Friday, October 4, 2019

KEBEBASAN BERFIKIR DALAM ISLAM

DI ERA SOEKARNO sepertinya pernah mencapai kesepakatan dunia Islam untu menterjemahkan sejumlah buku agae ummat Islam memiliki kesempatan untuk belajar secara autodidag walaupun ada sebagian besar buku literatur yang pada saatnya dibutuhkan masih juga belum diterjemahkan dan dalam waktu bersamaan penulis lokal juga belum menuis masalah itu, sehingga sejumlah buku asli ditampilkan oleh Sosen di kelas kuliah, tetapi waktunya banyak dihabiskan untuk mengi'rob kalimat kalimat. Nampak jelas bahwa pelajaran nahu sorof dan balaghoh yang disajikan pada saat dahulu di SMP/Tsanawiyah dan SMA/ Aliyah. Sehingga dosen sepertinya dalam waktu bersamaan harus mengisi kekosongan yang terjadi. Kelemahan berbahasa Arab. 



NAMUN demikiandalam sejarah keilmuan Islam, ssungguhnya dahulu Islam pernah mengalami kemajuan luar biasa, ketika Eropa (Barat) mengalami kebuntuan, kebutuan itu diselamatkan oleh para folosof filosof Islam, dunia ilmu Islam berkembang justeru disaat eropa mengalami stagnasi, pada saat itu bermunculan filosof Islam semisal al-Farabi, Alkindi dasn lain sebagainya. Mereka bermunculan dengan berkembangnya sistem Pemerintahan Islam hingga munculnya perdebatan yang demikian seru dengan munculnya buku Tahafut Al-Falasiifah dan menyusul Tahafut Tahafut.

Swbenarnya kebasan berfikir dalam Islam itu sangt diperlukasn sepanjang memiliki kesepakatan untuk bersama kembali ke all-Quran dan hadits. Kekisruhan itu akan berubah menjadi pertengkaran dan peperangan manakala segala pendapat itru berlatar belakang mencari dan memertahankan kekuasaan.

No comments:

Post a Comment