Tuesday, January 21, 2020

CARA MELIHAT KEGAGALAN PEMERINTAH BANGSA INDONESIA.

KITA MERDEKA TAHUN 1945, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945, tetapi sejuah itu Bangsa Ini lambat sekali dalam mencapai kesejahteraan, bahkan tertinggal dibanding beberapa Negara yang merdeka justeru setelah beberapa tahun kita merdeka. Apalagi mereka bukanlah negeri yang kaya raya dibanding Negeri kita dengan segala  kekayaam alamnya, ini berarti ada yang salah dilakukan dalam mengelola Bangsa ini.   Pernayataan seperti ini mengingatkan saya kepada Anhar Gonggong, yang kelak saya menyadari belaiu adalah pakar sejarah. .
Saya mengenal Kanda Anhar Gonggong,ketika ikut mendampingi Pimpiunan Saya Dulhai Tabahhassa sebagai Kabid Musjarah, Permuseuman Kesejarahan Kepurbakalaan Dan Nilai Nilai Tradisional Daerah, Kanwil Dikbud Provinsi  Lampung, pada saat itulah saya jumpa Kanda Anhar Gongong, Pejabat pengelola Pembinaan Sejarah, yang dulu pernah Tinggal bertugas di Metro Lampung Tengah pada saat itu dan beliau juga sempat terlibat dengan pendirian Sekolah Pertanian di Metro. Saya banyak menyimak Penuturan Anhar Gonggong, tetapi saya tak memiliki kemampuan berdialog apatah lagi berdiskusi. 


@

Menyaksikan Kanda Anhar Gonggong di acara ILC semalam mengingatkan saya akan sebuah pernyataan yang terucap dari penuturan beliau disebuah restoran di Bandar Lampung, beliau mengatakan sepertinya ada salah dalam mengelola negeri ini, sehingga kita memiliki potensi ketertinggalan beberapa negara tetangga dan sahabat.  Dan satu lagi kalimat yang mengundang tanda tanya saya tetapi saya tak memiliki keberanian menanyakannya, yaitu beliau sebenarnya memiliki konsep tulisan, tetapi beliau tak memiliki keberanian untuk menerbitkannya, isinya adalah catatan sejarah yang dalam sejarah itu tercantum nama sesepuh kami di keluarga, tetapi para pejabat di negeri ini saya pastian tak suka membaca tulisan saya itu, karena petinggi Negeri ini tak suka membaca sejarah yang kurang menguntungkan secara politis, bagi petinggi kita. Saya tak mendalami pernyataan itu  karena antara kami dalam hal keilmuan dan jabatan  bagikan langit dan bumi.

Suatu saat saya mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Dirjen Kebudayaan, ada seorang pejabat dari seksi sejarah di Lingkungan Mabes TNI, dlam presentasenya yang tercatat oleh saya adalah beliau mengatakan bahwa sejarah itu ada sejarah yang sebenarnya, ada yang disebut  sebainya dan ada juga yang disebut seharusnya. Tenrtu ada penjelasan dari pernyataan itu, tetapi karena saya tak lagi menyimpan catatan oret oretan tangan saya pada saat itu, sehingga sayapun meragukan keingatan saya pada saat itu karena sudah terlalu lama. Walaupun ada beberapa orang yang seingat saya hadir dalam sesi  acara itu, mereka adalah Fachry Bustaman dari Bengkulu, Sir Hamilton dari Bandar Lampung, seingat saya juga ada Abu Hanifah dari Sumsel dan juga Endjat Djaenuderajat.

Adalah kerugian besar bagi saya yang tak mampu menyimpan catatan catatan penting saya, yang belakangan sejatinya bisa menjadi inspirasi saya dalam menulis dan mengajar di depan para mahasiswa, saya pernah diminta untuk bertindak sebagai Dosen Luar Biasa. Tetapi itulah kerugian saya yang tak mampu memilihara kekayaan catatan pentiung saya. Dan saya juga mengira banyaknya kerugian yang dialami Bangsa ini ketika banyak para pihak yang memang sengaja mengaburkan catatan sejarah atas dasar ketidaksukaan.

Seharusnya memang kita harus belajar banyak kepada Pihak Islam yang memiliki kemampuan memlihara sistem pembelajaran kitab sucinya yang dilengkapi dengan asbaabun nuzul, sehingga alquran itu adalah kitab yang terkait sejarah, sehingga tak ada bagian dari alquran itu bersifat a hystoris. Dalam pelaksanaan ajaran al-Quran didapatkan al hadits dan alkhadits sendiri dibarengi dengan asbaabul khuruj. yaitu sebab sebab turunya haddits, selaib itu ada kegemaran orang muslim menuliskan berbagai kisah keteladanan. Tetapi hebatnya dalam itu semua Islam itu terhindar dari personalisasi, karena rukun iman hanya sebatas Nabi Muhammad sebagai penghulu semua Nabi dan Rasul. Dan karena itu sejarah Islam terpelihara dan kurang terkonteminasi oleh sbjektivitas personal.

Dengan kehilangan catatan sejaharah baik sengaja maupun tidak sengaja itu tentu akan mengakibatkan kita akan mengalami kehilangan rantai sejarah, dan yang akan lebih parah lagi kita dipastikan akan kehilangan objektivitas kekliruan dalam bersikap. Ada sejumlah sejarah terkait dengan Kerajaan, Kesultanan  di Nusantara yang seperti kita sengaja untuyk dilupakan, sehingga nyaris dipastikan kita akan tersesat dalam bersikap ketika mengelola keberlanjutan Kebangsaan kita ini. Sekarang suidah terlalu banyak pihak yang sangat membenci Islam, ini karena ada pihak yang berhasil menghapus dan mengkaburkan catatan peran Islam  dalam mendirikan Bangsa ini. Wallohu a'lam bishowab.
Tulisan jelas belum final, masih membuthkan penyempurnaan.



No comments:

Post a Comment