mengakibatkan Al-Quran menyatu dengan akal, fikiran dan perasaan kita, dengan otak dan hati kita, belajar dan menghapal al-Quran bagi muslim adalah dalam rangka untuk memahami, menghayati dan mengamalkannya. Belajar al-Quran itu serasa terjadi hubungan komunikasi dengan Allah. Sehingga membaca Quran itu nimat. Bila kita membaca terjemahan Al-Quran, bagi setiap seseorang selalu direspon positif, bagi seorang ahli matematika, maka pernyataan dalam al-Quran itu justeru terhubung dengan kebenaran segala dalil yahng disepakati dalam ilmu matmatika, demi8kian juga dengan ilmu lainnya, akan membuka wawasan kita.

Bukan hanya bagi seorang ilmuan, bagi seorang yang awam sekalipun, akan serasa ada tambahan wawasan ketika membaca al-Quran, di lain kesempatan ketika kita membaca dengan segala kekhusyukuan serasa ada lagi sesuatu yang baru. Sering terjadi ketika kita membaca Al-Quran, serasa al-Quran baru diturunkan kemaren sore. Itu terjadi ketika kita menemukan suatu pernyataan yang ternyata sangat cocok dengan pemikiran kita tentang suatu hal, bisa jadi kesulitan yang kita hadapi, bisa jadi kegagalan yang kita alami, bisa jadi suatu pembenaran atas pemikiran kita. Semakin kita banyak berpikir, semakin kita berpeluang menemukan sesuatu yang sejalan dengan Al-Quran, dan kita sangat senang membacanya berulang ulang. Dan bahagia sekali ketika memang hapal dengan konten al-Quran itu.

Dengan hapal al-Quran kita akan lebih termotivasi, akan lebih tertuntun, sehingga kita akan selalu menemukan jalan yang benar. Kasihan sekali Dedi Ermando, dia sedang tersesat. semoga saja Allah memberikan hidayah bagi beliau. Semoga kita selalu di jalan yang benar yang berkahi Allah SWT. Aamiin.


No comments:

Post a Comment